Sebelum era Ronaldo-Messi, sepak bola dimanjakan oleh aksi talenta asal Brasil, yakni Ricardo Kaka. Kaka yang dalam karirnya bersinar bersama AC Milan merupakan pemain terbaik pada saat itu.
Pemain bernama lengkap Ricardo Izecson dos Santos Leite tentu selamanya memegang tempat di hati para pendukung AC Milan atas semua yang pernah ia capai selama berkostum merah-hitam.
Kaka memperkuat AC Milan sejak tahun 2003, saat itu ia adalah bintang muda dari Sao Paolo. Dalam enam musim perjalanannya di Italia, Kaka telah banyak berkontribusi untuk AC Milan, ia membawa Rossoneri raih Scudetto 2004, satu trofi liga Champions dan satu gelar piala dunia antar klub.
Kaka sering dijadikan titik fokus serangan oleh pelatih Ancelotti, pemain Brasil ini beroperasi dalam beberapa peran agar memiliki pengaruh sebesar mungkin. Entah sebagai pemain tengah, playmaker atau berperan sebagai second striker yang berada di belakang Filipo Inzaghi sebagai striker utama.
Di masa terbaiknya, tidak ada yang bisa menghentikan Kaka. Kaka sering disebut-sebut sebagai manusia terakhir yang memenangkan Ballon d’Or hingga kemudian penghargaan ini didominasi oleh dua manusia dari planet lain, Cristiano Ronaldo dan Lionel Messi.
Bahkan bagi sebagian orang, Kaka adalah pesepak bola terhebat yang pernah mereka lihat. Musim terbaik Kaka terjadi pada 2006/07. Di tengah masih hangatnya kasus Calciopoli, pemain yang begitu taat kepada Tuhan ini sukses menjadi aktor penting keberhasilan AC Milan meraih gelar Liga Champions ketujuh sepanjang sejarah mereka.
Ada begitu banyak momen yang dilakukan seorang Ricardo Kaka dalam langkahnya membawa AC Milan rengkuh trofi si kuping besar saat taklukkan Liverpool di final. Salah satu momen yang paling istimewa dan mungkin paling dikenang terjadi di babak semifinal.
Dari kesekian banyaknya match yang Kaka lakoni, penampilan saat ia melawan Manchester United menjadikan dirinya pantas dilabeli pemain terbaik tahun itu.
Hari itu, 24 April 2007, AC Milan bertandang di Stadion Old Trafford markas klub kuat yang saat itu dilatih oleh sir Alex Ferguson dan dihuni bintang-bintang muda macam Cristiano Ronaldo atau Wayne Rooney dalam leg pertama semi final liga champions.
Semua menjagokan Setan Merah pada pertandingan tersebut. Wajar, karena Man United lolos ke babak semifinal setelah menang telak atas tim lain asal Italia, AS Roma. Di sisi lain, AC Milan bisa lolos ke semifinal setelah susah payah mengalahkan tim raksasa Jerman, Bayern München.
Man United sukses membuka keunggulan melalui Cristiano Ronaldo pada awal-awal pertandingan. Keunggulan ini membuat mereka terus menerus menggempur lini pertahanan AC Milan yang dikomandoi oleh Paolo Maldini.
Keasyikan menyerang, Setan Merah justru lupa terhadap lini pertahanannya. Mereka tidak sadar ada bahaya yang mengintai. Kondisi tersebut kemudian dimanfaatkan Kaka untuk menunjukkan magisnya. Dalam kurun waktu 15 menit, Kaka berhasil membuat AC Milan justru berhasil membalikkan keadaan.
Gol pertama tercipta pada menit ke-22, Clarence Seedorf memberikan bola ke Kaká yang melakukan akselerasi melewati Gabriel Heinze dengan mudah, ia membawa bola dengan tenang di tepi kotak penalti dan menyelesaikan larinya dengan penyelesaian yang dingin lewat kaki kirinya, bola gagal di jangkau Van Der Sar.
Gol kedua lebih spektakuler lagi. Memanfaatkan bola liar yang bergulir di sisi kanan pertahanan Man United, Kaka memenangi adu badan dengan Darren Fletcher. Tidak habis sampai di situ, Kaka kemudian mengecoh Heinze dan Evra sehingga keduanya bertabrakan.
Aksi individu ini diselesaikan dengan manis oleh pemain bernomor punggung 22 tersebut lewat sepakan kaki kanan yang merobek jala van der sar. “Absolutely magical” menurut Clyve Tyldesley, komentator pertandingan saat itu.
Meskipun hasil akhir untuk kemenangan Man United dengan skor 3-2, namun kecerdikan dan kecemerlangan Kaka telah membuat kekacauan di stadion Old Trafford.
Meski kalah di Leg Pertama, Kaka dan kawan-kawan berhasil membalasnya di San Siro. Pada pertandingan leg kedua tersebut, Kaka lagi-lagi jadi bintang dengan mencetak satu dari tiga gol kemenangan AC Milan yang mengantarkan Rossoneri ke final.
Di laga final, Kaka menyumbang satu asisst bagi Filippo Inzaghi yang membawa mereka mengalahkan Liverpool 2-1. Pada akhir turnamen, Selain gelar juara Liga Champions, Kaka juga meraih gelar top scorer dengan total 10 gol. Ia juga menciptakan total 5 assist.
Penampilan Kaka jelas mengesankan pada pertandingan tersebut. Dua gol fenomenal yang pasti akan selalu diingat oleh para penggemar Man United. Kaka mungkin tidak mendapakan standing applause seperti seniornya pemain asal Brasil lain, yaitu Ronaldo Nazario. Tapi kedigdayaan Kaka malam itu akan selalu diingat.
Pada akhir tahun 2007, Kaka membawa AC Milan raih trofi piala dunia antar klub. Atas performanya yang dahsyat, ia lalu dianugrahi Balon D’or dan FIFA World Player Of The Year.
Setelah Kaka hijrah ke Real Madrid pada musim panas 2009, Andrea Pirlo mengakui kehebatan pemain asal Brasil tersebut. “Selama dua atau tiga tahun, dia adalah pemain terbaik di dunia,” (Dikutip dari TheseFootballthemes)
“Ada titik di mana tim tidak tahu bagaimana menghentikannya.”
Pirlo mencontohkan seperti yang diperlihatkannya di semi final Liga Champions 2006/07, Pirlo yang ramah itu memang tidak berlebihan dalam berucap dan, bagi Manchester United, mereka disuruh untuk belajar menghadapi tantangan yang sulit.