Radja Nainggolan lahir pada 4 mei 1988 di Antwerp, Belgia. Ia dilahirkan dari pasangan Marius Nainggolan dan Lizi Bogaerts Nainggolan. Sang ayah merupakan orang asli Indonesia yang berasal dari suku Batak. Sementara ibunya warga negara Belgia tulen.
Radja terlahir sebagai saudara kembar. Ia tumbuh bersama tiga saudara tirinya dan seorang saudara kembarnya bernama Riana Nainggolan yang lahir satu hari sebelum ia lahir. Riana juga merupakan seorang pesepakbola.
Di Belgia, Radja dibesarkan melalui etnis budaya Indonesia yang cukup kental. Saat masih kecil, Radja harus menyaksikan hubungan yang semakin tidak harmonis diantara kedua orang tuanya. Saat itu sang ayah dengan berani meninggalkan dirinya dan keluarganya untuk kembali ke Indonesia.
Radja dan saudaranya serta ibunya harus bertahan hidup sendiri. Mereka nyaris tidak memiliki barang berharga. Akibat kejadian itu, Radja kecil sempat menderita.
Sang ibu, Lizi Nainggolan kemudian mendorong dirinya serta saudara kembarnya untuk menggeluti dunia sepakbola. Terlebih lagi melihat potensi mereka dan darimana keduanya berasal, Lizi Nainggolan menganggap sepakbola adalah sesuatu yang tepat bagi Radja dan saudara kembarnya untuk keluar dari jalur kemiskinan.
Gairah Radja untuk bermain sepakbola dimulai ketika berusia lima tahun. Bersama dengan saudara perempuannya, Radja mulai bermain di Tubantia Borgehout, sebuah klub kecil di kota kelahirannya.
Pada tahun 1998 saat berusia 10 tahun Radja pindah ke Germinal Beerschot, sebuah tim di papan atas Belgia dan saat itulah Radja mulai menyadari bahwa sepakbola bisa menjadi masa depan bagi dirinya dan saudara perempuannya yang cantik.
Tetapi agar tidak mengecewakan sang ibu, Radja tidak pernah berhenti belajar formal. Baik Radja maupun saudaranya kerap mendapatkan ranking teratas di kelasnya.
Bersama dengan Germinal Beerschot, Radja bermain hingga tahun 2005. Pada tahun yang sama ia merantau ke Italia dengan bergabung dengan akademi Piacenza. Disana, Radja segera mengerti bahwa sepak bola Italia lebih sulit daripada yang ia bayangkan, dan karena itu Radja mulai bekerja lebih keras setiap hari.
Di Piacenza pula lah Radja sempat kembali bertemu dengan ayahnya setelah 13 tahun.
Setelah kurang lebih dua tahun bermain untuk tim muda Piacenza, Radja di promosikan ke tim utama. Selama tiga tahun, dari 2007 hingga 2010, Radja adalah pemain reguler Piacenza, membuat total 71 penampilan dan mencetak 4 gol.
Pada Januari 2010 Radja berganti klub dan pergi ke Cagliari dengan status pemain pinjaman. Ia melakukan debutnya di Serie A pada 7 Februari, bermain tujuh menit ketika kalah 0–3 melawan Inter Milan.
Musim panas 2010, Cagliari resmi memermanenkan Radja, di klub berjuluk I Rossoblu ia bermain selama kurang lebih tiga tahun dengan selalu menjadi pilihan utama. Radja mencatatkan torehan 7 gol dari 137 penampilan di semua kompetisi.
Ketika di Cagliari, Radja terbiasa selalu memberi yang terbaik yang ia bisa lakukan, dengan seringnya berebut bola dengan pemain lawan. Untuk alasan ini, para penggemar Cagliari mulai memanggilnya ‘The Ninja’.
Selain itu, Penampilannya bersama Rossoblu membuatnya sangat populer di kalangan penggemar klub, mereka menamainya di daftar 11 besar yang terdiri dari para pemain terbaik dalam sejarah klub Sardinia.
Bagi Radja, menurutnya sang Ibu telah menjadi sosok yang sangat penting dalam hidupnya. Ibunya mengajarinya untuk bertarung guna memenuhi impiannya. Setelah ibunya meninggal pada 2010, Radja memutuskan untuk mentato tubuhnya guna mengingat sang ibu.
Pada 7 Januari 2014, Radja bermain di AS Roma dengan status pemain pinjaman serta opsi pembelian pada musim panas selanjutnya. Bersama serigala ibukota ia melakukan debutnya pada 9 januari, dimulai dengan kemenangan kandang 1-0 atas Sampdoria di ajang Coppa Italia yang membuat Roma lolos ke perempat final.
Dua belas hari kemudian, dalam kompetisi yang sama, Radja juga membantu menyingkirkan Juventus dari turnamen ketika dirinya bermain 90 menit penuh.
Bulan berikutnya, Radja mencetak gol pertamanya untuk AS Roma, saat meraih kemenangan 1-0 melawan Bologna. Penampilan apiknya membuat manajemen AS Roma akhirnya membelinya.
Di musim 2014/15 Radja tampil sebanyak 46 kali dan mencetak 5 gol. Dirinya juga masuk ke susunan tim terbaik serie A.
Pada 6 Juli 2015, Radja memperbarui kontraknya di Olimpico hingga Juni 2020. Performanya bersama AS Roma pada musim-musim selanjutnya semakin meningkat. Dirinya juga kembali masuk dalam jajaran tim terbaik serie A selama tiga musim beruntun.
Pada musim 2016/17 ia juga dinobatkan sebagai pemain terbaik AS Roma setelah mencetak 14 gol dari 53 pertandingan di semua kompetisi. Setelah bermain gemilang bersama AS Roma, Radja akhirnya meninggalkan ibukota pada tahun 2018.
Bersama serigala Roma, Radja telah tampil dalam 203 pertandingan di semua ajang dan mencetak 33 gol. Meskipun belum memberikan sebuah gelar. Dirinya sudah dikenal sebagai salah satu gelandang terbaik yang ada di eropa.
Pada 26 Juni 2018, Radja resmi menandatangani kontrak dengan Inter Milan dengan biaya transfer 38 juta euro atau sekitar Rp 605 Miliar. Ia dikontrak hingga tahun 2022.
Radja mencetak gol dalam pertandingan pertamanya bersama Nerrazuri di Serie A pada 1 September, saat membantu mengalahkan Bologna 3-0.
Sayangnya, musim pertamanya bersama Inter masih belum memuaskan. Radja kerap diganggu cedera sehingga membuat penampilannya tidak maksimal.
Pada musim itu, Radja tampil dalam 36 pertandingan di semua kompetisi untuk Inter Milan. Dari semua kesempatan itu, ia mencetak 7 gol dan membuat tiga assist. Musim panas 2019, Radja kemudian kembali ke klub lamanya, Cagliari.
Dalam pentas Internasional, setelah sempat membuat penampilan di tim junior Belgia. Radja melakukan debutnya bersama tim senior pada 29 Mei 2009, melawan Chile di Piala Kirin.
Kemudian gol pertamanya untuk Belgia terjadi pada 5 Maret 2014, dalam laga uji coba yang berakhir imbang 2-2 lawan Pantai Gading.
Setelah tidak masuk ke dalam tim yang tampil di Piala dunia 2014. Radja menjadi pilihan utama Belgia saat berlaga di ajang piala eropa 2016. Pada turnamen itu, Radja membawa Belgia menembus babak perempat final.
Pada Agustus 2017, Radja sempat memutuskan pensiun dari tim nasional, tapi beberapa bulan kemudian ia mendapat panggilan lagi oleh pelatih timnas, Roberto Martinez untuk laga persahabatan.
Tapi, setelah namanya tak dimasukan untuk Piala Dunia 2018 Radja kembali memutuskan untuk berhenti dari ajang Internasional.
Pertandingan terakhirnya bersama Belgia terjadi melawan Arab saudi pada maret 2018. Radja telah mengoleksi 30 penampilan dan mencetak 6 gol untuk Belgia.
Dalam hubungan pribadinya, Radja menikahi Claudia Lai pada tahun 2011. Pasangan tersebut menjadi orang tua dari anak perempuan bernama Aysha yang lahir pada 2012 dan Mailey lahir 2016.
Namun pada 10 Juli 2019, Lai didiagnosis menderita kanker dan harus menjalani perawatan kemoterapi. Hal itulah yang dikabarkan menjadi alasan kuat mengapa Radja memutuskan untuk kembali membela Cagliari.
Kini, Radja sempat dianggap oleh banyak pengamat sebagai salah satu gelandang terbaik dan terlengkap di Eropa, karena kemampuannya untuk membantu timnya baik secara ofensif dan defensif, Selain kemampuan sepakbolanya, pemain yang memiliki banyak tatto ini juga dipuji karena kepemimpinannya.