Alexandre Rodrigues da Silva atau yang lebih akrab dipanggil Alexandre Pato, lahir pada 2 September 1989 di Brasil. Julukan Alexandre Pato atau “Alex Si Bebek” berasal dari nama kota kelahirannya, Pato Branco, yaitu sebuah kota di Brasil yang jika diterjemahkan berarti “Bebek Putih”.
Sebelum menjadi pesepakbola, Pato lebih dulu memulai karier sebagai pemain futsal. Pato memang sudah gemar bermain futsal di kampungnya sejak berusia tiga tahun.
Saat usianya mencapai sepuluh tahun, ia menderita tumor pada lengannya. Jika tidak diangkat, tumor itu akan mengakibatkan kanker. Karena mahalnya biaya operasi, keluarga Pato angkat tangan. Tetapi dokter kemudian bersedia mengoperasinya secara cuma-cuma. Momen itu menjadi sangat penting, karena Pato tengah mencoba untuk merintis karir profesional bersama Internacional.
Antara 2001 dan 2007, Pato bermain bersama tim junior dan senior Internacional. Pada penampilan perdananya di tim senior, ia memetik kemenangan bersama timnya dengan skor 4-1 melawan Palmeiras. Tiga gol tercipta berkat umpannya, dan ia sendiri menyumbangkan sebuah gol.
Pato termasuk dalam skuad Internacional yang memenangkan Piala Dunia Antar Klub tahun 2006. Selama turnamen tersebut, Pato memecahkan rekor Pele sebagai pemain termuda yang tampil di kompetisi yang diselenggarakan FIFA. Saat itu, Pato masih berusia 17 tahun 102 hari dii laga melawan Al Ahly.
Sementara Pele berusia 17 dan 239 hari ketika dia mencetak gol melawan Wales di ajang Piala Dunia FIFA 1958.
Sejak diturunkan di Piala Dunia antar Klub, para raksasa Eropa mulai berebut untuk mengincarnya. Milan, Arsenal, Chelsea, Barcelona dan Real Madrid pernah mengajukan tawaran atasnya. Pato benar-benar menjadi sorotan. Saat itu, AC Milan menjadi klub yang paling serius dalam mengamati perkembangan sang pemain. Benar saja, Pato bergabung bersama AC Milan dari klub Brasil, Internacional, di bursa transfer musim panas tahun 2007.
AC Milan memboyongnya ke Italia pada 2 Agustus 2007 dengan biaya sebesar 22 juta euro atau setara 340 milliar rupiah. Sayang ia baru dapat diturunkan di partai resmi pada 3 januari 2008, saat bursa transfer kembali dibuka, sesuai dengan peraturan sepakbola Italia tentang pemain muda non-Uni Eropa.
Namun, Pato langsung membayar kesabaran Milan, karena ia langsung mencetak gol ketika debut di Serie A dalam laga melawan Napoli yang berakhir dengan skor 5-2 bagi Milan.
Pemain berambut keriting ini langsung nyetel bersama Milan dan tak butuh waktu lama baginya untuk mematenkan predikatnya sebagai pemain penting Milan. Ia memiliki kaki-kaki yang lincah dan kemampuan menyepak bola yang mematikan, alasan mengapa Pato menjadi pemain penting bagi Milan.
Di musim kedua Pato bersama Milan, musim 2008/09, performa Pato semakin menggila. Di bulan Januari 2009, Pato mampu mencetak 6 gol dalam 4 laga di Serie A. Pato mengakhiri musim 2008/09 sebagai top skor Milan dengan 18 gol yang ia cetak. Ini membuktikan bahwa Pato memang bukan pemain sembarangan. Dengan kemampuan adaptasi yang begitu cepat dan performa yang luar biasa, Pato memberikan justifikasi terhadap harga mahalnya yang sudah ditebus Milan.
Tak berhenti di situ, di musim 2009/10, Pato kembali bersinar. Ia berhasil mencetak dua gol di salah satu kandang terangker di Eropa, Santiago Bernabeu, dan membawa Milan menang tandang atas Real Madrid di Liga Champions.
Pato akhirnya diganjar gelar Pemain Muda Terbaik Serie A di awal tahun 2010. Sesudah itu, Pato sempat tersandung cedera, namun ia kembali menemukan performanya.
Di musim 2010/2011, Pato menjadi bagian dari kesuksesan AC Milan yang berjaya di tanah sendiri. Ia bersama dengan Zlatan Ibrahimovic dan Robinho sukses membawa Milan meraih trofi Serie A.
Bersama Rossoneri, Pato mencatatkan total 150 penampilan dan mencetak 63 gol serta 18 assist.
Namun, masalah cedera tampak menghantui Pato. Ia mulai tersingkirkan dan pulang ke Brasil pada 2013 untuk bergabung dengan Corinthians.
Debutnya untuk klub terjadi melawan Oeste, dengan Pato mencetak gol pada sentuhan pertamanya. Namun perjalanan Pato di klub tersebut tak berjalan mulus. Performanya dinilai menurun dan Pato terus mendapat kritik dari para penggemar.
Setelah sempat dipinjamkan ke Sao Paulo, Pato akhirnya resmi berlabuh di Stamford Bridge pada tahun 2016.
Pato bergabung dengan Chelsea sebagai pemain pinjaman dari Corinthians, usai manajer Guus Hiddink mencari opsi baru karena ada banyak pemain yang cedera.
Striker Brasil mencetak gol di laga debutnya, melalui tendangan penalti ke gawang Aston Villa, usai sebelumnya melewatkan beberapa laga karena kurang fit. Namun Pato kemudian hanya membuat satu penampilan lagi di dalam perjalanan karirnya yang singkat di Chelsea.
Pato menyesal karena tidak mendapat banyak kesempatan. Ia menyalahkan pelatih atas minimnya waktu bermain. Dengan segala kekecewaan, Pato lalu hijrah ke Spanyol untuk bergabung dengan Villareal.
Namun, Pato seakan tak memiliki nasib baik di Eropa. Sama seperti di Chelsea, ia hanya bertahan semusim dan pergi ke China. Si Bebek terdampar di Liga Cina bersama klub Tianjin Quanjian. Hal ini lantas menjadi sebuah kesia-siaan, sebab Pato, apabila tidak terkena cedera kambuhan, adalah penyerang yang berkualitas.
Di China, Pato hanya bertahan selama dua tahun. Tanpa gelar apapun, eks AC Milan ini pergi dari negri tirai bambu dengan torehan 30 gol.
Pato bergabung dengan Tianjin Quanjian setelah promosi klub ke papan atas sepak bola China pada akhir musim 2016, dan 15 golnya dalam kampanye debutnya sangat penting bagi klub untuk mengamankan tiga posisi teratas pada akhir tahun pertama mereka.
Itu membawa Tianjin ke Liga Champions Asia untuk pertama kalinya dalam sejarah klub, di mana mereka mencapai perempat final sebelum kalah dari Kashima Antlers dari Jepang yang akhirnya menjadi juara.
Meskipun mereka lolos ke 8 besar di Liga Champions Asia, langkah Tianjin tersendat di liga di musim kedua dan setelah “bermain-main” dengan degradasi, dimana mereka menyelesaikan kompetisi di urutan kesembilan.
Klub tersebut juga diberitakan alami permasalahan internal. Pemilik klub Shu Yuhui ditangkap karena dugaan penyimpangan dalam bisnis Grup Quanjian, yang memaksanya untuk melepaskan kepemilikan klub. Tanpa dukungan Shu, klub berjuang dan Asosiasi Sepak Bola Tianjin dipaksa untuk turun tangan dan mengambil alih, mengubah nama menjadi Tianjin Tianhai dan memberlakukan batasan anggaran yang signifikan.
Akibatnya, spekulasi tersebar luas bahwa Pato akan meninggalkan klub dan dia tidak tampil di salah satu pertandingan pembuka tim musim 2019 Liga Super Cina. Spekulasi itu pun akhirnya terbukti.
Sebelum pulang ke Brasil, Pato sebenarnya sempat mendapat tawaran untuk kembali ke AC Milan. Namun pemain asal brasil menolak. Pato lebih memilih mudik ketimbang harus kembali ke Milan. Pato takut kemampuannya tidak bisa mengangkat performa I Rossoneri yang memang sedang berada dalam titik rendah.
Kini, Pato berstatus sebagai pemain Sao Paulo hingga 2022.