Tidak hanya di benua eropa, di belahan dunia lain tepatnya di Amerika Selatan juga terdapat laga sarat gengsi yang mempertemukan Boca Juniors versus River Plate. Saking panasnya laga tersebut sampai dijuluki “Superclasico”.
Superclásico dikenal di seluruh dunia sebagai salah satu derby paling sengit dan paling penting. Pada bulan April 2004, surat kabar Inggris The Observer menempatkan Superclásico di bagian teratas daftar “50 hal olahraga yang harus Anda lihat sebelum Anda mati”.
Hal itu tentunya mencerminkan betapa dahsyatnya Superclasico. Boca Juniors dan River Plate sendiri merupakan kesebelasan yang bermarkas di Ibukota Argentina,Buenos Aires. Secara kebetulan kedua klub merupakan yang tersukses di negara kelahiran Diego Maradona itu.
Di Buenos Aires sebenarnya bukan cuma Boca dan River, tapi setidaknya ada 15 klub profesional dengan sembilan di antaranya rutin bermain di dua divisi tertinggi Liga Argentina.
Setiap pertandingan yang melibatkan sembilan klub ini biasanya juga menghadirkan nuansa yang begitu panas. Ini tak lain karena faktor sejarah yang juga dipengaruhi faktor kelas di masyarakat.
Tapi, tentu saja duel Boca Juniors melawan River Plate menjadi partai yang paling dinanti-nantikan tidak hanya oleh masyarakat Buenos Aires atau Argentina saja, melainkan publik sepak bola jagat raya.
Saat kedua klub terbesar di Argentina tersebut saling berhadapan maka duel yang terjadi bukanlah sekadar pertandingan biasa, melainkan sebuah pertandingan yang sarat gengsi dan salah satu yang paling populer di dunia.
Kedua klub hanya berjarak 7 km satu sama lain dan bahkan 73 persen populasi negara Argentina adalah penggemar River Plate dan Boca Junior. Alasan Boca dan River bisa menyedot atensi penduduk Argentina pun dapat dimengerti.
Sejauh ini, kedua klub tersebut merupakan klub yang paling sering menjadi juara liga. River Plate berada di peringkat pertama dengan 36 gelar liga, sedangkan Boca Junior menguntit di peringkat kedua dengan 33 gelar liga.
Yang menarik, persaingan untuk menjadi yang terbaik di Argentina tersebut ternyata bukanlah pemantik utama rivalitas antara Boca dan River. Jauh sebelum itu, kultur sosial pendukung kedua tim tersebut sudah menciptakan kegaduhan. Boca adalah tentang Si Miskin, sementara River adalah tentang Si Kaya.
Ya. Sejarah Superclasico sendiri sudah berlangsung ratusan tahun silam, tepatnya di awal abad ke-20, River Plate berdiri pada 1901 di distrik La Boca kota Buenos Aires yang diikuti dengan munculnya eksistensi Boca Junior empat tahun kemudian.
Kedua klub belum pernah sekalipun bertemu sejak awal dibentuk hingga akhirnya pada tahun 1908 mereka bertanding dalam laga uji coba, hal itu menjadi penanda awal persaingan mereka. Dalam laga tersebut, Boca Junior membukukan kemenangan 2-1 atas saudara tuanya tersebut.
River sukses membalas kekalahan tersebut saat memenangi duel kompetitif pertama mereka kontra Boca. Dalam laga yang berlangsung di Racing Avellaneda, 24 Agustus 1913, Los Millonarios menaklukkan Bosteros dengan skor 2-1.
Momen itulah menjadi penanda rivalitas sengit nan panas duel dua tim asal ibukota Argentina tersebut. Latar belakang yang berbeda dari kedua kubu semakin mengerucutkan tajuk perseteruan di antara mereka.
Kultur sosial yang bertolak belakang menjadi landasan utama persaingan gengsi. River Plate mayoritas didukung oleh masyarakat kelas atas dengan sokongan dana melimpah sementara Boca Juniors identik dengan kaum imigran yang sebagian besar berasal dari Italia.
Meskipun sama-sama berasal dari Distrik La Boca. Namun, pada tahun 1923, River memilih pindah ke Distrik Nunez yang lebih makmur. Dari situ, pendukung River mengejek Boca sebagai “Los Chanchitos” atau babi kecil yang menyindir daerah tempat tinggal suporter Boca yang kumuh dan berbau seperti kandang babi.
Pendukung Boca pun tak mau kalah, mereka menganggap River sebagai kesebelasan manja. Untuk itu, Boca menjuluki River sebagai “Gallinas” yang berarti ayam untuk merujuk dari sikap penakut yang biasanya diperlihatkan oleh orang-orang kaya.
Dengan latar belakang seperti itu, pertandingan antara kedua tim tersebut selalu berlangsung panas. Meski polisi anti huru-hara selalu berjaga-jaga dengan jumlah yang lebih banyak daripada di pertandingan lainnya, gesekan sudah seperti karib dalam pertandingan tersebut.
Jika bentrokan antar suporter berhasil dihindarkan, para suporter tak jarang mengintimidasi para pemain lawan. Jika para pemain berhasil diamankan dari para suporter, bentrokan antar para pemain bukan barang langka. Jika semua tampak baik-baik saja, para suporter akan mulai mengganggu para polisi yang sedang berjaga-jaga.
Pendukung kedua tim juga selalu memasang spanduk-spanduk bertuliskan rasis, ejekan, dan hal-hal negatif lainnya yang terpampang di stadion tempat kedua tim bertemu. Nyanyian-nyanyian hinaan terhadap tim lawan juga kerap diperdengungkan.
Panasnya rivalitas kedua kesebelasan pernah menyebabkan tragedi berdarah “Puerta 12” di El Monumental, stadion milik River Plate. Di mana menghasilkan korban 71 tewas dan 150 luka karena insiden di garte 12 El Monumental yang terbakar. Ini membuat penonton berdesakan keluar saat pintu terkunci rapat.
Insiden lain yang tak kalah diingat adalah saat pada 2011 River Plate terdegradasi ke divisi dua Liga Argentina. Hal ini membuat suporter Boca berpesta dan tumpah ruah dengan gembira di jalanan Buenos Aires yang menyebabkan keributan dan kerusakan cukup banyak di Buenos Aires akibat intrik kedua suporter.
Pada tahun 2015, juga terdapat kerusuhan yang terjadi di Stadion La Bombonera, markas Boca di ajang Copa Libertadores. Laga dihentikan di babak kedua setelah fans Boca menyemprotkan cairan lada ke pemain-pemain River. Laga distop dan Boca pun dijatuhi hukuman WO 0-3 oleh CONMEBOL. Sementara itu, fans River juga disanksi larangan mendatangi dua laga away di sisa laga Copa Libertadores musim itu.
Dalam setiap pertemuannya, arena tempat Boca dan River bertanding berubah menjadi medan perang. Ini, tentu saja, bukan bermakna kiasan belaka. Di tribune, apa saja bisa menjadi senjata untuk menyakiti lawannya dan itulah mengapa, pihak kepolisian Buenos Aires selalu menyiagakan lebih dari seribu aparat untuk mengamankan laga ini. Tak jarang, puluhan orang bisa ditangkap dalam satu pertandingan.
Pertemuan antara kesebelasan berciri khas warna kuning biru dan merah putih ini memang selalu rentan memicu kerusuhan. Duel dua tim rival berat di Argentina itu bahkan telah mengakibatkan korban hingga ratusan jiwa selama lebih dari 50 tahun terakhir.
Kerusuhan demi kerusuhan yang terjadi dalam setiap pertemuan kedua tim akhirnya memaksa otoritas sepak bola Argentina mengeluarkan larangan khusus. Suporter Boca Juniors maupun River Plate dilarang memberikan dukungan saat tim mereka melakukan away. Ini merupakan cara yang ditempuh untuk mengurangi dampak buruk akibat perseteruan suporter kedua kubu.
Dalam sejarahnya, kedua tim ini sudah bertemu di lebih dari 240 pertandingan resmi. Di antara ratusan pertandingan itu tentu ada beberapa yang pada akhirnya benar-benar terpatri dalam memori, salah satunya laga di mana Maradona memperkenalkan dirinya saat berkostum Boca pada tahun 1981.
Secara statistik, Boca lebih unggul di mana mereka sudah memenangi 88 pertandingan. Mereka unggul 5 kemenangan dibanding River. Dari segi Trofi yang mereka kumpulkan baik di kancah domestik maupun Internasional, Boca unggul dengan mengoleksi 68 berbanding 65 milik River Plate.
Sosok Angel Labruna di kubu River dan Paulo Valentin di sisi Boca merupakan dua nama yang mencatatkan diri mereka sebagai pencetak gol terbanyak dalam duel Superclasico. Labruna mengemas total 16 gol, sedangkan Valentin membukukan sepuluh gol.
Dari jumlah penampilan terbanyak, nama Reinaldo Mero merupakan penggawa River yang kerap tampil di pertemuan akbar tersebut dengan catatan mencapai 42 laga, diikuti dengan Silvio Marzolini untuk kubu Boca.
Di tahun 2018 kemarin, kedua tim untuk pertama kalinya saling berhadapan di final Copa Libertadores. Dalam final yang penuh drama tersebut, River berhasil keluar sebagai juara setelah kalahkan Boca dengan skor aggregat 5-3.
Superclasico akan tercatat dalam buku sejarah sebagai duel maha dahsyat di sepak bola. Jika di Indonesia laga mana yang menurut kamu memiliki persaingan mirip dengan Superclasico footballovers. ?