Pesepakbola merupakan atlet yang tergolong elit. Pada level tertinggi, para pemain dituntut untuk selalu tampil bugar. Berbagai aktivitas dan pola makan benar-benar diatur dan harus sesuasi dengan porsi yang sudah ditentukan.
Dengan pola hidup demikian, atlet kerap mendapat penilaian sebagai orang-orang yang selalu menjaga kesehatan. Oleh sebab itu, akan terlihat memalukan jika para pesepakbola sampai kedapatan merokok atau banyak minum minuman beralkohol.
Namun, “dosa” yang dilakukan para pesepakbola kerap kali lebih dari sekadar merokok dan minum-minuman beralkohol. Ada beberapa pemain yang demi terlihat bugar, mereka rela mengkonsumsi obat-obat penjaga stamina, atau yang lebih sering disebut sebagai doping.
Dalam sepak bola sendiri ada beberapa kasus tentang pemakaian doping. Penasaran siapa saja pemain yang pernah terlibat kasus ini? Berikut starting eleven berikan ulasannya.
1. Fernando Couto
Fernando Couto adalah bek yang sangat disegani pada masanya. Tercatat, ia pernah berkarier di Portugal, Spanyol, dan Italia. Ia juga pernah memperkuat timnas Portugal dalam empat turnamen besar.
Namun dalam 21 tahun kariernya di lapangan hijau, Fernando Couto pernah terlibat kasus doping. Pada tahun 2001, ketika masih membela Lazio, ia gagal lolos tes urin. Meski sempat membantah tuduhan penggunaan doping, Couto tetap dijatuhi denda sebesar 60 ribu dollar atau setara 845 juta rupiah, dan dihukum selama 9 bulan.
2. Kolo Toure
Mantan pemain Manchester City, Kolo Toure, dijatuhi larangan bermain selama enam bulan akibat tidak lolos dari tes doping. Saat itu, FA mengonfirmasi bahwa dalam tubuh Toure terdapat kandungan zat tertentu.
City yang saat itu menjadi klub Toure memberi konfirmasi pembekuan status sang pemain dari tim utama Roberto Mancini. City tak mau mengambil risiko usai tes doping pertama yang dilakukan terhadap Kolo menunjukkan hasil positif.
3. Jake Livermore
Jake Livermore divonis positif menggunakan kokain dan terancam mendapat hukuman berat pada 2015 lalu. Namun secara mengejutkan Livermore lolos dari hukuman berat yang dapat dijatuhkan Asosiasi Sepakbola Inggris (FA).
Dalam pernyataannya, FA, diwakili panel tiga orang independen, berdalih, kelakuan Livermore yang memakai kokain disebabkan rasa depresinya atas meninggalnya sang anak pada 2014 lalu. FA menilai Livermore sebagai sosok yang jujur dan saksi yang mau memberikan bukti-bukti tanpa berlebihan.
4. Mark Bosnich
Mark Bosnich merupakan penjaga gawang yang pernah membela Manchester United, Aston Villa, dan juga Chelsea. Sepanjang kariernya sebagai pemain, ia kerap menghadirkan kontroversi. Bahkan pada tahun 2003, ia gagal melewati tes obat-obatan terlarang.
Dalam tes tersebut diketahui bahwa Bosnich positif mengonsumsi kokain. Karena hal ini, Chelsea langsung memutus kontraknya. Setelah ketahuan memakai kokain, Bosnich bukannya insaf, malah makin menjadi. Kecanduannya kian serius dengan mengonsumsi 10 gram kokain perhari. Ia pun hidup menyendiri dan pensiun di usia 31 tahun.
5. Jaap Stam
Stam pergi meninggalkan Manchester United untuk gabung Lazio pada musim panas 2001. Akan tetapi, beberapa minggu usai resmi menjadi pemain Lazio, Stam gagal lolos tes doping karena terdapat kandungan nandrolone di dalam urinenya. Nandrolone sendiri memiliki fungsi untuk meningkatkan stamina pemain di atas lapangan.
Akibatnya, Stam mendapat larangan bermain selama lima bulan. Setelah menjalani banding, Staam mendapatkan remisi selama satu bulan.
6. Garry O’Connor
Mungkin banyak dari kalian yang tidak mengenal Garry O’Connor. Ia merupakan pemain yang dikenal di Skotlandia. Ia bahkan melakukan debut untuk timnas Skotlandia pada usia 18 tahun, dan membuka masa depannya di Lokomotiv Moscow pada usia 23 tahun.
Namun, kariernya menurun pada 2009 setelah ia tak lolos tes doping ketika bermain untuk Birmingham City. Pada 2014, O’Connor kembali mendapatkan masalah setelah ditemukan kokain yang membuatnya dihukum selama 200 jam sebagai pelayan masyarakat.
7. Edgar Davids
Edgar Davids dikenal sebagai salah satu gelandang terbaik pada masanya. Pemain berjuluk pitbull ini punya perjalanan karier yang tak main-main.
Namun, gelandang eksentrik yang dikenal sebagai pemakai kacamata di lapangan sepak bola ini, pernah didakwa menggunakan nandrolone pada 2001 saat memperkuat Juventus. Kendati mendapat larangan bermain selama dua tahun, hukuman tersebut dikurangi menjadi empat bulan.
8. Adrian Mutu
Salah satu cerita yang terkenal soal doping adalah soal Adrian Mutu. Ia kala itu bergabung dengan Chelsea yang tengah naik daun. Mutu datang sebagai salah satu penyerang terbaik di Eropa, tapi ia pergi dengan memalukan. Setelah tak akur dengan Jose Mourinho, ia pun gagal dalam tes doping. Lagi-lagi pada urinnya ditemukan kokain.
Alhasil, Mutu pun dilarang berkecimpung di dunia sepakbola selama tujuh bulan dan otomatis mendapat pemutusan hubungan kerja dari Chelsea. Baru pada musim panas 2005, Mutu resmi direkrut Juventus untuk membela si Nyonya Tua di musim 2005/06.
9. Pep Guardiola
Guardiola dikenal sebagai sosok yang santun, baik sebagai pemain maupun pelatih. Akan tetapi, siapa sangka Guardiola sempat menggunakan obat-obatan terlarang yang tidak dianjurkan di dunia olahraga. Pada 2001, Guardiola gagal lolos tes doping karena terdapat nandrolone di dalam urin nya.
Kesal karena dituduh menggunakan obat-obatan terlarang, Guardiola melakukan banding. Baru pada 2007, Guardiola memenangkan kasusnya tersebut dan terbebas dari segala tuduhan.
10. Diego Maradona
Nama Maradona dikenal begitu hebat di dalam lapangan, tapi sulit mengendalikan diri di luar lapangan. Ia adalah sosok yang jenius. Ia cepat, seimbang, dan memiliki visi yang tak kalah mengagumkan. Namun, seperti halnya orang jenius lainnya, ada sisi tak biasa yang terlihat begitu gelap.
Sisi tersebut memperlihatkan ketergantungan Maradona pada obat-obatan terlarang. Ia juga mengalami masalah kenaikan berat badan. Hal ini pertama diketahui pada 1991 ketika ia mendapatkan hukuman 15 bulan setelah gagal tes doping karena di urinnya mengandung kokain. Akibatnya, ia dilarang tampil selama 15 bulan.
Kemudian pada 1994, atau saat membela Argentina di Piala Dunia, Maradona ketahuan menggunakan obat-obatan terlarang. Saat itu, di dalam urine Maradona terdapat efedrin stimulan, sekaligus menghentikan langkahnya untuk melanjutkan kiprah bersama Argentina di Piala Dunia 1994.