Terdapat kejadian menarik pada pertandingan Kosovo vs Inggris dalam laga terakhir Grup A Kualifikasi Euro 2020. Kejadian menarik tersebut terjadi ketika lagu kebangsaan Inggris, God Save The Queen, di kumandangkan jelang kick off.
Ketika lagu kebangsaan Inggris itu dikumandangkan, para suporter tim nasional Kosovo berdiri sambil mengangkat bendera kebangsaan Inggris.
Selain itu juga ada yang memperlihatkan sebuah plakat bertuliskan St George’s Cross dan spanduk ‘selamat datang & hormati’ yang berada di belakang gawang. Kemudian, suporter Kosovo juga meneriakkan nama-nama pemain The Three Lions.
Pada pertandingan yang dihelat di Stadion Fadil Volkrri akhir pekan kemarin juga ada salah satu poster yang mendukung Raheem Sterling, poster tersebut bertuliskan ‘selamat datang saudara’ menyusul pelecehan rasis yang diarahkan pada pemain sayap Inggris di Bulgaria.
Ketua suporter timnas Kosovo, Luzlim Berisha merasa bersalah ketika menyaksikan pemain Inggris, Sterling dilecehkan di Bulgaria. Bulan lalu, pertandingan antara tuan rumah Bulgaria melawan Inggris sempat dihentikan wasit pada babak pertama, hal itu menyusul pelecehan rasis dari penonton tuan rumah.
Selain spanduk-spanduk bertuliskan selamat datang dan ucapan terimakasih, pada laga itu, ada juga satu spanduk yang bertuliskan, “Ketika kami mengalami genosida dan pemerkosaan terhadap wanita, Anda meningkatkan harapan kami akan kebebasan.”
Penyambutan tersebut bukan terjadi pada saat pertandingan saja. Pada hari-hari menjelang pertandingan, suporter Kosovo sudah menunjukkan rasa terima kasih mereka dengan menghias dekorasi di jalan-jalan kota Pristina-ibukota Kosovo.
Usut punya usut, sambutan semacam ini muncul atas apa yang dilakukan Inggris terhadap Kosovo. Ketika Kosovo tengah berjuang untuk merdeka dari tangan Serbia, Inggris turun tangan untuk membantu pihak yang teraniaya, dalam hal ini Kosovo.
Mulanya, Kosovo merupakan daerah otonomi di Yugoslavia. Keistimewaan tersebut diberikan oleh Josep Broz Tito pada 1974. Otonomi yang diterima Kosovo meliputi urusan legislatif dan kehakiman. Akan tetapi, situasi berubah manakala Tito meninggal dan tampuk kekuasaan pindah ke Slobodan Milosevic.
Dengan jargon ultra-nasionalisme, rezim Milosevic berupaya keras menghilangkan status otonomi Kosovo. Tak jarang, Milosevic memakai pendekatan yang cenderung represif sehingga membuat masyarakat Kosovo tak lagi bebas menikmati hak-haknya.
Saat terjadinya konflik pada dekade 90-an, Inggris datang memberikan bantuan kepada rakyat Kosovo.
Bantuan Inggris (dan pasukan NATO) bermula pada tahun 1999. Kala itu, Inggris bersama NATO mengebom pasukan Yugoslavia yang berada di Kosovo untuk keluar. Upaya Inggris berhasil. Warga Kosovo berhasil lepas dari cengkeraman pasukan Yugoslavia yang kejam.
Meskipun Kosovo baru merdeka pada 2008, apa yang dilakukan Inggris pada 1999 itu merupakan awal mula dari kebebasan mereka. Menurut Atdhe Muharremi, yang menyaksikan pembebasan Kosovo 20 tahun silam, Inggris adalah pahlawan.
Dari situ, tak mengagetkan apabila ada jalan di Kosovo yang dinamakan Tony Blair—eks Perdana Menteri Inggris yang berperan besar dalam kemerdekaan Kosovo. Tak mengejutkan juga apabila Timnas Inggris disambut dengan begitu luar biasa saat berada di Kosovo.
Pertandingan itu sendiri, Inggris mencukur Kosovo dengan skor 4-0 lewat gol-gol dari Hary Winks, Hary Kane, Marcus Rashford dan Mason Mount. Sepak bola Kosovo sendiri berhasil diterima menjadi anggota FIFA dan UEFA pada 2016.