Setiap klub sepak bola memiliki paling tidak satu pemain muda berbakatnya. Kali ini, Spurs bisa menjadi contoh bagaimana para pemain muda bertransformasi menjadi kekuatan terbesar dalam dunia sepak bola.
Melalui Mauricio Pochettino, Spurs berhasil menelurkan pemain-pemain muda berbakat seperti Harry Kane, Dele Alli, hingga Harry Winks. Pochettino merupakan salah satu pelatih berkualitas. Dibawah asuhannya, para pemain tersebut menjelma menjadi pemain paling diinginkan di Eropa.
Nama pertama mungkin yang paling menjadi sorotan. Hary Kane, penyerang muda asal Inggris menjadi salah satu predator terganas di kompetisi tertinggi Negri Ratu Elizabeth.
Diawal kariernya bersama Spurs, Kane sempat diragukan. Bahkan setelah semusim sempat mencuri perhatian, khalayak tetap menganggap Kane hanya striker musiman dan tidak akan bertahan lama.
Namun apa yang terjadi di lapangan sungguh berbeda, Kane tetap bertahan. Ia bahkan memimpin rekan-rekannya untuk tampil di Piala Dunia 2018 Russia.
Sebetulnya, Tottenham punya talenta berbakat lainnya, dan itu tidak berada dalam diri Hary Kane. Adalah Cameron Lancaster. Pria yang kini berusia 27 tahun pernah digadang-gadang menjadi bintang The LillyWhites dimasa depan.
Bahkan, banyak yang menyebut kalau Cameron Lancaster masih lebih hebat dari Hary Kane.
Di akademi Spurs, Lancaster dan Kane berada di kelompok usia yang sama. Mereka tampil begitu gemilang dan saling berlomba utuk bisa tampil di tim utama.
Di era Harry Redknapp, Lancaster sempat diberi kesempatan untuk berlatih dengan tim-tim utama. Saat itu, ada nama-nama seperti Luka Modric hingga Gareth Bale.
“Saat itu, aku masih beusia 18 atau 19 tahun. Aku begitu senang saat diberi kesempatan berlatih dengan para pemain bintang,” ucap Lancaster. (dikutip dari planetfootball)
Setelah beberapa kali berlatih dengan tim utama, Redknapp lalu memberi kepercayaan bagi Lancaster. Ia yang sudah banyak dibicarakan publik begitu pede saat masuk kedalam lapangan.
Di pertandingan melawan Wigan pada 2012 lalu, Lancaster dibuat terbelalak, karena saat itu ia bisa merumput bersama pemain-pemain seperti Ledley King, Scott Parker, Luka Modric, dan tentunya Gareth Bale. Saat itu, Lancaster menggantikan Emmanuel Adebayor di menit ke 78.
Lancaster yang sebelumnya hanya bisa mengamati para pemain bintang itu berlatih, kini ia secara langsung mendapat kesempatan untuk berbagi bola dengan para seniornya.
“Aku begitu ingat dan masih merasa senang ketika Redknapp memanggilku dari bangku cadangan. Ia meminta ku untuk masuk dan menyuruhku untuk bersenang-senang selama 15 menit di lapangan.” (dikutip dari planetfootball)
Perasaan Lancaster kala itu semakin bercampur aduk. Pasalnya, ia mendapati kalau Spurs akan menjual salah satu striker mereka, yaitu Roman Pavlyuchenko.
Saat Villas Boas ditunjuk sebagai manajer Spurs, Lancaster mendapat berkah. Ia dipanggil untuk jalani latihan bersama tim utama dan diberi kontrak selama dua tahun. Terlebih, ia diikutkan kedalam skuat yang jalani tur pra musim.
Namun, berkah dari penunjukkan Villas Boas seketika menjadi masalah besar bagi Lancaster. Ia yang masuk kedalam skuat pra musim tidak pernah lagi bermain untuk tim utama.
Artinya, pertandingan melawan Wigan pada era Harry Redknapp menjadi yang pertama dan terakhir baginya.
Saat mengikuti latihan untuk jalani pra musim, Lancaster secara mengejutkan terkena cedera parah. Ia mengalami masalah pada tulang pahanya dan harus beristirahat selama kurang lebih setahun.
Dan sejak saat itu, Cameron Lancaster mulai akrab dengan masalah cedera. Yang terparah, ia sempat mengalami cedera ACL dan tak pernah bisa tampilkan performa maskimal.
Hingga tepat pada 2014, Spurs tak lagi perpanjang kontraknya. Lancaster hidup dalam ketidakpastian. Di tahun tersebut, Lancaster bergabung dengan Stevenage FC untuk kemudian hijrah ke St Albans City, Louisville City FC, dan bermuara di klub MLS, Nashville SC.
Sementara Harry Kane yang kembali ke White Hart Lane setelah jalani sejumlah masa peminjaman, malah temukan sinarnya di klub London Utara.
“Aku punya banyak pilihan. Aku ingin melakukan perubahan dan tidak ingin menyerah begitu saja. Di timku sekarang aku coba temukan kembali permainan dan berusaha untuk membuat hal besar.” kata Lancaster (dikutip dari planetfootball)