Footballovers, Mantan Penyerang tim nasional Uruguay, Diego Forlan belum lama ini mengumumkan pensiun dari dunia si kulit bundar. Klub terakhir yang ia bela adalah klub asal Hongkong, Kitchee, dengan penampilan terakhirnya pada pada Mei tahun 2018 lalu.Â
Sepanjang karirnya Diego Forlan telah berlabuh ke sepuluh klub berbeda. Ia telah membukukan 274 gol dalam 698 penampilan di semua kompetisi selama 20 tahun karir profesionalnya.
Dalam perjalanannya, Diego Forlan pernah menjadi raja gol di liga spanyol. Ia juga pernah meraih penghargaan sebagai pemain terbaik piala dunia pada 2010. Bersama tim nasional Forlan telah membukukan 36 gol dari 112 pertandingan.
Diego Forlan lahir 40 tahun yang lalu atau tepatnya pada 19 mei 1979 di ibukota uruguay, Montevideo. Forlan lahir dari keluarga sepakbola. Darah sepakbola mengalir di tubuh Forlan mengingat sang ayah adalah seorang pemain sepakbola.
Ayahnya, Pablo Forlan adalah bek kanan timnas Uruguay yang berhasil meraih gelar juara Copa America tahun 1967 yang dilatih oleh kakek Forlan dari ibunya, Juan Carlos Corazzo.
Saat tumbuh dewasa, Forlan harus menjalani hidup di bawah bayang-bayang kesuksesan orang tuanya dalam dunia sepakbola. Namun ia tidak terlalu memikirkan hal tersebut dan bahkan ia tidak berencana untuk menjadi pemain sepakbola mengikuti jejak ayah dan kakeknya. Pria bernama lengkap Diego Forlán Corazzo itu justru ingin menjadi seorang petenis profesional.
Namun, perubahan jalan hidup terjadi ketika sebuah kecelakaan mobil pada tahun 1991 menimpa kakak perempuannya, Alejandra dan membuat nyawa pacar kakaknya yang juga terlibat dalam kecelakaan tersebut melayang. Kejadian itu terjadi saat Forlan berusia 12 tahun.
Akibat kecelakaan itu, sang kakak harus mendapat perawatan yang cukup serius. Keluarga Forlan berjuang keras demi bisa membayar perawatan itu sampai Diego Maradona pemain Argentina yang sekaligus juga seorang teman dekat ayah Forlan, memberikan sumbangan untuk membantu keluarga Forlan membayar biaya perawatan yang cukup mahal.
Atas peristiwa itu, pada saat itu juga di usia 12 tahun, Diego Forlan memutuskan untuk mendedikasikan hidupnya bermain sepak bola guna membantu saudara perempuannya yang sakit.Â
“Hal pertama yang dia (Diego Forlan) katakan kepada saya ketika saya berbaring di ranjang rumah sakit adalah bahwa dia akan menjadi pemain sepak bola profesional dan menghasilkan banyak uang untuk membawa saya ke dokter terbaik di dunia, ,” kata sang kakak ketika itu. (Dikutip dari laman These Football Themes)
Diego Forlan memulai upayanya untuk menjadi pesepakbola profesional. Meskipun ia berbakat mengolah si kulit bundar, tapi ia mulai menganggap sepak bola dengan serius di usia yang lebih tua daripada kebanyakan para pemain lainnya, oleh karena itu, ia harus bergerak cepat untuk mengejar ketertinggalan dari pemain lain.
Tak lama setelah memutuskan untuk menjadi pemain sepakbola, Forlan langsung memulai karirnya dengan bergabung bersama tim muda Penarol. Ia kemudian sempat pindah ke Danubio dan Indepediente.
Pada tahun 1995, klub asal Prancis, AS Nancy menawarinya untuk menjalani trial ketika ia berusia 16 tahun. Namun AS Nancy merasa Forlan butuh berkembang terlebih dahulu dan mengembalikannya ke Indepediente.
Forlan akhirnya membuat debut tim senior Independiente pada usia 18 tahaun. ia tampil cukup baik dalam empat musim di sana. Dengan mencetak 40 gol dalam 91 penampilan, ia menarik minat dari beberapa klub Eropa, salah satunya adalah Middlesbrough. Mereka memberi tawaran 6,9 juta paun atau sekitar Rp 100 Miliar yang akan dicicil selama 18 bulan. Indepediente menyetujui tawaran tersebut dan Forlan pun terbang ke Inggris.Â
Namun di sisi lain, klub raksasa Inggris, Manchester United juga tertarik untuk mendatangkan Forlan. Setan Merah memberi tawaran yang sama dengan pembayaran penuh di awal berikut dengan gaji yang lebih besar bagi Forlan. Pada tahun 2002 akhirnya Forlan memutuskan untuk hijrah ke Manchester.
Bersama United, namanya perlahan-lahan mulai dikenal di daratan eropa, walaupun hanya mencetak total 17 gol dalam 98 penampilannya bersama Setan Merah selama tiga setengah musim. Pada 2004 Forlan bergabung dengan Villareal, di klub inilah ia mulai menunjukan kualitasnya sebagai Bomber kelas dunia. Ia menjelma menjadi pesepakbola hebat.
Pasca membela Villareal, Forlan lalu memperkuat Atletico Madrid, Disini Forlan tampil apik dengan menorehkan 96 gol dalam 196 penampilan di semua kompetisi dalam waktu empat tahun. Pada musim 2008/09 ia juga menjadi pencetak gol terbanyak La Liga. Forlan raih dua trofi bersama Atletico yaitu Europa League dan Piala Super Eropa.
Pada 2011 Forlan Hengkang dari Vicente Calderon. Pelabuhan bagi Forlan selanjutnya adalah Inter Milan, Internasional, Cerezo Osaka, Penarol, Mumbay City, dan Kitchee. Kecuali Independiente dan Inter Milan, Forlan selalu memberikan trofi bagi klub yang dibelanya.
Sementara, karir terbaiknya bersama timnas Uruguay adalah ketika ia berhasil meneruskan tradisi keluarganya dengan menjuarai Copa America 2011. Kini, setelah tidak lagi menjadi pemain profesional, Diego Forlan akan selalu dikenang sebagai salah satu penyerang terbaik pada masanya.