Juventus menjadi salah satu tim terkuat di dunia. Wajar saja, klub asal Italia itu kerap dihuni oleh rentetan pemain berbakat. Satu yang paling melekat adalah Alessandro Del Piero.
Para penggila bola pasti kenal dengan Del Piero. Dia menjadi salah satu pemain yang akan selalu diingat ketika seseorang menyebut nama Juventus.
Ya, Del Piero dan Juventus memang bak dua sejoli yang cintanya abadi. Mereka selalu bersama dalam suka maupun duka.
Kisah cinta Del Piero dan Juventus dimulai sejak 1993 silam. Saat itu, Del Piero datang dari klub Padova. Setelah membela klub tersebut selama kurang lebih lima tahun, Del Piero akhirnya bergabung dengan klub Turin saat usianya menginjak 18 tahun, atau tepat pada 1993.
Del Piero muda ditemukan oleh Giampiero Boniperti. Pria yang kini berusia 90 tahun itu berhasil menemukan bakat luar biasa Del Piero. Saat itu, Del Piero datang ke Juventus yang sedang mengalami masa sulit. Sempat dimainkan di tim muda Juventus terlebih dulu, Del Piero akhirnya memulai debut di pertandingan melawan Foggia.
Perlu diketahui bahwa musim 1993/94 adalah musim terakhir di era kepelatihan kedua Giovanni Trapattoni. Di situ, Mr. Trap gagal total mengulangi prestasinya pada dekade 1980-an. Musim itu pun menjadi musim terakhirnya sebelum Marcello Lippi datang sebagai penyelamat Si Nyonya Tua.
Dibawah Lippi, Juventus menjadi kekuatan menakutkan. Kesuksesan Juventus di era itu pun tak bisa dilepaskan dari mencuatnya nama Alessandro Del Piero.
Bersama Lippi, Del Piero memainkan peran yang begitu menonjol. Saat itu, Del Piero menggantikan tempat Baggio di tim utama, bersama dengan Gianluca Vialli dan Fabrizio Ravanelli. Tak mau menyia-nyiakan kesempatan yang diberikan, Del Piero berkembang sangat pesat. Berkat kontribusi luar biasanya, Juventus sukses mengklaim Scudetto pertama mereka setelah sembilan tahun.
Sebagai pemain, Del Piero pantas dianggap sebagai sosok sempurna. Dengan postur tubuh yang tidak terlalu tinggi, gerakannya pun jadi begitu lincah. Tak cuma itu, kemampuannya dalam mencetak gol tercermin dengan gaya khas yang kemudian dinamai Gol alla Del Piero.
Sebutan ini muncul dari kebiasaan Del Piero yang mencetak gol dengan melakukan penetrasi dari sisi kiri, sebelum melepas lengkungan mematikan.
Setelah beberapa musim berlalu, Del Piero terkena musibah yang tak diduga-duga. Tepat di musim 1998/99, pria yang lahir pada 9 November 1974 ini mengalami cedera ACL, hingga membuatnya absen sampai akhir musim.
Tanpa Del Piero, Juventus hanya mampu finis di peringkat enam Serie A, meski masih memiliki nama-nama hebat lainnya seperti Zinedine Zidane dan Filippo Inzaghi.
Kariernya di Juve menjadi semakin rumit setelah Si Nyonya Tua menunjuk Carlo Ancelotti sebagai allenatore anyar. Pasalnya, dibawah arahan pelatih yang kini membesut Everton itu, Del Piero tidak diplot sebagai penyerang utama.
Namun secara kebetulan, Juventus pun sempat agak seret gelar sampai akhirnya Ancelotti angkat kaki di tahun 2001.
Sebagai gantinya, Juventus kembali mendatangkan Lippi. Praktis, tempatnya di lini serang Juventus pun kembali aman. Terlebih, Del Piero yang saat itu berusia 27 tahun resmi ditunjuk sebagai kapten untuk menggantikan Antonio Conte yang semakin menua.
Dibawah kepemimpinannya, Juventus mengalami pasang surut. Sempat memenangkan trofi Serie A, Juventus akhirnya terlempar ke jurang kehancuran. Tepat di tahun 2006, Si Nyonya Tua harus turun kasta setelah terlibat dalam kasus calciopoli.
Diketahui, Luciano Moggi, yang ketika itu menjabat sebagai General Manager Juventus, menjadi sosok central dalam kasus paling memalukan dalam sejarah sepakbola Italia ini.
Karena Juventus dianggap sebagai klub yang paling banyak menerima keuntungan, FIGC menjatuhkan hukuman berupa degradasi ke kompetisi Serie B.
Meski begitu, hal tersebut sama sekali tidak melunturkan cinta Del Piero kepada Juventus. il Capitano rela terjun ke lubang derita demi mengangkat kembali harkat dan martabat Juve.
Padahal, Del Piero bisa saja pergi meninggalkan Juventus. Di usianya yang masih sangat produktif, ia bisa pindah ke klub lain yang mungkin lebih besar dari Juventus. Tapi, saat ditanya mengapa ia tidak ingin meninggalkan Juve, Del Piero menjawab.
“Laki-Laki Sejati Tidak Akan Pernah Meninggalkan Wanitanya”
Kalimat itupun sontak menjadi buming. Del Piero makin dicintai penggemar dan sangat layak mendapat sebutan “Mr. Juventus”.
Perjalanan Del Piero dan para legenda lainnya dalam memulihkan “raga” Juventus tergolong sangat berat. Memulai kompetisi Serie B dengan pengurangan 17 poin, Juventus semakin remuk setelah beberapa nama tenar seperti Zlatan Ibrahimovic, Patrick Vieira, Fabio Cannavaro, Lillian Thuram, Gianluca Zambrotta, dan Emerson, memilih pergi. Pun dengan pelatih Fabio Capello.
Saat itu, Del Piero hanya berjuang dengan nama-nama seperti Gianluigi Buffon, Pavel Nedved, Mauro Camoranesi, hingga David Trezeguet.
Bermain dibawah arahan Dider Deschamps, Del Piero yang masuk ke starting eleven di laga perdana melawan Rimini hanya mampu membawa Juventus meraih satu poin saja.
Setelah kembali melakukan banding, Juventus akhirnya hanya mendapat pengurangan sebanyak 8 poin dari yang sebelumnya. Mereka pun kian percaya diri untuk bisa promosi.
Saat sedang merangkak naik ke kompetisi Serie A, Juventus kembali mendapat musibah setelah dua pemian muda mereka, Alessio Ferramosca dan Riccardo Neri, meninggal dunia. Untuk menghormati keduanya, laga melawan Cesena pun ditunda.
Hingga tepat pada 15 Mei 2007, Juventus akhirnya bisa kembali ke Serie A. Kemenangan 5-1 yang diraih di Arezzo memastikan langkah mereka untuk kembali ke kompetisi papan atas, meski masih menyisakan tiga pertandingan lagi.
Dalam pertandingan tersebut, Del Piero dan Giorgio Chiellini sama-sama menyumbang dua gol, sementara satu gol lainnya dicetak David Trezeguet. Meski kalah di dua pertandingan terakhir, Juve tetap keluar sebagai juara Serie B.
Usai lolos dari jeratan calciopoli, Del Piero pun merasakan betapa sulitnya bangkit dari keterpurukan. Dia merasakan betul bagaimana beratnya mengembalikan “sosok keanggunan wanitanya”.
Meski Del Piero sempat menjadi top skor , Juventus tetap kesulitan untuk kembali ke papan atas.
Hingga tepat setelah klub resmi diambil alih Andrea Agnelli, Juventus temui titik balik di musim 2011/12. Bersamaan dengan diresmikannya Juventus Stadium, Bianconeri pun kembali merajai Italia secara beruntun!
Akan tetapi, kisah cintanya ternyata tak berjalan mulus. Saat itu, Agnelli yang menjabat sebagai presiden tak mampu menjamin posisi Del Piero di tim utama.
Juventus pun lalu memutuskan untuk berpisah dengan Del Piero, meski sang pria sejati masih memiliki hasrat untuk tinggal lebih lama. Del Piero kemudian tersadar bahwa cintanya sudah tak lagi berbalas. Ia pun lalu menerima keputusan wanita yang paling dicintainya itu.
Selama membela Juventus, kehebatan Del Piero memang tak tertandingi. Tercatat, dia punya rekor penampilan sebanyak 705 kali, sekaligus gol terbanyak, yakni 290, untuk “sang kekasih”.
Saking cintanya kepada Juventus, Del Piero bahkan menolak ketika Juve berniat untuk mempensiunkan nomor punggung 10 miliknya.
Alasannya? Del Piero tidak ingin mematahkan harapan pemain yang ingin mengenakan seragam nomor 10 di Juve. Karena ia yakin, suatu saat nanti, pasti akan ada pemain bernomor punggung 10 di Juventus yang prestasinya bisa melampaui dirinya.