Tepat pada 21 April 2009, atau sekitar sepuluh tahun silam, Liga Primer Inggris pernah menyajikan salah satu pertandingan paling diingat oleh pecinta sepakbola di seluruh dunia.
The Gunners yang berkunjung ke Merseyside dengan seragam kuning, mengingatkan seluruh pecinta sepak bola akan salah satu talenta berbakat asal Russia bernama Andrey Arshavin.
Kala itu, skuat Arsene Wenger tidak mengusung kepentingan apa pun, sementara bagi Liverpool kemenangan amatlah vital karena bakal membuat posisi mereka mengangkangi Manchester United di puncak klasemen EPL. Namun, angan-angan itu tak terwujud lantaran Arshavin menjadi aktor sentral yang sukses meredam skuat Rafa Benitez berkat performa fantastisnya dengan memborong keempat gol Arsenal saat itu.
Pemain Rusia ini seolah ingin membungkam semua peragu dirinya di Emirates. Maklum, ketika itu Arshavin terus dihujani kritik karena performanya yang dianggap tak menjanjikan sejak didatangkan dari Zenit St Petersburg.
Selepas laga ini, kepala Arshavin pun bisa mendongak tinggi. Bangga bercampur gelisah menjadi rasa yang berkecamuk di pikirannya ketika itu. Tapi apa pun, hari itu, Arshavin menjadi pahlawan semalam di Anfield.
Ketika itu, Arshavin didatangkan ke Emirates Stadium dengan biaya senilai 15 juta pounds atau setara 262 milliar rupiah. Dan di partai itulah, Arshavin menjawab gelontoran dana yang dikeluarkan Arsenal.
Dari delapan gol yang tercipta malam itu, kedua tim bermain sangat agresif. Tempo yang super cepat pun menjadi alasan mengapa hasil pertandingan berakhir mencengangkan.
Dalam hal ini, Liverpool lah yang memulai laga dengan intensitas tinggi. Namun, justru anak-anak Wenger yang mampu mencuri gol lebih dulu. Aktornya? Tentu Arshavin!
Setelah dia menerima bola hasil kerja sama apik antara Cesc Fabregas dan Samir Nasri, Arshavin dari dalam kotak penalti menyelesaikan peluang dengan sempurna. Pepe Reina takluk, papan skor menunjuk angka 1-0 bagi Arsenal. Anfield terdiam sejenak di paruh pertama.
Setelah meracik ulang strategi, Rafa Benitez membuat Dirk Kuyt didorong lebih ke depan untuk mengisi pos striker sayap di sisi kanan. Hasilnya, Benitez dapat tersenyum lega karena strategi di babak kedua berbuah dua gol yang membalikkan keadaan.
Gol Liverpool yang berhasil membalikkan keadaan itu tercipta lewat aksi striker andalan mereka, Fernando Torres dan Yossi Benayoun.
Tapi, Arshavin membuat kubu Arsenal kembali bernafas lega sembilan menit berselang. Dia melepaskan tendangan melengkung nan keras dari luar kotak penalti sebelum tim kembali dibawanya berada di depan. Tak perlu waktu lama, tiga menit kemudian anak Rusia ini mampu menaklukkan Reina kali ketiga berkat tembakan terukurnya.
Kejar-kejaran skor pun tak bisa terhindarkan. Hanya butuh waktu dua menit setelah gol ketiga Arshavin tadi gawang Fabianski kembali robek. Torres kembali menamakan diri di papan skor, usai memaksimalkan servis dari Albert Rieira. Tendangan Torres tak mampu dihalau Mikael Silvestre bahkan Fabianski pun sempat menahan dengan tangannya, tapi tetap saja laju bola mengoyak gawang The Gunners.
Di penghujung laga, Tim Meriam London seperti siap merayakan kemenangan dari laga tak terlupakan ini. Arshavin, sekali lagi, memaksa Reina memungut bola kali keempat dari jalanya. Theo Walcott dengan ciamik berkombinasi bersama Arshavin dan berakhir gol keempat lewat sentuhan nama terakhir. Kedudukan 4-3 untuk keunggulan Arsenal dengan menit laga sudah berada di angka 90.
Sayang, senyum semua pihak yang berada pada kubu Gunners langsung berubah. Secara dramatis, Benayoun memaksakan laga berakhir sama kuat, 4-4.
Namun begitu, Arshavin tetap layak mendapat sanjungan setinggi langit. Performanya yang terus dikritik memunculkan aksi bersejarah yang tak lekang oleh waktu. Empat gol nya ke gawang Liverpool berhasil catatkan namanya di History Book Arsenal.
Setelah sepuluh tahun berlalu, Arshavin kembali berkomentar tentang gol paling bersejarah tersebut. Arshavin mengaku bahwa dirinya tak terlalu menganggap spesial torehan empat gol yang ia cetak di Anfield pada tahun 2009 lalu. Menurutnya, masih ada penampilan yang lebih baik ketimbang performanya di Anfield.
“Bagiku, partai di Anfield merupakan pertandingan biasa yang tidak spesial. Aku tak memiliki firasat apapun sebelum pertandingan. Ketika aku melakukan pemanasan, satu hal yang ada di pikiranku adalah, kami tak boleh kalah,”
“Tentu saja aku tidak menyangka akan bisa mencetak empat gol. Jika dilihat dari statistiknya, pertandingan di Anfield memang penampilan terbaikku. Tapi, aku mampu tampil lebih baik lagi di beberapa pertandingan setelahnya,” ungkap Arshavin (dikutip dari Sky Sport).
Terlepas dari itu semua, empat gol yang dicetak Arshavin ke gawang Pepe Reina menjadi puncak kariernya bersama Arsenal. Pasalnya, ia mulai jarang mendapatkan kesempatan tampil pada musim-musim selanjutnya.
Pada akhirnya, Arshavin memilih untuk pergi dari Stadion Emirates di tahun 2013 untuk kembali ke Zenit St Petersburg. Setelah dua tahun membela Zenit, ia sempat membela klub Rusia lainnya, Krasnodar FC sebelum gantung sepatu bersama tim Kazakhstan, Kairat pada akhir tahun 2018 lalu.