Halo football lovers, jumpa lagi dengan kami yang akan terus memberikan informasi dan kisah menarik seputar dunia sepakbola.
Buat kamu yang gak mau ketinggalan info dan kisah menarik dalam dunia sepakbola, jangan lupa untuk klik tombol subscribenya ya..
Football lovers, pernah denger tentang sang revolusioner bernama Nelson Mandela? Pasti pernah kan?! Nah beliau ini pernah mengeluarkan kata-kata yang menurut kami indah. Kira-kira begini ungkapannya,
“Tidak ada yang dilahirkan membenci orang lain karena perbedaan warna kulit atau latar belakang atau agamanya. Orang harus belajar membenci, dan bila mereka bisa belajar membenci, mereka bisa diajarkan untuk mencintai, karena cinta datang secara natural ke hati manusia daripada sebaliknya.”
Nah, ungkapan yang bermakna tentang kesetaraan manusia ini memiliki hubungan pada pemain yang akan kita bahas kali ini. Kira-kira, udah pada bisa nebak belum nih, siapa pemain yang akan dibahas?
Langsung aja ya, di kesempatan kali ini kami akan mengajak kalian untuk membahas tentang pemain berkewarganegaraan Senegal, yaitu Kalidou Koulibaly.
Menceritakan tentang perjalanan hidupnya, Koulibaly mengatakan “kita semua saudara!”
Menjabarkan kalimat yang diungkapnya, Koulibaly berkata kalau terkadang anak-anak lebih bisa memperlakukan orang dengan baik, ketimbang orang dewasa.
Di zaman sekarang, banyak sekali pelecehan ras. Banyak orang-orang yang menganggap kalau keturunannya adalah yang terbaik dibanding dengan yang lain. Hal itulah yang dirasakan oleh Koulibaly.
Dia merasa kalau warna hitam menjadi yang paling dibenci di dunia. Dia merasa tersudutkan. Bahkan, dia merasa pernah tidak diinginkan oleh orang-orang disekitarnya.
Koulibaly pernah bercerita tentang hal yang tidak disukainya, yaitu saat para wartawan bertanya,
“Koulibaly, bagaimana rasanya mendapat perlakuan rasis? Apakah itu sangat mengganggu mu?”
Dalam hati, Koulibaly berkata kalau orang-orang tersebut tidak akan pernah bisa merasakan, jika mereka belum pernah berada di posisinya saat ini. Artinya, itu merupakan hal yang sangat menjengkelkan, memalukan, dan terlebih, sangat menjijikan!
Setiap kali Koulibaly mendapat perlakuan rasis, dia hanya bertanya,
“kenapa orang-orang tidak bisa berlaku saling mencintai?”
Menurut Koulibaly, kita tidak seharusnya membenci. Dirinya pun masih ingat betul saat pertama kali datang ke Italia. Pemain asal Senegal ini mendapat perlakuan rasisme dari para penggemar Lazio. Saat itu, Koulibaly berkata,
“Mengapa mereka melakukan ini? Apakah menjadi orang berkulit hitam tidaklah Normal?”
Saat itu, dia langsung ingin keluar lapangan. Tapi seketika ia berfikir jika putuskan keluar maka saat itu juga ia “kalah”.
Menanggapi kasus rasisme, Koulubaly merasa sangat kecewa. Padahal, dia hanya ingin bermain bola dan membuat semua orang senang, tanpa memikirkan dari mana mereka berasal dan apa agama mereka.
Setelah laga melawan Lazio usai, Koulibaly keluar lapangan dengan perasaan marah. Namun ia ingat kalau sebelum pertandingan dimulai, ada maskot pertandingan yang menggenggam erat tangannya sambil berkata bahwa ia menginginkan jersey nya nanti.
Sambil mencoba untuk meredakan amarahnya, Koulibaly akhirnya menemukan bocah tersebut, dan ia pun langsung memberikan jerseynya kepada bocah itu.
Namun ada hal yang benar-benar membuat Koulibaly kaget dan begitu terkesan. Tepat setelah ia memberikan jersey nya kepada sang bocah, bocah itu berkata,
“Maafkan aku atas apa yang telah terjadi”
Mendengar kalimat itu, Koulibaly merasa tersentuh. Ia merasa bahwa inilah kita yang sebenarnya. Terkadang kita harus berlagak seperti bocah hanya untuk menerima perbedaan. Kita harus memposisikan diri sebagai anak-anak saat bermain bola. Tidak ada perbedaan, tidak ada perlakuan negatif, tidak ada pelecehan, tidak ada hinaan. Yang ada hanyalah sebuah kegembiraan.
Membalas permintaan maaf bocah tersebut, Koulubaly pun berkata,
“Tidak apa-apa. Terima kasih.”
Menurutnya, orang-orang harus tahu bagaimana cara menghargai orang lain. Kita semua saudara, dan jangan sampai hal-hal semacam ini terulang kembali.
Koulibaly pun lalu menceritakan pengalamannya saat di Prancis. Perlu diketahui, Koulibaly merupakan pemain yang lahir di Prancis. Dia lahir dari pasangan imigran asal Senegal. Saat pertama kali diajak ibunya pergi ke Senegal, Koulibaly sangat terkejut karena banyak anak-anak disana yang bermain bola tanpa mengenakan sepatu. Ia pun lalu meminta ibunya untuk pergi ke toko guna membelikan sepatu anak-anak disana agar bisa bermain bola dengan nyaman.
Namun ibunya hanya tersenyum dan mengatakan,
“Kalidou, lepaslah sepatumu dan bergabung dengan mereka.”
Setelah memenuhi permintaan sang ibu, Koulibaly merasakan kebahagiaan bermain bersama teman-temannya. Ia bisa merasakan langsung kakinya menapak di tanah dengan diiringi debu yang bertebaran.
Menurutnya, disinilah hasrat bermain bolanya mulai terbentuk.
Setelah kembali ke Prancis, Koulibaly menceritakan bagaimana indahnya suasana disana. Koulibaly berkata kalau tetangganya banyak juga yang merupakan seorang imigran. Karena menemui anak-anak dari berbagai belahan dunia, Koulibaly bercerita kalau mereka sering melakukan “pertandingan antar negara”.
Mereka bisa melakukan pertandingan antara Senegal vs Prancis, Turki vs Marocco, dan seterusnya.
Baginya, itu adalah momen luar biasa karena di momen itu juga teman-temannya sama sekali tidak mempermasalahkan dimana mereka berasal. Semua berjalan begitu saja dan terciptalah sebuah kebahagiaan bernama “Piala Dunia Mini”.
Selain bermain bola, Koulibaly juga bercerita kalau orang tua teman-temannya memiliki hati yang sangat baik. Mereka terbiasa bermain di rumah tetangganya hingga menganggap kalau ibu dari temannya adalah ibunya juga.
Menyimpulkan ceritanya, Koulibaly mengatakan kalau inilah maksud dari sebuah persaudaraan. Mereka biasa tinggal di daerah semacam itu. Mereka hitam, Arab, putih, orang Afrika, Muslim, Kristian, tapi mereka adalah orang-orang Prancis.
Saat pertama kali tiba di Napoli, Koulibaly juga merasakan hal yang sama.
Meski di Italia ada banyak supporter yang berlaku rasis, Koulibaly sama sekali tidak menemukan hal tersebut di Napoli. Ia bercerita saat pertama kali mendarat di San Paolo, dirinya mendapat sambutan hangat dari presiden De Laurentis. Menurutnya, sang presiden adalah sosok yang sangat humoris. Laurentis banyak bercerita dan membuatnya tertawa.
Awalnya, Koulibaly menganggap kalau tidak semua orang Napoli seperti itu. Namun setelah dia benar-benar hidup disana, ia begitu mencintai rakyat Napoli. Semua orang ramah dan menyambutnya dengan sangat baik. Menceritakan hal tersebut, Koulibaly menyebut kalau suasana di Napoli sama seperti di Afrika.
Selain tentang sang presiden dan orang-orang disana, ada satu hal lagi yang membuatnya makin mencintai Napoli, yaitu mantan bosnya, Maurizio Sarri. Koulibaly menyebut kalau ia punya kenangan yang tak terlupakan bersama pria yang gemar merokok itu.
Mereka pernah bekerja sama di Napoli selama tiga tahun. Dalam kurun waktu tersebut, bek 28 tahun itu menjadi andalan Sarri. Suatu hari Koulibaly meminta izin ke Sarri untuk pergi ke klinik karena sang istri mau melahirkan anak pertamanya. Namun Sarri tak mengizinkannya, sebab ketika itu tim sedang berdiskusi taktik untuk melawan Sassuolo.
Kemudian, Koulibaly berusaha memberi penjelasan kepada Sarri bahwa itu adalah momen kelahiran anak pertamanya. Akhirnya, Sarri memberi izin dengan syarat sang defender harus kembali untuk pertandingan melawan Sassuolo.
Ketika sedang menjenguk sang istri, Koulibaly terus ditelepon Sarri yang memintanya untuk segera kembali. Karena berniat membantu tim, ia pun akhirnya memutuskan kembali memperkuat I Partenopei.
Tapi, saat pertandingan berlangsung, Sarri malah menempatkannya di bench. Koulibaly merasa kesal karena sebelumnya Sarri berkata bahwa ia sangat membutuhkannya.
Ternyata, Sarri memang membutuhkannya, tapi hanya untuk mengisi bangku cadangan pemain.
Koulibaly menyebut momen itu sebagai salah satu yang tak terlupakan. Setiap kali mengingatnya, ia ingin tertawa. Tapi disaat yang bersamaan, ia juga ingin menangis!
Di Napoli, Koulibaly merasa tumbuh menjadi seorang pria dan merasakan ketenangan yang begitu luar biasa. Yang tentunya, menganggap bahwa semuanya bersaudara.
Nah gimana nih menurut football lovers.. Kira-kira apa sih hal yang bisa diambil dari cerita Kalidou Koulibaly? Tulis komentar kalian dibawah ya. Jangan lupa untuk like dan share..