Hugo Hadrien Dominique Lloris atau yang lebih akrab dipanggil Hugo Lloris lahir pada 26 Desember 1986 di Nice, Prancis. Lloris lahir dari pasangan Luc Lloris dan Marie Lloris. Ia lahir dari keluarga yang tergolong kaya. Ibunya bekerja sebagai seorang pengacara. Sementara sang ayah merupakan seorang bankir.
Lloris memiliki adik lelaki, Gautier, yang saat ini bermain sebagai bek tengah untuk klub Prancis, OGC Nice.
Nama Hugo sendiri diambil dari seorang penulis terkenal Victor Hugo. Kedua orang tuanya diketahui sangat mengidolakan sosok tersebut. Lahir dari keluarga kaya, Lloris tak berpikiran untuk menjadi seorang pesepakbola.
Semasa kecil, ia lebih suka mengikuti olahraga favorit keluarganya, Tenis. Lloris memainkan olahraga tersebut sampai setidaknya usia 13 tahun sebelum benar-benar terjun ke dunia sepakbola.
Lloris mulai bermain sepak bola di CEDAC (Centre de Difusion et d’Action Culturelle). Tempat tersebut menawarkan berbagai kegiatan, termasuk sepak bola. Diawal kariernya, Lloris sempat memainkan berbagai posisi. Mulai dari gelandang tengah, gelandang serang, sebelum akhirnya menjadi kiper.
Semenjak bermain dibawah mistar, Lloris terlihat unggul dalam posisi itu dan penampilannya kerap mengesankan pelatih.
Tepat pada tahun 1997, Lloris menarik minat klub Prancis, OGC Nice. Saat itu, ia juga mendapat rekomendasi dari Dominique Baratelli untuk bermain di klub tersebut. Ia menghabiskan beberapa tahun di akademi muda klub dan menjadi penjaga gawang untuk tim U-17. Disana, Lloris berhasil memenangkan Championnat Nationaux des 18 ans edisi 2003-07, kompetisi liga domestik di Prancis yang diperuntukkan bagi para pemain di bawah usia 18 tahun.
Setelah terbilang sukses di tim muda Nice, Lloris lalu bermain untuk tim B dan bergantian dengan Hilaire Munoz. Di tim tersebut, Lloris memainkan sebanyak 12 laga untuk kemudian dipromosikan ke tim utama.
Lloris dipromosikan ke tim utama sebelum musim 2005/06 dan mengenakan nomor punggung 1. Saat itu, dia ditunjuk oleh manajer Frederic Antonetti sebagai penjaga gawang. Lloris kala itu memulai debut diusia 18 tahun dalam laga melawan Chateauroux. Berkat penampilan apiknya, Nice menang dengan skor 2-0.
Di liga sendiri, Lloris memulai debutnya pada 18 Maret 2006 melawan Nancy. Di musim tersebut, Lloris catatkan sebanyak enam penampilan. Karena dianggap miliki potensi besar, Lloris lalu berhasil menembus tim utama.
Saat menjadi bagian dari tim utama Nice, Lloris hanya melewatkan satu peertandingan saja. Ia mencatat 13 clean sheet dan membawa Nice bercokol diposisi ke 16. Meski tak terlalu baik, Nice menjadi tim paling baik dalam bertahan dengan berada diurutan kelima. Lloris tercatat kebobolan sebanyak 36 gol. Ia hanya kalah dari Gregory Coupet, Cedric Carrasso dan Ulrich Rame yang kebobolan lebih sedikit.
Diawal musim 2007/08, Lloris mengalami cedera ligamen di lutut kirinya. Setelah kembali dari cedera yang cukup lama, Lloris tampil selama 71 menit melawan Le Mans. Ia diganti karena cederanya kembali kambuh.
Lloris harus menepi selama kurang lebih enam minggu sebelum akhirnya tampil di laga melawan Paris Saint Germain dimana Nice menang dengan skor 2-1. Disisa musim, Lloris berhasil membawa Nice bertengger diposisi ke 8. Dari 30 penampilan, ia hanya kebobolan sebanyak 24 kali, dan catatkan 13 clean sheet. Dia berkontribusi besar bagi klub dan menjadi incaran klub-klub besar Eropa.
Setelah jalani masa-masa indah bersama Nice, Lloris akhirnya bergabung dengan Lyon. Ia diminati oleh manajemen Lyon untuk gantikan posisi Gregory Coupet.
Saat itu, Milan juga meminati Lloris. Klub asal Italia tersebut ingin mendatangkannya ke kota Mode untuk gantikan Dida. Namun pada akhirnya, Lyon lah yang mendapat jasanya.
Dengan biaya senilai 8 juta euro, Lloris akhirnya mendapat nomor punggung 1 di Lyon.
Lloris membukukan debut bersama Lyon dilaga melawan Toulouse. Lyon menang dengan skor 3-0 dan memberikan clean sheet pertama bagi Lloris. Ditiga laga berikutnya, Lloris juga tetap menjaga clean sheet. Meski Lyon kehilangan gelar pertamanya setelah tujuh tahun mendominasi, Lloris tetap dinobatkan sebagai penjaga gawang terbaik liga. Ia masuk kedalam daftar pemain terbaik Ligue One di musim pertamanya bersama Lyon.
Pada musim 2009/10 , Lloris tetap menjadi penjaga gawang utama dan membuka musim tersebut dengan mencatat empat clean sheet dalam delapan pertandingan. Untuk penampilannya di bulan September, ia dianugerahi penghargaan Player of The Month dari UNFP. Lloris pun tercatat sebagai kiper pertama sejak Steve Mandanda yang meraih penghargaan tersebut pada Agustus 2008.
Di musim tersebut, Lloris tampil begitu konsisten. Penampilannya di kompetisi Liga Champions Eropa pun patut mendapat acungan jempol. Yang paling diingat, ia tampil begitu luar biasa saat melawan Liverpool. Lloris beberapa kali mementahkan serangan The Reds yang saat itu diisi oleh pemain-pemain seperti Fernando Torres, Dirk Kuyt dan Andriy Voronin.
Di musim 2010/11, Lloris memainkan tahun terakhirnya bersama Lyon. Ia merasa frustasi setelah gagal persembahkan gelar liga untuk tim tersebut.
Akhirnya, pada musim 2012/13, sampailah Lloris ke kompetisi Liga Inggris. Ia digaet Tottenham Hotspur dengan nilai sebesar 10 juta euro.
Selama bertahun tahun bermain untuk Tottenham, permainan Lloris semakin meningkat. Hingga tepat pada tahun 2015 lalu Lloris dipastikan menjadi kapten pertama Spurs, sedangkan Jan Vertonghen dan Harry Kane menjadi wakil kapten.
Ia mendapat kepercayaan dari manajer Mauricio Pochettino yang menganggapnya sebagai pemimpin sejati. Di musim sebelumnya, Lloris juga kerap ditunjuk menjadi kapten setelah kapten utama Younes Kaboul kerap dicadangkan hingga putuskan hengkang ke Sunderland.
Meski belum mendapat trofi di Tottenham, kegemilangan Lloris tetap menarik perhatian pelatih timnas Prancis untuk memanggilnya ke skuat ayam jantan.
Ia tampil dalam beberapa gelaran besar termasuk Piala Dunia 2010, 2014, dan 2018. Di Eropa sendiri, ia tampil di gelaran Piala Eropa 2012 dan 2016.
Di Piala Dunia 2018, Lloris menjadi bagian penting dari Timnas Prancis yang sukses merengkuh mahkota kedua mereka di kejuaraan tersebut.
Hingga kini, Lloris masih menjadi bagian penting bagi klub asal London Utara. Potensi dan kualitasnya masih sangat dibutuhkan klub tersebut untuk bisa meraih trofi bergengsi.