“Aku tidak merasakan tekanan. Aku benar-benar tidak peduli. Aku menghabiskan sore di hari Minggu pada Juli 2006 dengan tidur dan bermain playstasion. Lalu, di malam harinya aku bermain, dan memenangkan Piala Dunia.” ucap Pirlo (dikutip dari boxtobox)
Ungkapan tersebut menjadi sebuah permulaan dari betapa santainya sosok Andrea Pirlo. Pirlo hanya bermain dengan bola dan mencoba untuk memberi manfaat kepada tim yang dibelanya.
Melihat Pirlo bekerja adalah perihal melihat wujud nyata dari bekerja dengan otak. Pirlo adalah pemain sederhana, dengan kualitas kelas satu. Sederhana adalah caranya bermain dan menetapkan posisi.
Ada banyak pemain yang mengandalkan kecepatannya dalam bermain bola. Ada juga pemain yang mengandalkan kekuatannya untuk merebut bola. Tak ketinggalan pula pemain yang mengadalkan ketahanannya untuk memenangkan pertandingan.
Tapi Pirlo, hanya membutuhkan sentuhan sederhana. Ia akan mengambil rute paling cepat untuk mencapai tujuan. Satu gerakan kaki yang memukau dirasa sudah cukup untuk membuat semuanya terkesan.
Pirlo hanya perlu memainkan bola secara efisien. Tanpa teriakan berarti dan benturan keras, Pirlo akan selalu memenangkan duel dengan caranya sendiri.
Buku yang dirilisnya seolah benar-benar merepresentasikan caranya bermain.
“Penso Quindi Gioco” menjadi judul pilihan Andrea Pirlo untuk buku autobiografinya yang terbit beberapa tahun lalu. Artinya adalah “Aku Berpikir Maka Aku Bermain”.
Kalimat tersebut disinyalir terinspirasi dari ungkapan populer filsuf legendaris, Rene Descartes; “Cogito Ergo Sum” atau yang berarti “Aku Berpikir Maka Aku Ada”.
Descartes menganggap bahwa satu-satunya hal yang pasti di dunia ini adalah keberadaan seseorang itu sendiri. Keberadaan ini dapat dibuktikan seturut fakta bahwa orang tersebut bisa berpikir. Untuk Pirlo? Orang-orang mengakui keberadaannya, bahkan menghormatinya atas apa yang sudah dia lakukan di atas lapangan.
Sepanjang 22 tahun karier profesionalnya sebagai pesepakbola, Pirlo dikenal sebagai sosok yang lebih menggunakan otak dibanding fisik. Dia mampu mengintegrasikan otak dengan kakinya sehingga hal-hal luar biasa seperti mudah terjadi.
Sosok 40 tahun ini butuh berpikir untuk bermain, dialah seniman sejati sepakbola.
Pirlo bukan tipikal pemain sepakbola yang energik, gesit, atau punya speed tinggi. Pria kelahiran 19 Mei 1979 itu punya keistimewaan berupa visi bermain yang luar biasa. Dari lapangan tengah tempatnya beroperasi, Pirlo bisa melihat ke semua sisi lapangan.
Andrea Pirlo layak masuk kedalam pemain yang menikmati sepakbolanya sebagai medium untuk bersenang-senang, bukan semata untuk bertanding. Ada makna yang benar-benar diresapi oleh Pirlo, sebagai pesepakbola idealis, yang membuatnya mudah sekali dicintai.
Kualitas nya sangat terlihat kala ia sedang membawa bola. Perputaran waktu seolah mengikuti seberapa cepat atau lambat Pirlo bergerak. Ketenangan dalam bermain sukses menjadikannya sebagai pemain yang pandai mengatur tempo pertandingan.
Bahkan kepiawaiannya dalam bermain bola sempat membuat Gattuso ingin berganti profesi. Gennaro Gattuso dan Andrea Pirlo merupakan sahabat sejati. Keduanya pun pernah merumput bersama saat di AC Milan. Gattuso menyebut Pirlo sebagai pemain luar biasa.
“Ketika aku menyadari bahwa aku dan Pirlo memainkan olahraga yang sama, aku hampir berpikir untuk mengubah karier karena aku minder dengan kualitas yang ia miliki.”
“Pirlo adalah sosok orang yang punya kepintaran luar biasa serta kredibilitas yang hebat. Kualitas yang dimilikinya membuat ia bisa bermain di peran apapun dalam sebuah skema permainan sepak bola.” ungkap Gattuso (dikutip dari FourFourTwo)
Pirlo dikenal sebagai regista, gelandang bertahan di depan lini belakang, terbaik Italia, atau bisa juga disebut sebagai deep-lying playmaker. Tapi, ia tak memulai perjalanan sebagai gelandang bertahan alias gelandang serang.
Pirlo baru berubah menjadi gelandang bertahan ketika Carlo Ancelotti melatih Milan, dan menjadikannya regista. Berkat perubahan posisi bermainnya itu, Pirlo memiliki karier yang panjang.
Kemampuannya dalam mengatur tempo permainan serta passing yang akurat membuatnya selalu menjadi pemain reguler AC Milan serta menjadi andalan Timnas Italia.
Pirlo layaknya konduktor dalam sebuah orkestra dengan struktur yang terbalik, di mana tongkat konduktor berada di kakinya bukan di tangannya.
Mengutip ucapan Marcelo Lippi, Pirlo adalah silent leader. Dia tidak banyak bicara, tapi sanggup mengontrol lamban dan cepatnya tempo pertandingan hanya dengan kakinya.
Memiliki gaya permainan kalem, Pirlo punya senjata mematikan bernama tendangan bebas. Tidak bisa dinafikan jika Andrea Pirlo adalah salah satu algojo tendangan bebas terbaik.
Pirlo sendiri belajar menjadi algojo terbaik dari seorang Juninho Pernambucano. Pirlo mengaku, setiap saat ia selalu saja menonon video-video tendangan bebas Juninho. Setelah menontonnya, ia langsung mempraktekkannya di Milanello. Akan tetapi usaha, pemain asal Brescia itu tak langsung berhasil. Awalnya, tendangan bebas Pirlo jarang menemui sasaran.
Tapi ia tak patah arang, ia terus berlatih dan menonton video tendangan bebas Juninho. Bahkan, Andrea rela mengorbankan jatah bermain Playstation dengan Alesandro Nesta demi mengasah teknik tendangan bebasnya.
Lama kelamaan, Pirlo pun menemukan formula rahasia tendangan bebas ala Juninho. Setelah ia pelajari semua video-video itu, ia tahu rahasia tendangan bebas Juninho.
Gaya kalemnya juga sempat membuat tim sekelas Juventus mempopulerkan tagar #PirloisnotImpressed. Kala Pirlo bermain di Juventus pada kurun waktu 2011-2015, Bianconeri ingin menampilkan sesuatu yang menarik dari seorang Andre Pirlo.
Tagar itu pun sukses menjadi viral di media sosial dan terbilang cukup menarik. Pasalnya tagar itu memperlihatkan karakter Pirlo di dalam dan luar lapangan. Pirlo dikenal sebagai sosok berwajah datar dan cenderung ‘dingin’, tak mudah bagi siapapun atau apapun yang dapat menarik perhatiannya. Dibutuhkan suatu hal yang luar biasa hebat untuk membuatnya terkesima.
Tahun 2017 mungkin menjadi masa yang paling tidak diinginkan Pirlo. Pemain yang identik dengan nomor punggung 21 tersebut resmi mementaskan karya terakhirnya sebagai pesepakbola profesional. Dia memutuskan gantung sepatu.
Tidak ada upacara khusus atau sesuatu yang spesial di partai pamungkasnya. Pirlo hanya bermain selama kurang lebih satu menit, ketika masuk sebagai pemain pengganti di masa injury time dalam duel NYCFC kontra Colombus Crew.
Andrea Pirlo, akan selalu menjadi sosok yang berbeda. Pirlo adalah sosok unik. Dia jauh lebih spesial dan menawan dari siapapun.