Alan Shearer, pria asal Inggris yang satu ini menjadi salah satu striker papan atas pada era 90-an. Jika umumnya pemain bintang identik dengan klub-klub besar, Shearer adalah pengecualian, dirinya merupakan pemain bintang yang sepanjang karirnya tidak pernah memperkuat klub-klub besar di Inggris seperti Manchester United, Liverpool, Chelsea maupun Arsenal.
Tercatat hanya tiga klub saja bagi Shearer untuk menasbihkan dirinya sebagai legenda sepak bola dunia. Ketiga tim itu adalah Southampton, Blackburn Rovers dan Newcastle United, sebuah klub yang notabene masuk kategori tim-tim kelas dua di negeri Ratu Elizabeth.
Alan Shearer, lahir di Gosforth, Newcastle, pada 13 Agustus 1970. Meskipun lahir di daerah yang punya kultur sepak bola yang begitu kental, Shearer justru memulai kariernya di pesisir pantai selatan Inggris yang hangat bersama Southampton.
Kedatangannya di usia 16 tahun pun membuat sang bomber harus rela memulai dari tingkat dasar, yakni tim reserve Southampton. Ia memang harus bekerja keras di sana, apalagi di saat yang hampir bersamaan di tim utama klub yang saat itu dilatih Chris Nicholl ada wonderkid lain yang sedang menggila, Matt Le Tissier.
Kendati demikian, Shearer muda tidak patah semangat. Ia terus berjuang bersama tim reserve Southampton hingga akhirnya sukses melakoni debut tim utama ketika berusia 17 tahun. Hebatnya lagi dalam debutnya itu ia langsung mencetak hat-trick saat membantu klubnya menghajar Arsenal 4-2.
Catatan tersebut sekaligus menjadikan dirinya sebagai pemain termuda yang cetak hattrik dalam kasta teratas Liga Inggris. Tapi tinta emas yang ia torehkan justru membuatnya harus kembali ke tim reserve. Shearer baru benar-benar menjadi bagian utama Southampton dua musim setelahnya yakni 1989/90.
Selama di Southampton, Shearer bermain selama lima musim dengan torehan sebanyak 158 pertandingan dan mencetak 43 gol di seluruh kompetisi. Pada musim terakhirnya, ia membuat 21 gol dari 60 penampilan, hal itu membuat Shearer laris manis di bursa transfer musim panas 1992.
Manchester United sudah mempersiapkan tawaran menggiurkan untuk sang bintang. Tapi prediksi banyak pihak dipatahkan oleh Shearer sendiri yang akhirnya memilih Blackburn Rovers sebagai loncatan karier. Langkah berani ini terbukti tepat karena di musim pertamanya ia sukses menyarangkan 16 gol dari 21 penampilan untuk The Rovers.
Musim-musim selanjutnya, penampilan Shearer semakin tajam, gol demi gol terus ia cetak. Puncak performanya terjadi pada musim 1994/95, di mana namanya akan selalu dikenang para fans Blackburn, pasalnya ia sukses membawa Blackburn Rovers juara Premier League.
Tidak cukup sampai di situ saja, dirinya juga berhasil menyabet gelar top skor setelah membukukan 34 gol dan terpilih sebagai pemain terbaik kompetisi saat itu.
Di musim itu pula, Shearer mencetak tiga hattrick, yang masing-masing ia sarangkan ke gawang Queen Park Rangers, West Ham United dan Ipswich Town, ia mengakhiri musim secara total dengan 38 gol yang fenomenal baik di Liga dan kompetisi lain.
Pada musim selanjutnya,1995/96, yang merupakan musim terakhirnya bersama Blackburn. Shearer mampu mencetak lima hattrik yang masing-masing ke gawang Coventry, Nottingham Forest, West Ham United, Bolton Wanderers dan Tottenham Hotspur, catatan tersebut membuat Shearer mengakhiri musim dengan torehan 37 gol di semua ajang.
Jadi, total selama tiga musimnya di Blackburn Rovers, Shearer berhasil mencatatkan 130 gol dari 170 pertandingan di semua ajang.
Tak hanya di level klub, Shearer juga menonjol saat memperkuat timnas Inggris, Penampilannya di Piala Eropa 1996 membuatnya menjadi begitu populer. Bahkan kabarnya, selain MU, Barcelona juga berminat untuk mendatangkan Shearer kala itu.
Setelah perundingan sulit, Shearer dikabarkan menolak Man United secara personal kepada Sir Alex Ferguson, yang membuat manajer legendaris asal Skotlandia tersebut kesal bukan main.
Shearer kemudian memilih kembali ke Geordie dan memperkuat Newcastle United. Apalagi kala itu, The Magpies sedang ditangani oleh Kevin Keegan, yang mana merupakan pemain idola dari Shearer.
Saat itu, untuk memboyong Shearer, Newcastle harus merogoh kocek sebesar 15 juta poundsterling atau sekitar Rp 282 miliar, yang pada waktu itu menjadi harga yang mahal untuk seorang pemain.
Meski harus membayar mahal, dijamin tidak rugi untuk mendatangkan Shearer. Pasalnya, pemilik 63 caps timnas Inggris itu berhasil membawa Newcastle sebagai runner up Liga Primer 1996/97, dan finalis Piala FA sebanyak dua kali, 1998 dan 1999.
Meski mampu membawa klub berada di papan atas dan sempat mentas di Liga Champions, kariernya di Newcastle bisa dibilang kurang sempurna. Kendati begitu, nihil gelar nyatanya tidak membuat kadar sayang fans luntur pada Shearer.
Yang ada, para penggemar justru makin mengelu-elukan nama pemain yang akrab dengan nomor sembilan itu. Shearer bermain di Newcastle selama lebih dari satu dekade. Ia mengikuti pasang surut klub tersebut. Melewati masa-masa indah maupun tersulit sekalipun.Â
Pada musim terakhirnya bersama Newcastle, usia senja dan serangkaian cedera membuat Shearer tidak seganas di masa jayanya dulu. Ia pun kemudian pensiun pada tahun 2006.
Dalam kurun waktu 10 musim, Shearer tampil sebanyak 404 kali dan menyumbang 206 gol di semua kompetisi untuk Newcastle United. Torehan tersebut menjadikannya sebagai pencetak gol terbanyak sepanjang masa The Magpies.
Di Newcastle sendiri, Shearer membukukan dua hattrick di liga primer. hattricknya tercipta ke gawang Leicester City pada Februari 1997 dan Sheffield Wednesday pada September 1999.
Kecintaan fans dan pihak klub pada pemain yang saat ini berusia 49 tahun itu pun diabadikan lewat patung yang dibuat oleh pemilik klub saat itu, Freddy Shepherd, di depan Stadion St James Park pada 2016 lalu.
Kerendahan hati dan kewibawaan Shearer terpancar jelas dari patung yang menghabiskan dana sebesar 250 ribu paun atau sekitar Rp 4.5 miliar tersebut. Ya, patung itu menggambarkan bagaimana selebrasi khas sang striker yang selalu mengangkat satu tangannya ke atas saat mencetak gol.
Secara keseluruhan, Alan Shearer menciptakan 260 gol dalam Premier League dan menjadikannya sebagai pencetak gol terbanyak di era Liga Primer. Catatan tersebut semakin mengkilap dengan raihan tiga sepatu emas liga primer yang masing-masing ia dapatkan pada musim 1994/95, 1995/96 dan 1996/97.
Selain ketajamannya di gawang lawan, kualitas lain dari Shearer adalah ketenangannya. Ia hampir tidak pernah terlibat dalam perkelahian dan melakukan pelanggaran-pelanggaran tak berguna.
Semenjak pensiun, Shearer melanjutkan karier sebagai pengamat sepak bola. Ia memiliki jadwal tampil reguler di media ternama, BBC untuk mengomentari berbagai pertandingan Liga Primer Inggris.
Shearer juga sempat melatih Newcastle United pada April 2009. Saat itu, ia hanya bertugas sampai akhir musim untuk menggantikan Joe Kinnear yang memiliki problem kesehatan.
Sebagai catatan, rekor 11 Hattrick Alan Shearer di liga primer sudah di samai oleh bomber Man City, Sergio Aguero. Meski begitu, Shearer tetap akan selalu di kenang sebagai bomber maut yang pernah dilahirkan negeri tiga singa.