Angel Fabian Di Maria Hernandez lahir pada 14 februari 1988 di Rosario, Argentina. Ia berasal dari keluarga miskin. Orang tuanya bernama Miguel dan Diana.
Ayahnya merupakan pesepak bola yang cukup di segani, namun kariernya berantakan setelah mengalami cedera lutut parah sebelum melakoni debut di River Plate. Miguel lalu bekerja di sebuah area pertambangan selama 16 tahun. Sementara ibunya, adalah otak utama di balik keterlibatan Di Maria dalam sepak bola.
Di Maria kecil harus berbagi kamar dengan dua saudara perempuannya, Evelyn dan Vanes. Sang ayah, Miguel sadar, Di Maria aset berharga keluarga. Dia serius mengasah talenta sang anak. Miguel merasa sepakbola mampu memberikan kehidupan lebih baik.
Sejak dini, Di Maria memang termasuk bocah yang aktif berolahraga. Ia mulai menekuni olahraga sepak bola pada usia tiga tahun setelah seorang dokter memberi rekomendasi kepada orang tuanya.
Di samping bermain sepak bola, Di Maria bersama dua saudara perempuannya juga kerap membantu ayahnya bekerja di area tambang batu bara. Karena mendapatkan upah yang sedikit, untuk sekedar membelikan sepatu sepak bola pun orang tuanya kesusahan.
Lalu pada usia 7 tahun, Di Maria bergabung dengan akademi Rosario Central. Karena ia sudah berkomitmen bermain untuk klub lokalnya, 30 buah bola diberikan kepada Di Maria sebagai kompensasi.
Sebagai pemain muda, mantan pemain Valencia, Kily Gonzalez menjadi idolanya. Pemain yang mengandalkan kaki kiri itu menjadi inspirasi Di Maria. Di Maria pertama kali melihat permainan Gonzalez di Rosario Central pada 1995.
Setelah 10 tahun mengasah si kulit bundar di tim junior. Pada saat usianya 17 tahun, Di Maria melakukan debut profesionalnya bersama Rosario Central dalam liga Argentina kontra Independiente yang berakhir imbang 2-2.
Pada musim berikutnya, tepatnya pada 24 november 2006, Di Maria mencetak gol untuk pertama kalinya di level Profesional saat dirinya masuk sebagai pemain pengganti dalam laga versus Quilmes.
Sewaktu masih bermain di Argentina, pemain yang berjuluk Fideo ini berhasil membukukan 25 penampilan dan mencetak enam gol di musim 2006/07, sebuah catatan yang lantas mengundang perhatian klub-klub Eropa meski usianya waktu itu belum genap 20 tahun.
Selain itu, Penampilan apiknya juga membuat tim nasional Argentina u-20 memanggilnya. Setelah bermain di Piala Dunia U-20 2007 di Kanada, Boca Juniors mengajukan tawaran untuk Di Maria. Ia juga didekati oleh klub Inggris Arsenal, sebuah langkah yang gagal karena aturan ketat Britania Raya dalam mengeluarkan izin kerja untuk pemain dari luar Uni Eropa.
Klub Portugal, Benfica, menjadi klub yang beruntung lantaran sukses mendapatkan bakat luar biasa itu dengan harga yang terjangkau. Di musim panas 2007, Di Maria resmi menjadi milik klub raksasa Lisbon itu setelah ditebus di angka 7 juta paun atau sekitar Rp 118 miliar.
Tak butuh waktu lama bagi Di Maria untuk langsung mencatatkan jejak di Estadio da Luz. Di musim perdananya 2007/08, ia dipercaya tampil sebanyak 26 kali dan membayarnya dengan sumbangan empat assists.
Pada 27 Februari 2010, Di María mencetak hattrick pertamanya dalam kemenangan klasik 4-0 melawan Leixões. Keesokan harinya, ia menjadi berita utama sebagai “Magic Tri María” di semua surat kabar olahraga di Portugal.
Tiga musim membela Benfica, Di Maria berhasil mencetak 25 gol dari 124 penampilan di semua kompetisi.
Menimbang bakatnya yang cukup fenomenal, Real Madrid pun tergerak untuk merekrut pemain berkaki kidal itu terlepas fakta bahwa ia juga sempat dilirik Sir Alex Ferguson di saat yang bersamaan.
Pada 8 Juli 2010, kubu Madrid mengumumkan bahwa mereka telah mencapai kesepakatan dengan Benfica untuk mendatangkan Di Maria di akhir bulan mengingat yang bersangkutan baru saja bermain di ajang Piala Dunia bersama tim nasionalnya.
Adapun, awal karier Di Maria di Spanyol hanya berbuah satu trofi Copa del Rey di musim 2010/11, namun perbaikan lantas menghampirinya seiring keberhasilan Real Madrid dalam meraih gelar La Liga di musim 2011/12.
Trofi demi trofi kemudian menyusul untuk ia koleksi sebagaimana Real Madrid yang merengkuh gelar Piala Super Spanyol pada 2012, Copa del Rey dan Liga Champions 2013/14 dan terakhir Piala Super Eropa 2014.
Selama bermain membela panji Los Blancos, kehadiran Di Maria sangatlah penting untuk menunjang lini depan yang dimotori Cristiano Ronaldo. Tercatat, dari 124 laga di ajang La Liga yang ia mainkan selama empat musim, winger lincah itu sukses mempersembahkan 62 assist dan mencetak 22 gol. Jika ditotal dari seluruh kompetisi, maka catatan Di Maria adalah 87 assists dan 36 gol dari 190 penampilan.
Pada musim 2014/15, Di Maria hijrah ke negeri ratu Elizabeth guna memperkuat Man United. Di Old Trafford, ia mewarisi kostum bernomor 7 yang pernah dipakai oleh Cristiano Ronaldo. Sayang, karirnya bersama MU tak sebaik saat bersama Madrid, ia hanya bertahan selama satu musim. Di Maria hanya mencetak 4 gol dari 32 penampilannya di semua kompetisi.
Paris Saint Germain menjadi pelabuhan selanjutnya untuk Di Maria, ia melakukan debut kompetitifnya di ajang Ligue 1 pada 30 agustus 2015 dalam laga melawan AS Monaco. Dua minggu kemudian, Di Maria mencetak gol pertamanya untuk PSG di pertandingan liga champions versus Malmo FF.
Pada 23 April 2016, Di María mencetak gol kemenangan untuk PSG di Final Coupe de la Ligue melawan Lille di Stade de France. Ia mengakhiri musim 2015/16 dengan menciptakan rekor baru Ligue 1 yakni assist dalam satu musim sebanyak 18 kali.
Musim-musim selanjutnya, permainannya semakin meningkat, Di Maria berhasil bukukan 14 gol dari 43 laga di musim 2016/17 serta 21 gol dari 45 pertandingan pada musim 2017/18, di musim yang disebut terakhir, ia juga turut membantu PSG meraih treble domestik.
Pada 2018/19, Di Maria mencatatkan 19 gol dari 45 penampilan di semua kompetisi. Ia kembali membawa PSG rajai Prancis.
Dalam pentas Internasional, setelah memperkuat Argentina di piala dunia u-20 2007, di mana tim tango keluar sebagai juara. Di Maria lalu mengantarkan Argentina u-23 meraih medali emas di Olimpiade Beijing 2008. Saat itu, ia mencetak gol semata wayang ke gawang Nigeria di Final.
Pada 6 september 2008, Di Maria lakukan debut untuk timnas senior melawan paraguay. Berkat penampilan yang diatas rata-rata, Di Maria sering jadi andalan tim nasional di berbagai even penting seperti Copa America maupun Piala dunia. Sejauh ini ia telah tampil lebih dari 100 kali dan mencetak 20 gol untuk timnas senior Argentina.
Dalam kisah asmaranya, Di Maria jalin cinta dengan Jorgelina Cardoso yang 5 tahun lebih tua darinya. Di Maria pertama kali mengenalnya saat memperkuat Benfica. Mereka kemudian menikah pada 2011 dan telah dikaruniai seorang putri yang lahir di tahun 2013.
Meski gemilang di lapangan hijau, namun pemain yang dijuluki ‘Fideo’ karena tubuhnya yang ramping itu juga pernah tersandung kasus hukum. Pada pertengahan 2017, ia dijatuhi hukuman satu tahun penjara setelah mengakui lakukan penggelapan pajak.
Kini, pemain sayap kiri yang memiliki kecepatan tersebut terus menunjukan permainan cemerlangnya bersama PSG. Pada musim yang baru, ia membuat sensasi dengan mencetak gol ke gawang mantan klubnya, Real Madrid pada ajang Liga Champions.