Ada stereotip lama bagi seorang kiper, yaitu semakin menawan seiring berjalannya usia. Penjaga gawang justru akan semakin matang jika sudah melewati usia 30, bahkan sampai mendekati 40. Namun, tidak dengan Edwin Van der Sar. Kiper asal Belanda barangkali sedikit mengusik pendapat lama tersebut. Ia ciamik sejak meniti karier.
Ia mengawali karier di level tertinggi, dan mengakhiri karier di level tertinggi pula.
Bila penggemar sepak bola masa kini kerap disuguhi kiper dengan footwork mumpuni semacam Ederson, Alisson, atau Kepa, maka Edwin van Der Sar sudah memiliki atribut semacam itu sejak dulu.
Van der Sar tumbuh di lingkungan sepak bola Ajax Amsterdam (dibaca: ayak), tempat yang amat terpengaruh dengan filosofi total voetbal Rinus Michel dan Johan Cruyff yang mengagungkan penguasaan bola.
Sebelumnya, saat usianya masih menginjak 10 tahun, ia mendaftarkan diri ke Akademi Foreholte, kesebelasan asal kota kelahirannya di Voorhout pada 1980. Lima tahun berlalu, ia melanjutkan pendidikan sepakbolanya di VV Noordwijk.
Permainan yang ditunjukkan Van Der Sar membuat namanya kian dikenal. Louis van Gaal yang kala itu menjabat sebagai asisten pelatih Ajax Amsterdam, langsung merekomendasikan Van Der Sar.
Kualitas van der Sar muda yang mumpuni pada akhirnya membuat van Gaal dan atasannya, Leo Beenhakker, sepakat untuk mencomotnya dari VV Noordwijk.
Memulai debut pada musim 1990/91, dia sempat tak mendapat tempat pada musim berikutnya. Namun, begitu kiper utama Stanley Mezzo tampil buruk, Van der Sar muda mulai mengklaim tempat utama pada 1992/93. Sejak saat itu, dia selalu mencatatkan lebih dari 40 laga di tiap musimnya.
Di musim 1993/94, Van Der Sar berhasil mengantarkan timnya meraih juara Eredivisie. Bahkan permainan apik yang selalu ia tunjukkan selama satu musim tersebut membawa dirinya meraih penghargaan Dutch Keeper of the Year. Penghargaan ini pun selalu ia dapatkan tiga musim berikutnya secara berturut-turut.
Setelah Eredivisie, Van Der Sar juga mengantarkan Ajax (dibaca: ayak) menjuarai Liga Champions setelah mengalahkan AC Milan. Catatan tersebut dianggap yang paling fenomenal. Pasalnya hingga saat itu, belum ada tim Belanda lainnya yang mampu menjuarai Liga Champions Eropa.
Selama membela Ajax (dibaca: ayak), Van der Sar telah menorehkan gelar bergengsi seperti Eredivisie, Piala KNVB, Johan Cruyff Schaal, Liga Champions, Piala UEFA, Piala Super Eropa, dan Piala Interkontinental.
Selama sembilan musim membela panji De Godenzonen, karier van der Sar memang berjalan sangat ciamik. Secara keseluruhan, dirinya sukses menggondol 14 titel juara. Dalam kurun waktu yang sama pula, van der Sar mencatat 312 penampilan di seluruh kompetisi yang diikuti Ajax dan sanggup menyumbang satu biji gol lewat titik putih. Gol itu dibukukan sang kiper pada laga melawan De Graafschaap di pekan terakhir ajang Eredivisie musim 1997/98.
Namun setelah hampir satu dekade dan mengoleksi total 14 silverware, ia memutuskan meninggalkan Ajax dengan berlabuh di Juventus.
Sebetulnya, van der Sar nyaris bergabung dengan Manchester United. Pasalnya, momen kepergian van Der Sar dari Ajax bertepatan dengan kepastian hijrahnya seorang kiper legenda di klub Manchester. Peter Schmeichel yang agung turun dari singgasananya di Old Trafford, dan pelatih Sir Alex Ferguson menganggap Van der Sar dapat menggantikan dirinya.
Akan tetapi, manajemen United sudah menjalin kontak dengan kiper medioker bernama Mark Bosnich, hingga kisah bersama Van der Sar pun terpaksa ditunda.
Resmi berseragam Juventus, ternyata tak membuat van Der Sar betah. Atributnya tak cocok dengan iklim taktik Italia yang lebih defensif. Bertepatan dengan kedatangan kiper muda bernama Gianluigi Buffon, ia pindah ke klub medioker, Fulham.
Dua musim membela Juventus, van der Sar tak sanggup menyumbang gelar bergengsi selain Piala Intertoto 1999.
Di Craven Cottage, meski tak memburu trofi, ia tak kehilangan sentuhan. van Der Sar mempertahankan tempatnya di tim nasional Belanda. Lalu tepat pada bursa transfer 2005, Sir Alex Ferguson tak membuang kesempatan lagi. United tak kunjung menemukan kiper solid sejak 1999, dan ketika Van der Sar datang, United tak gonta-ganti kiper lagi hingga 2011.
Semenjak pertama kali injakkan kaki di Old Trafford, kisah petualangan van der Sar di kota Manchester begitu penuh dengan warna. Dianggap Sir Alex sebagai penjaga gawang terbaik yang bisa dimiliki United setelah Peter Schmeichel, van der Sar tampil sebagai tembok kokoh di bawah mistar. Bersama nama-nama seperti Rio Ferdinand, Ryan Giggs, Gary Neville, dan Paul Scholes, Van der Sar berhasil mengunci empat gelar Liga Primer Inggris, dua Piala Liga, tiga titel Community Shield, dan masing-masing satu trofi Liga Champions dan Piala Dunia Antarklub.
Datang di usia 35 tahun, pria yang sudah mendapat julukan The Flying Dutchman tersebut benar-benar mampu menapaktilasi pencapaian Schmeichel. Hanya dalam rentang enam musim membela panji The Red Devils, van der Sar sukses mencatat 266 penampilan di semua kompetisi. Dari ratusan partai tersebut, Van der Sar sanggup membukukan clean sheets di 135 kesempatan.
Lelaki yang merupakan suami dari Annemarie van Kesteren ini mengakhiri karier sepak bolanya pada Mei 2011 kemarin. Laga terakhirnya sebagai pesepak bola profesional dilaluinya saat mentas bareng Manchester United di final Liga Champions 2010/11 melawan Barcelona.
Sayang, tangannya tak lagi mampu bawa trofi Si Kuping Besar ke Old Trafford.
Dari seluruh gelar juara bersama klub-klub raksasa terkenal Eropa, tak satupun kiprah cemerlangnya bersama tim nasional Belanda menghasilkan trofi. van Der Sar melakukan debut bersama De Oranje (dibaca: de oranje) pada 1995. Banyak kejuaraan yang ia lalui seperti Piala Eropa dan Piala Dunia, tapi hingga akhir kariernya pada 2008 tak satupun trofi yang dapat ia angkat.
Namun begitu, 130 caps yang didapatnya selama 13 tahun berseragam De Oranje merupakan bukti sahih yang sulit dibantah.
Usai pensiun, warna-warni karier sepak bola van der Sar berlanjut di level manajerial. Dimulai dengan jabatan direktur pemasaran, pria dengan postur yang nyaris menyentuh angka 2 meter itu kini berstatus sebagai Chief Executive Officer (CEO) Ajax Amsterdam.