Arsenal secara resmi mengumumkan pembelian Gabriel Martinelli dari Ituano pada Juli lalu. Pemain asal Brasil yang masih berusia 18 tahun itu dikontrak secara jangka panjang oleh pihak The Gunners. Martinelli sendiri adalah rekrutan pertama Arsenal di bursa transfer musim panas 2019. Dirinya dibeli dengan harga sebesar 6 juta pounds atau setara 103 miliar rupiah.
Dalam laga debutnya bersama tim meriam London, Martinelli mengesankan banyak penggemar setelah tampil memukau dilaga melawan Colorado Rapids. Di pertandingan itu, Martinelli tampak serasi dengan strategi yang diusung pelatih Unai Emery. Puncaknya, playmaker asal Brasil ini mencetak gol ketiga Arsenal di menit ke 61 setelah menerima umpan dari Dominic Thompson.
Dalam perjalanannya menuju Arsenal, Edu yang baru ditunjuk sebagai direktur tehnik The Gunners dinilai menjadi kunci kedatangan pemain muda potensial tersebut.
Sebelum Arsenal menaruh minat pada Martinelli, talenta Brasil itu sebenarnya sudah lebih dulu melakukan trial dengan Manchester United. Namun The Red Devils tidak memberikan kontrak pada Martinelli. Selain MU, Barcelona juga dinilai menjadi tim yang sempat menaruh ketertarikan kepada Martinelli.
Bahkan, salah satu wakil sang pemain mengklaim kalau setidaknya ada 25 tim yang menaruh minat pada sang pemain.
Selain Edu yang bergerak cepat dalam mengamankan jasa Martinelli, sang ayah, Joao Carlos, juga sangat berperan dalam dipilihnya Arsenal sebagai pelabuhan selanjutnya. Menurut sang ayah, Arsenal merupakan tim yang memberi proyek terbaik diantara yang lain. Ayahnya mengaku jika saat itu banyak yang memberi penawaran lebih dari yang diajukan tim meriam London. Namun, sang ayah sama sekali tak bergeming. Ia tak mau anaknya salah memilih klub dan hanya menjadi talenta sia-sia.
Di Arsenal, sang ayah menerima kepastian rencana yang bakal dilakukan untuk Martinelli. Dengan begitu, negosiasi pun mencapai kata sepakat.
Gabriel Martinelli merupakan talenta yang sangat luar biasa. Begitu kata presiden Ituano, Juninho Paulista. Menurut Juninho, Martinelli akan memiliki cerita berbeda di Eropa setelah ia meninggalkan Ituano di musim panas 2019.
“Martinelli adalah pemain yang luar biasa. Dalam tiga tahun dirinya sudah menunjukkan perkembangan singnifikan dan menjadi dewasa. Semuanya begitu natural bagi dirinya,” kata Juninho.
Meski talenta nya begitu luar biasa, Juninho tidak bisa mempertahankan Martinelli di Ituano. Ia mengaku kalau klub sangat butuh dana.
“Martinelli adalah tiket kemenangan Ituano. Bangga rasanya bisa memiliki pemain dengan talenta luar biasa seperti dirinya. Tapi kami juga sadar klub ini tidak kaya. Kondisi finansial kami masih minim. Jika dia dijual, uangnya akan digunakan untuk menutup lubang dalam finansial klub,” ujar Juninho.
Kebisingan tentang talenta Martinelli sebenarnya sudah terdengar sejak cukup lama. Datang ke Ituano sebagai pemain futsal, Martinelli mencetak 66 gol dari total 96 pertandingan lokal. Ia kemudian mendapat kontrak profesional dari Ituano, dan beralih ke sepakbola. Meski begitu, insting menyerangnya sama sekali tidak terganggu. Pemain yang lahir di Guarulhos, Brasil, pada 18 Juni 2001 ini memulai debut profesionalnya pada 17 Maret 2017. Dengan debut itu, Martinelli menjadi pemain termuda yang pernah membela Ituano, di usianya yang baru menginjak 16 tahun 9 bulan.
Lalu, Martinelli yang pernah dibawa tim senior Ituano untuk berlaga di turnamen di Sao Paulo juga sukses mencetak enam gol dan tiga assist dari 14 pertandingan. Dengan raihan itu, Martinelli mendapat penghargaan sebagai pendatang baru terbaik.
Beberapa minggu kemudian, ia termasuk kedalam sekelompok anak muda yang diundang ke kamp latihan Tim Nasional Brasil dan bertemu dengan sejumlah bintang Tim Samba, termasuk penyerang Manchester City, Gabriel Jesus.
Terlibat dalam 33 pertandingan bersama Tim Senior Ituano, Martinelli sukses mencetak 16 gol.
Sebelum mendapat tawaran dari klub-klub Eropa, Martinelli sempat berfikir untuk menginjakkan kaki di Belanda dengan bergabung bersama PSV Eindhoven. Bahkan, raksasa Negri Kincir Angin itu juga sempat melihat talenta Martinelli dan berniat memboyongnya. Namun karena terjadi sesuatu hal, kesepakatan antar keduanya tidak pernah terjalin.
Ketertarikan Martinelli untuk bergabung dengan PSV saat itu dilandasi dengan keinginan untuk mengikuti jejak seniornya, Ronaldo de Lima, yang juga pernah membela klub asal Belanda itu. Ia menganggap kalau Ronaldo de Lima sudah banyak memberinya inspirasi untuk berkarier di benua biru.
Meski saat ini berstatus sebagai pemain Arsenal, Martinelli sangat mengagumi sosok Cristiano Ronaldo. Menurut sang ayah, Martinelli benar-benar mengikuti gaya hidup Ronaldo. Ia selalu berlatih keras dan menerapkan pola makan sehat. Lalu, ia juga berusaha untuk menghindari soda.
Saat ini, ayahnya pun merasakan dampak dari latihan Martinelli. Menurutnya, putranya punya mentalitas luar biasa saat berada di lapangan. Ia selalu punya ambisi besar untuk mencetak banyak gol dan tentunya membawa klub yang dibelanya meraih kemenangan.
“Dia adalah seorang bocah lelaki yang bisa kamu lihat, sangat ingin untuk mencapai level yang tinggi. Dia selalu menyadari potensinya, tetapi itu tidak berarti membuatnya cepat puas. Dia sedikit mirip dengan Ronaldo dalam hal itu”. ujar sang ayah
Kini, sang ayah ingin putranya sukses dan bermain di Liga Champions Eropa. a akan segera terbang ke London untuk menemani dan memastikan bahwa putranya dalam keadaan yang baik-baik saja. Bersama sang istri, ayah Martinelli akan sangat teliti dalam mengawal anaknya berjalan menuju kamp latihan Arsenal.