Menjadi pesepakbola terkenal memang bukan hal mudah. Harus banyak kerja keras, pengorbanan, serta dedikasi tinggi. Saat ini, ada nama Cristiano Ronaldo dan Lionel Messi yang bisa dibilang terbaik di dunia.
Keduanya tampil begitu konsisten dan masih terus menjadi andalan klub yang dibelanya. Tercatat, sudah sepuluh tahun lebih Messi dan Ronaldo menguasai dunia. Konsistensi keduanya memang patut diacungi jempol. Bahkan, di usianya yang sudah tak muda lagi, kedua pemain tersebut terus menjadi sorotan.
Ya, fenomena Messi dan Ronaldo memang menjadi yang paling luar biasa. Pasalnya, banyak pemain bintang yang hanya memiliki masa keemasan singkat. Kira-kira siapa sajakah pemain tersebut? Berikut starting eleven sajikan ulasannya.
Wesley Sneijder (2008-2010)
Pemain asal Belanda, Wesley Sneijder menjadi salah satu yang terbaik. Pria yang dikenal dengan tendangan kerasnya ini pernah bersinar bersama Ajax Amsterdam. Kemudian, Sneijder resmi dipinang raksasa Spanyol, Real Madrid pada tahun 2007. Bukannya tuai kesuksesan, karier Sneijder malah tergolong biasa-biasa saja.
Namun begitu, saat resmi berseragam Inter Milan, ia sukses merengkuh banyak kesuksesan. Untuk ukuran pemain sekelasnya, patut disayangkan karena Sneijder hanya bersinar saat bermain untuk tim biru-hitam.
Puncak kejayaan sang pemain berada pada tahun 2010, ketika dirinya sukses merengkuh treble winner dan mengantarkan Belanda ke partai final Piala Dunia.
Saat hengkang dari Inter, Sneijder lalu membela klub Turki, Galatasaray. Disana kariernya biasa-biasa saja. Sampai ia pensiun, Sneijder hanya memiliki masa keemasan pada periode 2008 hingga 2010.
Ronaldinho (2003-2006)
Ronaldinho mungkin layak disebut sebagai salah satu pemain terbaik sepanjang masa. Namun pemain yang terkenal dengan gocekan indahnya ini hanya memiliki masa keemasan selama tiga tahun saja. Hal itu tercatat sejak tahun 2003 sampai 2006.
Periode tersebut merupakan tahun Ronaldinho bersama FC Barcelona. Ya, pemain dengan sebutan The Smiling Player ini memang sangat berjasa atas kebangkitan FC Barcelona.
Ronaldinho sukses menyumbangkan gelar Liga Champions bagi Barcelona dan dinobatkan sebagai pemain terbaik dunia.
Pudarnya kecemerlangan Dinho saat itu mungkin merupakan efek dari munculnya Lionel Messi dan Cristiano Ronaldo. Dua bintang itu muncul di era 2000 an dan menjadi yang terbaik hingga sekarang.
Saat pergi dari Barcelona, karier Ronaldinho tak benar-benar cemerlang. Ia beberapa kali berganti klub, termasuk berseragam AC Milan, dan putuskan pensiun pada awal 2018.
Gaizka Mendieta (1999-2001)
Gaizka Mendieta adalah detak jantung dari tim hebat Valencia racikan Hector Cuper. Dirinya tercatat membantu tim kelelawar mencapai partai final Liga Champions Eropa sebanyak dua kali, yaitu pada tahun 2000 dan 2001. Namun sayang kedua final tersebut gagal dimenangkan Valencia setelah kalah dari Real Madrid dan FC Bayern.
Akan tetapi, sosok Mendieta selalu menjadi sorotan. Ia tampil begitu garang dan benar-benar menjadi andalan tim. Melihat sosoknya yang begitu gemilang, masa keemasan Medieta tergolong sangat singkat.
Ia hanya tampil membara pada tahun 1999 hingga 2001 saja. Setelah dilepas Valencia ke Lazio, performanya tidak terlalu mengesankan. Bermain untuk beberapa klub termasuk Middlesbrough, Mendieta hanya berjaya bersama klub masa kecilnya, Valencia.
Ricardo Kaka (2005-2007)
Kaka sempat menjadi pria terakhir yang memenangkan Ballon D’or sebelum era Messi dan Ronaldo. Ia tampil begitu gemilang bersama AC Milan. Namun untuk ukuran pemain bintang, Kaka hanya miliki masa keemasan singkat, yaitu pada periode 2005 hingga 2007.
Ia saat itu tampil sempurna bersama AC Milan dengan gelar Liga Champions nya. Setelah hijrah ke Madrid, Kaka tak pernah lagi sama. Ia kehilangan arah, kerap cedera, dan menjadikan AC Milan sebagai tempat pulang.
Di periode keduanya bersama Milan, Kaka tak mampu ulangi kejayaan. Pemain yang terkenal tampan ini lalu putuskan hengkang ke Orlando City dan pulang ke Brasil untuk membela Sao Paulo.
Michael Owen(1998-2001)
Michael Owen dijuluki sebagai bintang yang terlalu cepat mekar. Ia tampil luar biasa bersama Timnas Inggris dan Liverpool. Namun setelah memenangkan penghargaan Ballon D’or dan membela Real Madrid, Owen seolah kehilangan daya magisnya.
Ia kerap menderita masalah cedera dan beberapa kali berganti kostum. Saat mencoba peruntungan di Manchester United dan mengenakan nomor punggung 7, kaki-kakinya juga sudah tak lagi lincah untuk tampil konsisten.
Owen menghabiskan kariernya di Inggris, dan tercatat hanya miliki masa keemasan pada periode 1998 hingga 2001.
Robin van Persie (2010-13)
Robin van Persie dikenal sebagai penyerang dengan insting tajam. Namun begitu, nasib sang pria Belanda tak terlalu mujur. Membela Arsenal dalam waktu yang lama, tak cukup bagi Robin van Persie untuk rengkuh trofi Premier League.
Ketika van Persie alami masa jaya pada periode 2010 hingga 2013, ia sukses membantu Manchester United amankan gelar liga.
Setelah itu, namanya tak lagi didengungkan. Robin van Persie hijrah ke Turki untuk membela Fenerbache. Hanya tiga tahun membela klub tersebut, pria yang pernah cetak gol indah di Piala Dunia itu putuskan pulang ke Belanda.
Fernando Torres (2007-2009)
Fernando Torres datang ke Liverpool sebagai pemain ajaib. Digaet dari Atletico Madrid, Fernando Torres tampil begitu apik saat berseragam The Reds. Masih berusia 23 tahun saat itu, Torres merupakan sosok sempurna untuk gelar Liga Primer. Namun sayang, dimasa keemasannya pada 2007 hingga 2009, Torres gagal merajai inggris bersama Liverpool.
Akan tetapi, ia akan selalu diingat sebagai salah satu striker terbaik Liverpool dengan torehan 33 gol di musim pertamanya.
Karena gagal menjuarai liga, Torres lalu putuskan hengkang ke Chelsea. Namun setelah itu, ia gagal tampil maksimal. Performanya cenderung menurun meski sukses bawa The Blues raih trofi Liga Europa dan Liga Champions Eropa.
Torres sempat bergabung dengan AC Milan dan kembali ke Atletico. Namun, magisnya telah hilang. Ia tampil biasa-biasa saja sebelum akhirnya pergi ke Jepang.
Pablo Aimar (2001-2004)
Pablo Aimar, penerus Diego Maradona, tak benar-benar ikuti jejak sang legenda. Aimar hanya miliki masa keemasan singkat, terhitung dari 2001 hingga 2004. Saat itu, Ia berseragam Valencia dan berhasil menjadi legenda.
Sempat hijrah ke Zaragoza, performanya tak lagi sama. Sang penyihir kehilangan arah dan beberapa kali bergonta-ganti klub. Aimar tak mampu lagi raih partai final Liga Champions Eropa, setelah terakhir ia melakukannya bersama Valencia.
Pablo Aimar, pemain berbakat asal Argentina, hanya menjadi bumbu penyedap dari harapan rakyat Argentina akan sosok penerus Diego Armando Maradona.
Andrey Arshavin (2008-2009)
Masih ingat dengan sosok Andrey Arshavin? Pemain asal Russia ini pernah menggebrak dunia dengan aksinya di ajang Piala Eropa. Namun yah, itu saja masa keemasan pemain bertinggi 173 cm ini.
Pada tahun 2008 hingga 2009, Arshavin sempat menjadi perbincangan dunia. Saat resmi berseragam Arsenal, ia juga berhasil mencuri perhatian. Apalagi jika bicara tentang empat golnya ke gawang Liverpool kala itu.
Rasa-rasanya sangat disayangkan talenta sebesar Andrey Arshavin terbuang begitu saja. Setelah sempat kembali ke Zenit dan merumput bersama Krasnodar, Arshavin pensiun dengan menggunakan nama klub Kairat sebagai penutup kariernya.
Diego Milito (2009-10)
Sama seperti Wesley Sneijder, Diego Milito juga merengkuh masa kejayaan bersama Inter Milan. Namun sayang, hanya masa itulah yang menjadi puncak kejayaan penyerang asal Argentina.
Di periode 2009 hingga 2010, atau saat berseragam Inter, Diego Milito berhasil meraih segalanya. Meski sempat tenar bersama Racing Club dan Real Zaragoza, tetap saja, Diego Milito merupakan sosok penyerang idaman Inter Milan kala itu.
Setelah pergi pada tahun 2014 lalu, Diego Milito pulang ke Argentina. Kariernya meredup dan ia tak lagi menjadi bahan perbincangan.