Carlos Tevez mempunyai nama lahir Carlos Alberto Martinez, ia lahir pada 5 februari 1984 di Ciudadela, Buenos Aires, Argentina. Tevez merupakan putra dari pasangan Juan Alberto Cabral dan Fabiana “Trina” MartĂnez.
Tevez kecil tumbuh di Buenos Aires, tepatnya di kawasan bernama Barrio Ejericto de Los Andes, yang kini lebih dikenal dengan Fuerte Apache. Kawasan tersebut merupakan daerah yang penuh dengan geng berbahaya.
Saat kecil, Tevez hidup dalam kesulitan. Kehidupan kelam Tevez dimulai saat ia masih berusia lima tahun. Dirinya saat itu menyaksikan pembunuhan terhadap ayahnya sendiri yang dilakukan oleh sekumpulan geng.
Keadaan semakin diperparah dengan kondisi sang ibu yang tidak bisa menerima kematian ayahnya. Ibunya depresi dan memutuskan untuk memakai narkoba hingga tak mampu mengurus anak laki-laki nya itu.
Pada akhirnya, Tevez diadopsi oleh adik dari ibu kandung Tevez, Adriana Noemi Martinez dan suaminya Segundo Raimundo Tevez. Orang tua angkat Tevez akhirnya memutuskan untuk mengganti nama belakang Tevez.
Hingga pada usia 6 tahun, kisah pilu Tevez berlanjut. Dirinya tersiram air panas tepat dibagian bawah wajahnya. Atas hal itu, Tevez pun sempat mendapat perawatan intensif selama dua bulan di rumah sakit. Hingga kini, bekas itupun masih bisa terlihat di leher dan dada Carlos Tevez.
Beberapa bulan kemudian, Tevez kembali mendapat cedera serius. Saat bermain ayunan bersama saudara perempuannya. Rahang pria Argentina itu terbentur oleh ayunan tersebut, hingga membuat wajahnya penuh dengan bekas luka.
Namun beberapa insiden mengerikan masa kecilnya itu berhasil membawa Tevez menjadi pribadi yang kuat dan tahan banting.
Perjalanan karir Tevez sering menemui jalan terjal. Kehidupannya kerap dihantui oleh kejadian yang benar-benar tak ingin ia lewati. Hingga pada akhirnya, sepakbola membawanya menuju kehidupan yang lebih baik.
Pada usia 8 tahun, Tevez bergabung dengan All Boys. Setelah bermain gemilang bersama klub pertamanya itu, Tevez langsung menarik minat pemandu bakat Boca Juniors. Dia bergabung dengan Boca pada usia 14 tahun.
Ketika Tevez bergabung dengan Boca Junior, pihak klub menawarkan untuk memperbaiki bekas luka bakar yang ada di bagian bawah wajah Tevez. Namun Tevez menolak dan berkata bahwa luka yang ia dapat merupakan bagian dari dirinya di masa lalu dan di saat ini.
Tevez beruntung. Dia bukanlah satu-satunya bocah Fuerte Apache yang memiliki bakat sepakbola. Sahabat Tevez, Dario Coronel, juga memiliki potensi besar. Keduanya sempat berduet di tim junior Santa Clara.
Namun sayang, nasib Coronel berbanding terbalik dengan sahabatnya. Lantaran pengaruh sekitar, Coronel menjadi perampok dan pengedar narkoba. Ironisnya lagi, dia bunuh diri pada usia 17 tahun.
Bersama Boca Junior, Tevez melakukan debut di umur 16 tahun pada 21 Oktober 2001. Ia berhasil mencetak 1 gol dari 11 pertandingan yang ia mainkan di musim debutnya. Sebuah pencapaian yang cukup baik bagi Tevez di usianya yang belum genap 17 tahun.
Kegemilangan Tevez lalu muncul di musim berikutnya. Ia semakin dipercaya Carlos Bianchi, pelatih Boca saat itu, untuk bermain lebih banyak di Liga Argentina. Dari 32 penampilannya, ia berhasil mencetak 10 gol.
Pada tahun 2003, Tevez membawa Boca keluar sebagai juara Copa Libertadores, ia juga dinobatkan sebagai pemain terbaik setelah bermain dengan sangat baik sepanjang musim dan mencetak banyak gol penting.
Pada januari 2005, ia bergabung dengan Corinthians. Hari demi hari, penampilan Tevez terus mengesankan sang pelatih. Puncaknya, ia dinobatkan sebagai pemain terbaik Liga Brasil. Ia menjadi pesepakbola luar Brasil pertama yang mendapat gelar tersebut sejak 1976.
Bakatnya terus berkembang dan kemampuan nya tercium hingga ke Eropa. Pada 2006, Tevez lalu bergabung dengan West Ham sebelum akhirnya menjadi pemain bintang bersama Manchester United.
Berposisi sebagai penyerang. Oleh majalah FourFour Two, Tevez pernah disebut sebagai “Maradona baru”. Tevez mencetak gol pertamanya di Manchester United ketika mengalahkan Chelsea pada 23 September 2007.
Ketika ia kembali ke Upton Park untuk pertandingan tandang melawan West Ham pada 29 Desember 2007. Pendukung West Ham bertepuk tangan menyambut hangat Tevez dan menyanyikan lagu “There’s Only One Carlos Tevez”.
Tevez pun membalas sambutan tersebut dengan menyilangkan kedua tangannya di dada, isyarat dari simbol palang pada logo West Ham. Musim pertama Tevez di MU dicatat dengan 19 gol dari 48 penampilan.
Performa apik Tevez juga berperan penting dalam keberhasilan Manchester United memenangkan dua titel Liga Inggris, satu trofi Piala Liga, satu titel juara Liga Champions, dan satu mahkota Piala Dunia Antarklub.
Pujian pada Tevez dari pendukung Setan Merah mendadak berubah jadi kekecewaan saat Tevez memutuskan bergabung dengan klub rival,Manchester City pada musim berikutnya seharga 47 juta paun, ia menjadi pemain pertama yang pindah di antara dua klub yang bersaing.
Bukan hanya suporter Man United yang kecewa, manajer Sir Alex Ferguson pun disebut sangat kecewa dengan keputusan Tevez. Di The Citizen, Tevez diberikan nomor punggung 32, sama seperti kala memperkuat West Ham dan Manchester United.
Tevez membuat debutnya bersama City saat masuk dari bangku cadangan melawan Blackburn Rovers dalam kemenangan tandang 2-0. Beberapa hari kemudian, ia lalu mencetak gol pertamanya untuk City saat melawan Crystal Palace di putaran kedua Piala Liga. Di mana laga itu berakhir dengan skor 2-0.
Pada 28 Desember 2009, Tevez mencetak dua gol ke gawang Wolves yang merupakan delapan gol dalam tujuh pertandingan berturut-turut di Premier League.
Pada 27 september 2012, Tevez sempat menolak bertanding ketika City bertemu Bayern Munchen. Hal tersebut membuat Roberto Mancini geram dan menginginkan Tevez untuk pergi dari Manchester City. Meski begitu, Tevez kembali ke skuad utama Man City setelah melakukan permohonan maaf pada 21 Februari 2012.
Baru pada bulan Maret ia kembali bermain. Kontribusinya berhasil menghantarkan Manchester City merengkuh gelar Liga setelah penantian panjang selama 44 tahun.
Musim 2013/14, pengembaraan Tevez berlanjut ke Italia. Ia bergabung dengan Juventus. Di Turin ia menjadi sosok yang berbeda: tidak menciptakan kontroversi. Tevez mengakhiri musim debutnya bersama Juventus dengan mencetak 21 gol di semua kompetisi dan dinobatkan sebagai Juve’s Player of the Season.
Selama dua musim berkostum Juventus, Tevez menjadi sosok jinak. Toh menjadi jinak tak menurunkan stastusnya sebagai pemain juara. Ia berhasil mengantar Juventus merengkuh dua gelar Serie A. Selama di Turin, Tevez menjadi idola pendukung klub Si Nyonya Tua.
Sebelas tahun mengembara di negeri orang, akhirnya pengembaraan Carlos Tevez berakhir. Ia mudik ke Argentina di bulan Juli 2015 untuk bergabung ke klub yang membesarkan namanya, Boca Juniors. Ini merupakan cita-cita dari Tevez sendiri, karena pada tahun 2012 ia pernah berujar untuk pensiun di Boca Juniors.
Meski begitu, pada 29 Desember 2016, Carlos Tevez menandatangani kontrak dengan klub Liga Super China Shanghai Shenhua, dengan gaji tahunan sebesar $ 41 juta, yang membuatnya menjadi pemain sepak bola dengan bayaran tertinggi.
Setelah menganggap bahwa bermain di Liga China hanya liburan belaka, Tevez kembali ke pelukan Boca Juniors pada awal tahun 2018.
Di level Internasional, Tévez pertama kali bermain untuk Argentina saat Piala Dunia FIFA U-17. Pada Olimpiade Athena 2004, ia memperoleh medali emas dan mencetak 8 gol yang menjadikannya top skor di kompetisi tersebut.
Tévez memperkuat negaranya saat putaran final Piala Dunia 2006. Namun ia hanya mampu melesakkan satu gol kala melumat Serbia dan Montenegro 6-0. Di luar segala prestasinya, ia pernah dua kali diusir dari lapangan selama Kualifikasi Piala Dunia 2010 karena lakukan pelanggaran serius.
Pada babak 16 besar Piala Dunia 2010, Tévez berhasil mencetak dua gol ketika bertanding melawan Meksiko. Gol pertamanya yang berupa sundulan, mengundang kontroversi karena sebelumnya ia sudah dalam posisi offside. Tévez mencetak gol keduanya dengan tendangan keras dari luar kotak penalti.
Setelah piala dunia 2010, Tevez memperkuat Argentina di ajang Copa America 2011 dan 2015. Dalam 11 tahun memperkuat Timnas, ia telah kumpulkan 76 caps dan mencetak 13 gol.
Dalam kehidupan pribadinya, Tevez menikah dengan Vanesa Mansilla yang berusia 32 tahun di tanah kelahirannya Argentina pada 22 desember 2016. Hubungan mereka dikaruniai dua putri: Florencia dan Katia. Bersama istri dan anak-anaknya, Tevez kerap berlibur di pantai. Bahkan, saat merayakan gelar juara, ia juga turut membawa keluarganya untuk berfoto dengan sebuah trofi.
Dalam kehidupannya, Pada suatu kesempatan, Tevez pernah menyelamatkan ayah angkatnya dari komplotan penculik. Ketika itu, ia harus membayar 40.000 peso untuk membebaskan ayahnya dari sang penculik.
Selain sepak bola, Carlos Tevez adalah seorang musisi, Ia merupakan salah satu anggota grup musik yang cukup terkenal di Amerika Selatan bernama ‘Cumbia Villera’. Adiknya, Diego juga anggota dalam grup ini. Selain itu, Tevez juga gemar bermain Golf.
Kini, meskipun dalam perjalanan karirnya dipenuhi banyak kontroversi. Penyerang yang mempunyai tatto di tangannya itu menjadi salah satu pemain Argentina paling sukses yang meniti karir di persepakbolaan Eropa.
Gelar bergengsi yang berhasil ia persembahkan kepada tim yang pernah dibelanya membuat dirinya menjelma menjadi salah satu talenta terbesar dunia sepakbola.