Banyak momen yang terjadi ketika sebuah pertandingan sepak bola berlangsung. Apapun momen tersebut, entah itu peristiwa konyol, menggembirakan, menyedihkan hingga peristiwa menegangkan kerap kali menghiasi.
Salah satu momen yang sering kita jumpai adalah cara pesepak bola saat berbicara. Kita semua sering melihat perilaku pesepak bola saat berbicara di lapangan yakni dengan menutupi mulutnya. Ternyata sikap pesepak bola seperti ini memiliki maksud yakni agar percakapan mereka tidak terlihat atau terekam oleh media massa.
Alasan tersebut setidaknya pernah diungkapin sama Kiper Cadangan timnas Brasil di Piala Dunia 2014, Jefferson. Menurut Jeferson, banyak banget kata-kata yang keluar dari mulut seorang pesepak bola seperti kata-kata jelek dan kasar.Â
Meski sebenarnya itu termasuk hal yang normal, sebagian pesepak bola tidak ingin aja kata-kata yang mereka ucapin diliput sama media massa dan akhirnya ciptain berita yang tidak-tidak dari tayangan tersebut.
“Sebenarnya ini bukan perintah pelatih. Kami emang menyadari situasi ini, jadi bakal menutupi mulut kami. Kadang keluar kata-kata yang buruk dan ini adalah normal. Tapi, beberapa acara TV membuat keributan besar tentang hal itu” ujar Jefferson (Dikutip dari BBC)
Sangat wajar jika para pemain, khususnya rekan satu tim menutup mulut saat berbicara. Ketika di lapangan dan dalam kondisi permainan berlangsung ada strategi dan kerja sama team yang harus di laksanakan sesuai pesan dari sang pelatih.
Kebanyakan juga terjadi pemain menutup mulut ketika berkomunikasi saat hendak mengeksekusi tendangan bebas. Hal ini Agar tidak di dengar oleh tim lawan di dekatnya.
Suara pembicaraan tersebut memang akan sulit terdengar langsung, tetapi mereka takut didengar oleh para pembaca gerak bibir. Para pembaca bibir ini memang beragam latar belakang, dari mulai media, profesional, hingga penonton iseng yang mengunggahnya di Youtube.
Contohnya adalah kasus perkataan rasis John Terry ke Anton Ferdinand hingga tandukan Zinedine Zidane ke Marco Materazzi di piala dunia 2006, pihak penyelidik mengundang khusus ahli pembaca gerak bibir profesional. Tujuannya tentu untuk mengetahui apa sebenarnya kata yang keluar dari mulut sang pemain.
Parahnya para media atau penonton di rumah belum tentu paham dengan topik dan tujuan sebenarnya perkataan tersebut. Sehingga dikhawatirkan akan membuat salah persepsi. Kata-kata kasar yang keluar bisa jadi hanya bahan bercandaan dengan rekannya atau konteks lain yang tidak separah yang dibayangkan.
Contoh lain terjadi saat berlangsungnya final EURO 2000, ketika Prancis menaklukkan Italia di final. Dan penyebabnya adalah Kapten Les Blues, Didier Deschamps. Pasca pertandingan Deschamps berencana untuk gantung sepatu. Rencana itu ia ucapkan setelah pertandingan kepada pelatih prancis.
Dan sangat mengagetkan ketika rencana tersebut diketahui oleh media. Rupa-rupanya media sudah semakin pintar dalam mencari berita dengan menyewa pembaca bibir. Ditengah kerumunan penonton dan pemain di stadion, media bisa tahu hal tersebut karena membaca bibir Deschamps.
Pasca kejadian itu para pemain yang berkomunikasi di lapangan, terutama yang menyampaikan hal penting ataupun hal yang tidak ingin diliput oleh media mulai menutup mulutnya dengan tangan agar tidak bisa diketahui oleh pembaca bibir.
Selain alasannya agar tidak di dengar oleh pemain lawan dan media, alasan ilmiahnya pemain menutup mulut saat berbicara di atas lapangan adalah ketika dalam stadion yang penuh dan bergemuruh suara dari suporter, menutup mulut dengan tangan saat berbicara dapat meningkatkan kejelasan suara yang diucapkan pada pemain lainnya.
Menutupi pembicaraan menggunakan tangan ini ternyata bukan hanya dilakukan oleh pesepak bola saja melainkan banyak olahragawan yang melakukan hal sama.Â