Dekade 2000-an bisa dibilang sebagai era kejayaan timnas Australia di sepak bola dunia. Merajai piala Oceania, tampil di piala dunia, dan masuk ke babak perempat final piala asia 2007, yang merupakan turnamen asia pertama yang mereka ikuti. Menjadi pencapaian manis negeri kanguru.
Australia memang di kenal memiliki reputasi kuat di olahraga sepak bola. Namun, terakhir kali mereka berlaga di piala dunia terjadi pada 1974 di Jerman Barat, setelah milenium baru dan mereka bergabung sebagai anggota AFC, piala dunia 2006 menjadi yang pertama bagi mereka.
Pada dekade 2000-an tersebut Australia memiliki banyak pemain berkelas yang malang melintang di benua eropa,khususnya Inggris, sebut saja Harry Kewell yang pernah berseragam Liverpool, Mark Bosnich bersama MU, Tim Cahill, Mark Schwarzer, dan Mark Viduka.
Nama yang terakhir bahkan pernah torehkan kenangan manis saat berlaga di liga primer. Selain Hary Kewell, Mark Viduka memang dikenal sebagai penyerang yang tajam. Memulai karir di Melbourne Knights pada 1993, Viduka lalu mulai merambah ke eropa di tahun 1995 dengan bergabung bersama Dinamo Zagreb.
Setelah tiga musim dan mencetak 55 gol dari 99 pertandingan, Viduka berlabuh ke Glasgow Celtic, disana ia kembali mencetak banyak gol. Nama Mark Viduka kemudian mulai serius mendapat perhatian ketika memperkuat Leeds United di negeri tiga singa.
Kala itu, Viduka diboyong dari Glasgow Celltic oleh pelatih Leeds United, David O’leary pada musim panas tahun 2000 dengan mahar 6 juta paun atau sekitar Rp 100 miliar.
Pada era tersebut, Leeds united masih menjadi kesebelasan yang cukup disegani di negeri ratu Elizabeth. Berada di peringkat lima besar liga primer pada akhir musim pun menjadi kebiasaan tim yang bermarkas di Elland Road.
Pada musim 2000/01, menjadi musim perdana Viduka berseragam Leeds United. Di bawah asuhan David O’Leary, Leeds menjadi pesaing serius Man United, Liverpool dan Arsenal dalam perebutan trofi liga primer. Di akhir musim, Leeds akhirnya nongkrong di urutan keempat dibawah tim-tim raksasa tersebut.
Musim perdana Mark Viduka di Inggris dilalui dengan sempurna, yakni membukukan 22 gol di semua kompetisi. Termasuk empat gol bersejarah yang ia sarangkan ke jala Liverpool di ajang Liga Primer.
Tepat pada hari itu, 4 November 2000, Leeds kedatangan tamunya dari Anfield. Kegelisahan menyelimuti David O’leary, pasalnya beberapa pemain intinya tidak dapat dimainkan, seperti Lucas Radebe, Michael Dubbery, dan Danny Mils.
Meski begitu, O’Leary tak perlu cemas karena masih ada pemain-pemain yang siap mengobrak-abrik pertahanan Liverpool. Termasuk Mark Viduka yang berduet dengan Alan Smith di lini depan dengan formasi 4-4-2.
Dibawah sinar matahari yang terik serta dihadapan pendukungnya, Leeds memulai laga dengan kurang menyakinkan, dalam waktu 18 menit awal, mereka tertinggal 0-2 setelah Samy Hypia dan Christian Ziege mencetak gol untuk Liverpool setelah mampu manfaatkan bola mati.
Namun, striker mereka, Mark Viduka merespons dengan cepat. Pada menit ke-24 ketika Alan Smith menekan Christian Ziege yang sedang menguasai bola, Viduka mencium aroma darah, setelah bola jatuh kepadanya di kotak penalti, striker asal Australia yang mengesankan itu membunuhnya dengan sentuhan pertamanya, ia menempatkan bola ke sisi kanan jala gawang Liverpool.
Skor 2-1 untuk keunggulan Liverpool bertahan hingga turun minum. Memasuki babak kedua, ketika laga baru berjalan dua menit, ketajaman Viduka kembali membunuh kiper Liverpool, Sander Westerveld. Bermula dari umpan crossing Gary Kely dari sayap kanan, bola di sambut Viduka lewat kepalanya, bola yang mengarah ke sisi pojok kiri gawang the reds gagal di jangkau Westerveld.
Ketika Viduka merayakan golnya dengan meniupkan ciuman ke para penonton, Alan Smith yang terlalu bersemangat berdentang ke punggungnya, lalu tak sengaja menjatuhkannya ke atas papan iklan. Beruntung, Viduka tidak alami cedera dan masih mampu untuk melanjutkan laga guna memusnahkan Liverpool.
Pasukan merah Anfield kembali memimpin pada menit ke-60 dengan Vladimir Smicer sebagai pencetak gol. Tetapi Viduka lag-lagi menjadi mimpi buruk untuk kubu The Reds.
Pada menit ke 73, Viduka menceploskan golnya yang ketiga. Menerima umpan tajam dari Dacourt, Viduka menyerang di kotak penalti Liverpool, aksinya mampu mengelabui dua pemain Liverpool sebelum melakukan tendangan ke arah tiang jauh.
Dua menit kemudian, Viduka membuat Leeds kembali unggul. Lolos dari jebakan offside, dengan cekatan Viduka mengangkat bola melewati Westerveld dan Jamie Carragher yang berusaha menghalau bola. Kedudukan 4-3 untuk kemenangan Leeds United pun bertahan hingga wasit meniup peluit panjang.
Empat Viduka bukan-lah suatu kebetulan. Setelah mencetak 25 gol dalam 28 pertandingan bersama Celtic di Liga Premier Skotlandia musim 1998/99, ada bukti yang tak terbantahkan tentang insting pembunuhnya di dalam kotak penalti.
Striker kelahiran tahun 1975 ini terus menunjukan kematangan bersama Leeds. Pada musim 2002/03, Viduka tercatat sebagai salah satu pemain paling subur di Liga Primer, di mana ia mencetak 20 gol pada 33 laga yang ia lakoni.
Selepas dari Leeds, Viduka dipinang Middlesbrough pada 2004. Tiga tahun berseragam The Boro, Viduka pindah ke Newcastle United. Hanya dua musim di St. James Park, ia lalu gantung sepatu pada tahun 2009.
Selama jalani karir di Inggris, sebanyak 153 gol berhasil di sarangkan Viduka. Keberhasilannya membuat Quintrick ke gawang klub besar sekelas Liverpool tentu akan selalu jadi kenangan terindah.