Footballovers, masih ingatkah kalian dengan Anderson? Ya, pemain asal Brasil ini merupakan salah satu talenta hebat ketika masih muda dulu. Anderson sempat diprediksi akan menjadi gelandang tengah terbaik dunia ketika bermain di Manchester United. Bahkan ia digadang-gadang bakal menjadi penerus Paul Scholes.
Kemampuannya sebagai seorang gelandang begitu lengkap—tidak hanya mahir dalam hal membangun serangan namun juga dalam bertahan. Hal ini pun diakui oleh Sir Alex Ferguson ketika pertama kali melihat permainan anak muda ini.
“Anderson sungguh sangat hebat. Anak itu punya sesuatu yang spesial. Ada dorongan untuk segera merekrutnya saat pertama kali melihat permainannya. Walau saat kami mendatangkannya, kondisi dirinya sedang cedera,” tutur Fergie (Dikutip dari Telegraph)
Ketika bergabung dengan setan merah dari FC Porto pada tahun 2007, Anderson datang membawa optimisme. Pada saat itu, ia baru berusia 19 tahun tapi diboyong dengan biaya cukup fantastis, yakni 20 juta paun atau sekitar Rp 300 miliar.
Kala bersama FC Porto sendiri, Anderson mampu tampil apik, meskipun pada musim 2006/07, ia mengalami peristiwa pahit, ketika tekel pemain Benfica, Kostas Katsouranis membuatnya patah kaki, cedera itu menyebabkannya absen selama lima bulan. Selama satu setengah musim, ia hanya bermain dalam 25 pertandingan dan mencetak 3 gol.
Nama Anderson sebenarnya sudah mencuri perhatian sejak tahun 2005 saat dirinya membela timnas Brasil di ajang piala dunia u-17 yang berlangsung di Peru. Tampil mengesankan dengan membawa tim samba finis sebagai runner up, Anderson dinobatkan sebagai pemain terbaik turnamen.
Bersama MU, Anderson menjadi salah satu pemain muda yang berhasil menembus starting XI skuad asuhan Sir Alex Ferguson di musim pertamanya. Musim itu berlangsung indah dengan bermain dalam 38 laga dan memenangi double winners, Liga Primer Inggris dan Liga Champions.
Meski melewati musim pertamanya tanpa mencetak satu gol pun, ia tentu saja tak akan melupakan kontribusinya di final Liga Champions 2008. Anderson termasuk salah satu pemain yang sukses menjadi eksekutor adu penalti menghadapi Chelsea di final yang dihelat di stadion Luzhniki, Moskow.
Potensi Anderson di lapangan pun kemudian turut membuatnya diganjar penghargaan Golden Boy 2008. Penghargaan ini pernah diraih pula oleh pemain macam Wayne Rooney, Lionel Messi, Cesc FĂ bregas, Paul Pogba, dan Kylian Mbappe.
Gelandang yang melakukan debut profesionalnya di usia 16 tahun bersama Gremio ini kembali menjadi pilihan utama Ferguson di musim selanjutnya, sayang, Anderson kembali belum mampu membuat gol untuk MU.
Di musim-musim selanjutnya, seiring dengan cedera yang dialaminya, Anderson mulai kehilangan tempat di lini tengah setan merah. Dan pada september 2009, ia baru mencetak gol perdananya untuk MU di ajang Liga Primer ketika menang atas tuan rumah Tottenham Hotspur dengan skor 3-1.
Kualitas yang dipertunjukan Anderson semakin hari makin menurun, ia tak lagi mampu menunjukan sinarnya seperti sedia kala. Ia telah kehilangan sentuhan manisnya hingga membuat dirinya gagal bersaing di lapangan tengah Manchester United.
Selama kurang lebih 7 musim membela Red Devils, total ia hanya tampil sebanyak 181 kali di semua ajang dan mencetak 9 gol. Memang, gelar Liga Primer, gelar Piala Liga, trofi Piala Dunia Antarklub, hingga gelar Liga Champions mampu diraihnya bersama MU. Namun Anderson tidak banyak menonjolkan perannya saat Man United meraih gelar-gelar tersebut.
Ada beberapa faktor yang menyebabkan Anderson tidak mampu bersaing di Manchester United. Selain seringnya ia di bekap cedera, Anderson juga bermasalah dengan gaya hidupnya.
Anderson dikabarkan gemar dengan kehidupan malam dan tidak terkontrol dalam menjaga pola makan. Bahkan, pada suatu pagi di bulan Agustus 2010, Anderson mengalami kecelakaan mobil di Portugal, usai dirinya menghadiri sebuah pesta semalam suntuk di sebuah club bernama Sardinha Biba.
Selain itu, Patrice Evra dalam sebuah perbincangan dengan Rio Ferdinand, juga pernah mengatakan bahwa dirinya pernah membawakan burger pesanan Anderson pada jam satu dini hari.
Selepas kepergian Ferguson di tahun 2013, peran Anderson di ini tengah mulai meredup bahkan bisa di bilang berakhir. Pasalnya David Moyes lebih mempercayakan kemampuan pemain tengah lain ketimbang Anderson, ditambah lagi cederanya yang sering kambuh.
Anderson pun memutuskan untuk bergabung dengan Fiorentina dengan status pinjaman. Di Fiorentina, Anderson juga tak mampu banyak bersaing. Ia lebih banyak menghangatkan bangku cadangan dan hanya tampil sebanyak tujuh kali selama di sana. Pada akhir musim, Anderson dikembalikan ke United.
Musim 2015/16, sekembalinya ke Old Trafford, Anderson juga tak menjadi pilihan utama pelatih Louis van Gaal. Ia hanya diberi kesempatan tampil sebanyak dua kali, sebelum akhirnya memutuskan pulang kampung ke Brasil untuk membela Internacional.
Kepergiannya ke Internacional, membuat Anderson bak ditelan bumi. Kabar tentang dirinya seperti jauh dari publik setelah di buang ke Brasil. Bahkan, Setelah ia berseragam Internacional kejadian menggegerkan terjadi pada Anderson, ia sempat terlibat perkelahian.
Ia melakukan keributan dengan rekan timnya sendiri, Willian, dalam sesi latihan Internacional. Entah apa penyebabnya, tiba-tiba kedua pemain sudah saling baku hantam, kejadian itu sempat terekam kamera dan akhirnya tersebar di internet.
Anderson kemudian mengungkapkan kepada publik bahwa badai cederalah yang menjadi faktor utama kehancuran kariernya di MU. Pernyataan itu muncul usai Anderson dipastikan meninggalkan Old Trafford dan bergabung dengan Internacional.
“Saya bermain selama delapan tahun untuk Manchester. Saya ingin mengucapkan terima kasih untuk klub karena dalam empat tahun pertama saya telah memenangkan segalanya. Liga Champions, Premier League dan Piala Dunia antar klub,” kata Anderson
“Saya memiliki cedera lutut dan kembali bermain ke lapangan terlalu cepat. Ini membuat lutut saya mengalami luka lagi,” jelasnya.
Menjalani kehidupan di negara asalnya ternyata gagal memberi Anderson motivasi yang sangat dibutuhkannya. Internacional, klub yang menampungnya justru ketularan sial. Klub ini terdegradasi untuk pertama kalinya sepanjang sejarah keikutsertaan mereka di kasta teratas kompetisi sepak bola Brasil. Selama di Internacional Anderson tampil 88 kali dan mencetak 6 gol.
Anderson lalu bergabung dengan klub Brazil lain, Coritiba, dengan status pinjaman pada tahun 2017. Namun, lagi-lagi ia terdegradasi bersama klub ini. Coritiba menjadi klub ketiga yang dibawanya ke jurang degradasi setelah Internacional dan klub masa remajanya, Gremio.
Pada januari 2018, Internacional memutus kontrak Anderson. Sejak saat itu ditambah dengan kondisi fisiknya yang semakin menurun membuat Anderson tak memiliki klub selama kurun waktu enam bulan.
Hingga pada juli 2018, klub divisi kedua Turki, Adana Demirspor menjadi pelabuhan selanjutnya Anderson. Bermain di liga Turki Anderson hanya tampil dalam 15 laga. Pada september 2019, ia memutuskan untuk gantung sepatu di usianya yang masih 31 tahun.