Arsenal telah merampungkan kepindahan Nicolas Pepe dari Lille pada bursa transfer musim panas ini. Klub besutan Unai Emery bersedia membayar sang pemain dengan mahar 80 juta euro atau setara 1,1 triliun rupiah. Pepe sendiri menjadi alternatif pembelian Arsenal setelah gagal mendatangkan striker Crystal Palace, Wilfried Zaha.
Pemain berpaspor Pantai Gading itu menjadi rekrutan keempat Arsenal pada musim panas 2019. Sebelumnya, The Gunners berhasil mendatangkan defender Prancis, William Saliba, yang dibeli senilai 27 juta pounds atau setara 463 miliar rupiah dari klub St Etienne.
Selain itu, Tim Meriam London juga sukses memboyong winger Gabriel Martinelli dari klub Brasil, Ituano, seharga 6 juta pounds atau setara 103 miliar rupiah. Dan tak ketinggalan, klub yang bermarkas di Emirates Stadium juga meminjam jasa gelandang asal Spanyol, Dani Ceballos, dari Real Madrid.
Dihargai dengan nilai lebih dari 1 triliun rupiah, siapa sebenarnya Nicolas Pepe?
Nicolas Pepe lahir pada 29 Mei 1995 di Mantes-la-Jolie, Prancis. Dibesarkan oleh sebuah keluarga imigran Muslim asal Pantai Gading yang bermigrasi ke daerah bagian timur laut Prancis, kehidupan tak selalu baik kepada Pepe.
Ibunya hanya mendapat pekerjaan sebagai pembantu rumah tangga, sementara sang ayah berprofesi sebagai penjaga penjara. Penghasilan kedua orang tuanya yang kemungkinan tak seberapa membuat Pepe bahkan tak memiliki uang untuk membeli mainan.
Namun, saat berusia 6 tahun, Pepe ditanya oleh salah seorang guru di sekolahnya perihal apa yang ingin dilakukannya di masa depan. Pepe dengan yakin menjawab jika dia ingin menjadi seorang pesepakbola profesional.
Benar saja, jalan Pepe mengarungi karier di dunia sepak bola mulai terbuka.
Hal itu terjadi usai keluarganya berpindah ke Poitiers di bagian barat Prancis. Pepe tergabung dengan sebuah klub Prancis kasta kelima, Poitiers FC, dimana dirinya mampu memukau sang pelatih dengan kemampuannya mengolah bola. Melihat bakat Pepe, sang ayah rela mengesampingkan pekerjaannya hanya demi melatih dan menggali potensi anaknya. Ayahnya itu seolah ingin mewujudkan mimpi masa mudanya lewat sang anak.
Dikabarkan, ayah Pepe pernah menggeluti dunia sepak bola, namun tak sampai bermain secara profesional.
Lewat tempaan sang ayah dan pelatih timnya saat itu, Pepe kemudian bisa berpindah dari Poitiers FC ke SCO Angers. Di klub barunya, Pepe belajar bahwa sepak bola tak melulu soal kesenangan, tapi juga ada gol, assist dan disiplin. Selain itu, Pepe juga belajar jika dari bermain sepak bola ia bisa mendapat penghasilan.
Dua tahun berada di tim B, Pepe kemudian mampu menembus tim utama Angers. Bersama tim utama, Pepe sempat dipinjamkan ke US Orleans untuk kemudian kembali ke Angers. Selama kampanye 2016/17 bersama Angers, Pepe mampu catatkan 33 penampilan. Selain itu, Pepe juga berhasil menarik minat pelatih Tim Nasional Pantai Gading untuk memasukkannya kedalam skuat.
Saat bermain untuk Angers, Pepe pernah memiliki pengalaman yang cukup buruk. Saat itu, dirinya hampir saja didepak dari klub tersebut karena masalah indisipliner. Diceritakan, Pepe yang saat itu akan pergi berlatih tiba-tiba berbuat usil bersama dengan sejumlah rekan setimnya. Ia mampir ke supermarket dan mengutil coklat hingga membuat petugas keamanan bertindak tegas. Karena ketahuan pihak klub, Pepe hampir saja dipecat.
Namun presiden klub saat itu meminta pelatih untuk memberinya kesempatan kedua. Berkat kepercayaan yang diberi sang presiden, jadilah Pepe tampil memukau dan menarik minat sejumlah pihak.
Bermain apik di tim utama Angers, kemilau potensinya ditemukan oleh Marcelo Bielsa, yang baru saja ditunjuk sebagai juru taktik Lille.
Tepat pada 20 Mei 2017, laga terakhir kompetisi sepakbola Prancis. Bielsa menghadiri pertandingan antara Angers melawan Montpellier. Saat itu, ia melihat sesosok mutiara yang berlari kencang dari pinggir lapangan. Dibuat terpukau oleh kehebatan sang pemain, dia langsung memasukkan nama Pepe kedalam daftar belanja klub.
Saat itu, Bielsa memang tidak melihat Pepe mencetak gol. Tapi, permainan Pepe sepanjang pertandingan berhasil meyakinkannya untuk segera ambil tindakan.
Setelah melalui serangkaian negosiasi, tepat di tahun 2017 Pepe akhirnya hijrah ke calon klub yang akan membesarkan namanya, Lille. Dirinya diboyong dengan mahar 10 juta euro atau setara 156 milliar rupiah.
Meski bakat Nicolas Pepe ditemukan Marcelo Bielsa, pelatih asal Argentina itu malah gagal memanfaatkan potensi sang pemain. Saat itu Bielsa menempatkan Pepe diposisi ujung tombak hingga membuatnya tak terlalu tampil maksimal.
Dimusim pertamanya, Lille hampir saja tergedradasi. Praktis, mereka memecat Bielsa dan menggantinya dengan Christoph Galtier.
Dibawah arahan Christoph Galtier, Pepe menjadi pemain yang begitu diandalkan. Bermain di posisi aslinya, yaitu pos sayap kanan atau sesekali bermain di kiri, pemain Timnas Pantai Gading kelahiran Perancis ini berhasil mencatatkan 22 gol dan 11 assist di liga musim lalu. Jumlah golnya hanya kalah dari Kylian Mbappe yang mampu lesatkan sebanyak 33 gol. Rataan shoot on target nya pun mencapai 64%, dimana ia melakukan cobaan sebanyak 95 kali tembakan, dengan 61 diantaranya mengarah kegawang.
Bahkan, dirinya mencuri perhatian saat membawa Lille melibas PSG dengan skor 5-1. Kala itu, Pepe tampil luar biasa dengan menyumbangkan sebiji gol dan dua assist.
Pepe sendiri memang tipikal pemain yang mampu mengubah nasib tim lewat kemampuan individunya. Mantan penggawa Angers ini menjadi pemain dengan jumlah dribel terbanyak kelima, dengan total lebih dari 250 dribel. Bahkan dia menjadi pemain yang paling sering dilanggar di Ligue One, dengan total sebanyak 91 kali. Angka tersebut tak mengherankan karena selain handal dalam mencetak gol dan menciptakan peluang, Pepe juga menjadi pemain yang memegang jumlah umpan kunci terbanyak.
Catatan tersebut meningkat pesat setelah dimusim sebelumnya, atau musim pertama Pepe bersama Lille, dia hanya mencatatkan 13 gol dan 5 asisst. Peningkatan kualitas inilah yang membuatnya mulai dikaitkan dengan tim-tim besar.
Pepe dikenal sebagai striker yang menjadi mimpi buruk bagi para defender. Dirinya cepat, kuat, dan memiliki skill tinggi. Hal itupun disetujui oleh sang pelatih, Christoph Galtier.
“Dia (Pepe) telah mengejutkanku. Dia telah mengejutkan kita semua,”
“Dia akan menjadi pemain kelas dunia, karena kita tahu dia bisa melakukan apapun. Dia bahkan tidak butuh banyak adaptasi. Setelah bermain gemilang bersama kami, aku yakin dia akan bersinar di kompetisi Liga Champions.” ungkap sang pelatih (dikutip dari talksport)
Berkat kegemilangannya di Lille, Pepe langsung diperebutkan oleh beberapa klub tenar. Tak cuma mendapat kepopuleran di kalangan klub, Pepe juga tentu memiliki pundi-pundi uang dari hasilnya bermain sepak bola. Praktis, uang hasil dari mimpi kecilnya yang terwujud mampu menyelamatkan keluarganya dari jeratan kemiskinan.
Secara tidak langsung, sepak bola telah merubah perekonomian keluarganya, dari yang dulunya imigran dengan kondisi ekonomi pas-pasan, hingga menjadi keluarga yang cukup, bahkan lebih secara ekonomi.