Footballovers. Manchester City terhindar dari hukuman embargo transfer dari FIFA kendati kampiun Liga Primer Inggris itu terbukti melanggar regulasi terkait transfer pemain di bawah usia 18 tahun.
Sebagai gantinya, FIFA hanya menjatuhi denda kepada Manchester City sebesar 315 ribu paun atau sekitar Rp 5,4 miliar. Padahal sebelumnya, City dikabarkan akan mendapat hukuman berupa larangan membeli pemain dalam dua bursa transfer ke depan.
Menurut beberapa media, Man City sudah menyalahi aturan terkait hubungan mereka dengan klub Denmark, FC Nordsjaelland, dan akademi sepakbola Right To Dream di Ghana yang keduanya dimiliki oleh Tom Vernon.
Tahun lalu, dua pemain dari Right To Dream, George Davies dari Sierra Leone dan Dominic Oduro dari Ghana, mengatakan bahwa mereka menandatangani kontrak dengan City saat belum berusia 18 tahun. Mereka juga telah bermain untuk City dalam beberapa laga di usia muda.
Kedua pemain tersebut memang sudah meninggalkan City saat ini, tapi FIFA terus menginvestigasinya. Setelah lima bulan proses investigasi berjalan, FIFA akhirnya memutuskan klub yang bermarkas di Ettihad Stadium itu bersalah.
Selain dua nama tersebut, dikabarkan pembelian Jadon Sacho dari Watford pada 2015 juga dianggap menyalahi aturan, pasalnya saat pindah ke Ettihad, Pemain yang kini berseragam Borussia Dortmund tersebut masih berusia 14 tahun.
Tapi, Man City masih beruntung karena mereka cuma dikenai sanksi berupa denda. Keputusan tersebut diambil setelah City menyatakan siap ‘menerima berbagai tanggung jawab’ atas pelanggaran peraturan yang telah mereka lakukan seputar akuisisi pemain di bawah 18 tahun.
Keputusan yang hanya berupa denda untuk City ini tentu mengejutkan karena dalam kasus pelanggaran yang sama, klub-klub seperti Barca, Real Madrid, Atletico, dan Chelsea harus menjalani hukuman embargo transfer alias dilarang membeli pemain baru di bursa transfer.
Manchester City menerima ganjaran dari pelanggaran yang telah mereka perbuat pada musim 2015/16 itu atau tepatnya saat jendela transfer Desember 2016 yang berbarengan dengan aturan itu diterbitkan. Mereka pun berjanji tidak akan mengulangi hal serupa di kemudian hari.
Dalam sebuah pernyataan, City mengatakan: “Klub menerima tanggung jawab atas pelanggaran yang terjadi sebagai akibat dari salah tafsir peraturan yang di permasalahkan,”
“Semua pelanggaran terjadi sebelum Desember 2016 ketika pedoman tentang interpretasi ketentuan dikeluarkan, sejak tanggal itu klub sepenuhnya patuh pada peraturan” (Dikutip dari Independent).
Man City juga sangat menghargai dan bertekad penuh kepada aturan FIFA guna memastikan perlindungan anak di bawah umur dalam sepakbola. Mereka juga bekerjasama dengan FIFA untuk menyelidiki kasus tersebut.
Lewat pernyataan resmi, FIFA juga menyatakan bahwa Manchester City dianggap telah melanggar aturan perihal transfer pemain secara internasional dan registrasi pemain di bawah usia 18 tahun.
“Komite Disiplin FIFA telah memberi sanksi kepada Manchester City FC karena melanggar peraturan transfer internasional dan pendaftaran pemain di bawah usia 18 tahun, yang tertuang dalam pasal 19 Peraturan FIFA tentang Status dan Transfer Pemain,” demikian pernyataan di laman resmi FIFA (Dikutip dari Goal)
Di saat bersamaan, Man City juga membantah keras isu yang menyebut skuadnya terancam dikeluarkan dari Liga Champions akibat kasus ini.
Melalui juru bicaranya, FIFA pun menjelaskan mengapa tim asuhan Pep Guardiola itu lolos dari larangan transfer, meski dinyatakan bersalah melanggar aturan rekrutmen pemain muda.
Tidak seperti the Blues, the Citizens masih bisa datangkan pemain baru di jendela transfer berikutnya. Sementara Chelsea, tak bisa datangkan tambahan baru pada musim panas 2019, bahkan pada bursa Januari mendatang.
Dilansir dari Mirror Sport, FIFA menegaskan telah terjadi dua kasus berbeda antara Manchester City dan Chelsea. Otoritas sepakbola internasional itupun merasa harus berikan tanggapan berbeda.
Menurutnya, Dalam keputusan terkait kasus di Man City, Komite Disiplin FIFA mempertimbangkan semua kondisi spesifik dari kasus ini, serta kerja sama klub dalam mengklarifikasi fakta yang relevan.
FIFA juga menekankan bahwa keadaan khusus kasusnya Man City ini berbeda dari kasus-kasus sebelumnya yang juga melibatkan pelanggaran terkait dengan transfer Internasional dan pendaftaran pemain di bawah usia 18 tahun.
“Harap dicatat, sesuai dengan pasal 50 ayat 8 Kode Disiplin FIFA (versi 2019), ‘kapan saja sebelum pertemuan yang diadakan untuk memutuskan kasus oleh badan yudisial terkait, suatu pihak bisa menerima tanggung jawab dan meminta badan peradilan FIFA untuk menjatuhkan sanksi khusus. Badan peradilan FIFA bisa memutuskan berdasarkan permintaan tersebut, atau berikan keputusan yang dianggap tepat dalam konteks Kode Etik ini’,” kata juru bicara FIFA.
“Selanjutnya, sesuai dengan pasal 24 ayat 3 dari Kode Disiplin FIFA, ‘ketika menentukan tindakan disipliner, badan peradilan harus memperhitungkan semua faktor yang relevan dari kasus ini, termasuk setiap bantuan dari dan kerja sama substansial oleh pelaku dalam mengungkap atau membuat pelanggaran terhadap aturan FIFA apapun, keadaan dan tingkat kesalahan pelaku dan keadaan terkait lainnya,” ujar sang jubir.
“Terakhir, seperti yang Anda lihat di sini, Manchester City telah menerima tanggung jawabnya, yang telah dipertimbangkan oleh Komite Disiplin FIFA dalam keputusannya,” tambahnya.
Setelah FIFA memutuskan adanya pelanggaran, klub yang berbasis di Etihad ini bersedia bertanggung jawab dan kooperatif. Kerja sama dan kesadaran Manchester City inilah yang membantu mereka mendapatkan hukuman lebih ringan.
Klub inggris lainnya, Chelsea saat ini masih diganjar larangan transfer akibat masalah yang hampir serupa dengan Manchester City. The Blues dihukum larangan merekrut pemain selama satu tahun, hukuman ini terjadi sejak februari 2019.
Hal itu setelah Chelsea terbukti bersalah dalam 29 kasus terkait transfer pemain di bawah usia 18 tahun. Selain itu, denda yang diberikan FIFA kepada The Blues juga lebih banyak ketimbang Man City, yakni 541,5 Franc Swiss sekitar Rp 7,9 miliar
Chelsea sendiri telah mengajukan banding ke Pengadilan Arbitrase untuk Olahraga (CAS), tapi tetap mereka tak bisa membeli pemain anyar musim panas ini. Namun mereka tetap berharap larangan tersebut mendapat keringanan dan mereka sudah bisa merekrut pemain pada Januari 2020. Perlu di ketahui juga bahwa perekrutan Cristian Pulisic pada musim panas ini sudah di sepakati sebelumnya pada januari 2019.