Sebut striker asal Afrika yang pernah bermain di eropa dan sering mengobrak-abrik pertahanan lawan, niscaya nama Didier Drogba akan masuk sebagai salah satunya. Ya, Drogba merupakan penyerang mematikan yang pernah hiasi kancah persepakbolaan eropa, khususnya di negeri Ratu Elizabeth.
King of Cup, King of Wembley, King of Final. Begitulah Didier Drogba diingat. Betapa tidak? Semenjak kedatangannya ke Chelsea pada 2004, berkali-kali Drogba mampu mengantarkan Chelsea menjadi juara dalam beberapa turnamen seperti Piala Liga Inggris, Piala FA, dan Liga Champions.
Saat pertama kali menginjakkan kaki di London setelah dibeli dari Marseille, Drogba merupakan salah satu pemain awal yang dibeli Jose Mourinho saat pertama kali menangani The Blues. Kejelian Mourinho memilih sang pemain terbukti manjur, Drogba kemudian menjelma jadi striker asing yang mencetak banyak gol untuk The Blues.
Memang Drogba bukanlah pencetak gol terbanyak sepanjang masa Chelsea, karena rekor itu masih dipegang oleh Frank Lampard. Namun gol-golnya akan selalu diingat oleh para suporter Chelsea di seluruh dunia. Apalagi kebanyakan gol yang ia lesakkan sangat krusial dan menjadi penentu kemenangan bagi Chelsea dan juga terhadap raihan gelar yang didapatnya. Hingga ia pun mendapatkan julukan sebagai sang raja final.
Pada musim 2004/05 yang mana menjadi musim pertamanya di Chelsea, Drogba berhasil membawa tim kebanggaan publik Stamford Bridge menjadi juara Piala Liga. Pada saat itu, Drogba yang bermain di final untuk pertama kalinya bersama Chelsea mampu memberikan keunggulan atas Liverpool. Golnya di babak perpanjangan waktu membuat Chelsea meraih kemenangan dengan skor 3-2.
Dua tahun kemudian tepatnya di tahun 2007, Drogba kembali menjadi penentu kemenangan The Blues di turnamen yang sama. Dia menjadi aktor kemenangan Chelsea berkat sumbangan dua golnya ke gawang Arsenal yang saat itu dijaga oleh Manuel Almunia.
Masih di tahun yang sama, namun di Stadion New Wembley, gol Drogba pada saat melawan Manchester United membantu Chelsea untuk menjuarai Piala FA. Gol yang diciptakan oleh Drogba dicetak lewat kerjasamanya dengan Frank Lampard.
Setelah melakukan kombinasi satu-dua, Drogba kemudian langsung berhadapan dengan kiper MU kala itu, Edwin Van der Sar. Ia pun langsung mengangkat bola dan menjadikan gol tersebut sebagai satu-satunya yang terjadi pada partai final tersebut.
Setelah laga tersebut, Drogba semakin akrab dengan stadion Wembley. Buktinya, dalam rentang waktu 2009 hingga 2012 saja, Chelsea bahkan telah mendapatkan tiga gelar Piala FA. Dari semua kemenangan tersebut, Drogba selalu turut andil dengan mencetak gol.
Di Final Piala FA 2009, Drogba mencetak gol pertama Chelsea untuk menyamakan kedudukan menjadi 1-1 melawan Everton. Chelsea kemudian menang 2-1 berkat gol dari Frank Lampard. Sebagai catatan, Gol Drogba tersebut adalah gol keenamnya di final piala FA.
Satu tahun kemudian, Drogba menjadi penentu kemenangan Chelsea lewat gol tunggalnya ke gawang Portsmouth di final piala FA. Di musim itu, Chelsea juga mengawinkan gelar piala FA dengan trofi liga primer.
Ketajaman penyerang asal Pantai Gading di Final piala FA berlanjut di tahun 2012, Drogba menjadi pemain pertama yang mencetak gol di empat Final Piala FA berbeda, saat ia menjaringkan gol penentu kemenangan 2-1 Chelsea atas Liverpool.Â
Selain itu, Drogba juga memegang rekor gol terbanyak yang dicetak di Stadion Wembley yang baru dengan torehan delapan gol.Â
Masih di tahun yang sama, Drogba juga menjadi penentu kemenangan Chelsea atas Bayern Munchen pada gelaran Liga Champions. Gelar King of Final benar-benar teruji pada pertandingan tersebut. Sempat lesu karena gol Thomas Muller di menit 83, Chelsea kembali bergairah setelah Drogba menyamakan kedudukan pada menit ke 88.
Pertandingan sendiri akhirnya harus ditentukan melalui babak adu penalti setelah kedua kubu tidak mampu mencetak gol di 2 x 15 menit. Mentalitas kedua tim kembali diuji, apalagi Chelsea yang notabenenya merupakan tim tamu dalam pertandingan tersebut.
Memang pada pertandingan tersebut yang menjadi bintang utama adalah Petr Cech yang mampu menahan dua algojo penalti pemain Bayern, Ivica Olic dan Bastian Scheweinsteiger.
Namun tetap seorang Drogba-lah yang menjadi penentu kemenangan dalam pertandingan dramatis tersebut, setelah tendangan penaltinya memaksa FC Bayern harus menahan malu di hadapan pendukungnya sendiri. Tendangan penalti Drogba membuat Chelsea menang 4-3. Kemenangan itu juga menjadi trofi si kuping besar pertamanya dan satu-satunya sepanjang karir Didier Drogba.
Sayangnya, Laga itu juga menjadi yang terakhir bagi Drogba setelah delapan tahun merumput bersama Chelsea. Setelah kontraknya tak diperpanjang manajemen, Drogba melanjutkan petualang di Shanghai Shenhua sebelum kembali ke Eropa dan memperkuat Galatasaray. Bersama raksasa Turki, Ia sukses menyumbangkan gelar Liga Turki, Piala Turki, dan Piala Super Turki.
Drogba kembali lagi ke Chelsea dan mempersembahkan gelar Liga Primer serta Piala Liga musim 2014/15, bahkan dalam pertandingan terakhirnya di liga di Stamford Bridge, Drogba yang saat itu ditarik keluar, diangkut oleh para pemain Chelsea dan diarak layaknya seorang Raja.
Penyerang berwajah garang itu lalu melanjutkan karier di Amerika Serikat bersama Montreal Impact. Puas bersama Montreal, Drogba bergabung dengan Arizona United lalu hijrah ke Phoenix Rising.
Hingga tepat pada 1 Desember 2018, Sang Raja partai Final memutuskan untuk pensiun dari dunia sepak bola. Sepanjang karirnya, Drogba telah gelontorkan 297 gol dari 679 pertandingan di semua kompetisi. Di level tim nasional, Drogba adalah pencetak gol terbanyak sepanjang masa Pantai Gading dengan 65 gol.