Real Madrid menjadi salah satu klub yang begitu gemar mengumpulkan pemain-pemain bintang. Dan kebanyakan, para bintnag tersebut berasal dari luar Spanyol. Sebut saja nama-nama Ronaldo de Lima, Roberto Carlos, David Beckham, Luis Figo, hingga Michael Owen.
Deretan nama-nama tersebut menjadi yang paling diingat dalam era Los Galacticos jilid pertama. Yang tak kalah mengejutkan dan mungkin cukup diingat oleh para Madridista diseluruh dunia adalah Jonathan Woodgate.
Tidak terlalu hebat memang, namun kepindahan Woodgate menuju Bernabeu setelah mengikuti jejak Michael Owen cukup membuat banyak pihak penasaran.
Di bursa musim panas 2004/05, Los Blancos secara gila memboyongnya kendati sedang menderita cedera parah. Alhasil pemain yang datang dari Newcastle United itu pun baru menjalani debutnya semusim kemudian.
Sepanjang awal musim pertama, Woodgate tak bermain sama sekali bagi Madrid karena ia didatangkan saat menderita cedera sobek otot paha, warisan kala membela Newcastle menghadapi Chelsea pada April 2004.
Dengan riwayat cedera yang buruk, agak mengherankan memang ketika tim medis Real Madrid tetap meloloskan bek Inggris tersebut. Salah satu jurnalis harian Marca, Jose Felix Diaz, pun mengungkapkan keheranannya dengan kebijakan Florentino Perez. Padahal, sejumlah media telah membuat daftar khusus pemain yang akan direkrut Real Madrid pada musim panas 2004, dan disitu tidak ada nama Jonathan Woodgate.
Woodgate, yang didatangkan bersama Michael Owen dalam sesi bursa transfer yang sama, mengundang perhatian banyak jurnalis dan fans tim ibukota. Owen memang sudah dikenal bahkan didambakan penggemar karena ia merupakan predator di kotak penalti andalan Liverpool. Sementara Woodgate, ia bukan siapa-siapa dibanding Owen.
Malah, banyak penggemar yang menyebut kalau nama Newcastle hanya memiliki satu bintang, yaitu Alan Shearer. Jangankan para penggemar, para jurnalis saat itu juga dibuat kebingungan oleh Madrid. Mereka meminta klub untuk memperkenalkan secara detail, siapa sebenarnya Woodgate, dan apa yang menjadi keahliannya sehingga klub sekelas Real Madrid rela memboyong pria tersebut, bahkan dalam kondisi cedera.
Sungguh, bukan hari yang baik jika saja Woodgate mendengar celotehan para penggemar dan jurnalis kala itu.
Woodgate sendiri merupakan pemain yang memulai karier junior bersama Leeds United. Ia dianggap memiliki talenta luar biasa diusia 16 tahun. Pelatihnya dulu menyebut kalau Woodgate akan menjadi bintang dunia.
Karena memiliki potensi yang dianggap menjanjikan, Newcastle lalu bersedia menampung defender yang kini berusia 39 tahun itu. Saat itu kemampuan Woodgate benar-benar dipuja. Ia bahkan sampai disandingkan dengan bek sekelas Rio Ferdinand dan diprediksi bakal merajai lini pertahanan tim tiga singa.
Di tahun 2003, Woodgate resmi berseragam Newcastle United. Ia ditebus dengan harga senilai 9 juta pounds atau setara 155 milliar rupiah. Tak hanya di level klub, di level timnas pun Woodgate tampil cukup konsisten. Tercatat, ia pernah membela Timnas Inggris U16, U18, U21, dan Timnas Senior. Sebuah capaian yang memang tidak bisa dianggap remeh.
Bermain di St James Park, Woodgate menarik atensi para penggemar. Ia tampil begitu apik dan dianggap sebagai bek yang rajin dan rapih dalam bertahan.
Dengan performa yang cukup menjanjikan itulah, Real Madrid rela terbang ke Inggris hanya untuk memboyong sang pemain. Dilaporkan bahwa Woodgate merupakan alternatif dari Alessandro Nesta yang gagal didatangkan ke Santiago Bernabeu.
Alih-alih mimpi yang menjadi sebuah kenyataan, bergabung dengan Real Madrid nyatanya malah menjadi masalah serius bagi Woodgate. Negri impian yang banyak didambakan para pemain itu justru menjadi awal dari kehancuran kariernya.
Butuh 561 hari untuk Woodgate kembali ke lapangan hijau dan mendapatkan debutnya bersama Real Madrid. Pekan keempat adalah panggung baginya. Tak tanggung-tanggung, Santiago Bernabeu bersiap menggelar partai perdana dari Woodgate dan lawannya bukan tim sepele, yaitu Athletic Bilbao.
Dua puluh lima menit pertama, debut Woodgate masih berjalan normal, tanpa ada hambatan berarti. Namun, semenit kemudian, ia malah mengirim bola dengan kepalanya ke gawang sendiri yang dijaga oleh Iker Casillas. Athletic Bilbao unggul, setidaknya sampai babak pertama usai.
Pasca turun minum, Real Madrid memang bermain menggila untuk mengejar ketertinggalannya. Sebelum gol kedua Raul di menit ke-68, Woodgate malah diusir keluar lapangan pada menit ke-66 karena menerima kartu kuning kedua setelah mendorong Joseba Exteberria. Athletic Bilbao mungkin bisa saja menyamakan kedudukan saat skor masih 2-1 saat itu. Beruntung, Raul Gonzalez memperlebar keadaan dua menit pasca Woodgate diusir.
Debutnya di Madrid saat itupun jadi mimpi buruk bagi Woodgate. Selama dua musim di Santiago Bernabeu, pemain yang mencuat bersama Leeds United itu total hanya bermain selama 890 menit, yang terurai dalam 14 partai.
Dalam rentang waktu tersebut, Woodgate juga hanya berhasil mencetak satu gol sepanjang karier bersama Madrid. Itu terlepas dari gol bunuh diri yang ia cetak di laga melawan Bilbao.
Kala itu Madrid menjalani matchday ketiga Grup F Liga Champions melawan Kuda Hitam asal Norwegia, Rosenborg BK, di Bernabeu.
Menilik level lawan yang lebih rendah, pelatih El Real saat itu, Vanderlei Luxemburgo, melakukan rotasi di starting eleven, dengan menurunkan Carlos Diogo, Pablo Garcia, Julio Baptista, dan tentunya Woodgate.
Awalnya pertandingan berjalan buruk bagi Madrid. Mereka tak bisa mengontrol pertandingan dengan menyerahkannya ke Rosenborg. Tak pelak, di menit ke-40 tim tamu sukses meraih keunggulan lewat gol Roar Strand.
Kondisi tertinggal itu seakan jadi pecutan bagi Madrid untuk bangkit, karena di penghujung babak pertama mereka berhasil menyetarakan keadaan 1-1. Namun tak ada yang menyangka jika aktor utama penyama kedudukan adalah Woodgate! Ia menyambut sepakan pojok akurat David Beckham.
Gol yang mengakhiri babak pertama dengan skor sama kuat 1-1 itu jadi tonggak kebangkitan sejati Madrid di babak kedua. Sang tuan rumah menunjukkan kedigdayaan atas tamunya dengan mengakhiri laga lewat kemenangan telak 4-1. Tiga gol tambahan dicetak oleh Raul Gonzalez, Ivan Helguera, dan Beckham.
Pasca laga tersebut, Woodgate tak pernah bermain lebih baik dan gol itu jadi torehan tunggalnya untuk Madrid. Di akhir musim 2005/06, dirinya lantas dipinjamkan dan akhirnya dijual semusim berselang ke Middlesbrough.
Perlu diketahui pula kala Woodgate menjalani masa pinjaman di Middlesbrough, para pembaca harian Marca yang kebanyakan Madridista memilih Woodgate sebagai pembelian terburuk di abad 21 dengan raihan 37,11% suara.
Woodgate sebetulnya sempat kembali mencuat kala bermain di Tottenham Hotspur. Namun ia kembali hilang dari radar ketika membela Stoke City dan putuskan pulang ke klub berjuluk The Boro untuk kemudian habiskan kariernya disana.
