Arsenal merupakan salah satu klub paling bersejarah di dunia. Deretan penyerang hebat berhasil mereka ciptakan disetiap generasi. Mulai dari Dennis Bergkamp hingga Thierry Henry, semua para pemburu gol itu sukses memuaskan dahaga gudang peluru diseluruh dunia.
Yang terbaru, Arsenal memiliki penyerang asal Prancis bernama Alexander Lacazette. Tak mau ketinggalan, mantan sniper Borussia Dortmund, Pierre Emerick Aubameyang, juga mulai misi untuk taklukkan kompetisi sepakbola Inggris, dengan bergabung bersama Arsenal.
Kedua pemain itupun kini menjadi andalan The Gunners dalam setiap laga yang dijalani. Bahkan, duet keduanya kerap dianggap lebih hangat dari kisah legendaris, Jack Dawson dan Rose DeWitt Bukater.
Aubameyang terus tunjukkan performa gemilang saat mulai diturunkan sebagai penyerang The Gunners. Gelontoran gol terus ia ciptakan disetiap kesempatan yang diberikan oleh sang pelatih. Bahkan, tak jarang penyerang asal Gabon menjadi penyelamat The Gunners dari kekalahan, atau menjadi penentu kemenangan tim asal kota London.
Sebelum Aubameyang mulai menjadi primadona, Lacazette lebih dulu tampil brilian. Tercatat ia kerap mencetak gol dilaga-laga bigmatch.
Namun layaknya sepasang duet yang saling membutuhkan, keberadaan Alexander Lacazette jauh lebih sempurna ketika Aubameyang mendarat di Emirates.
Dibawah manajer Unai Emery, duet Lacazette Aubameyang mulai menjadi sorotan. Selain torehan gol yang terus mengucur deras, tren positif untuk menangi pertandingan pun kian menjadi hal yang selalu terlihat.
Dengan sosok Emery sebagai juru taktik baru dan duet di musim ini yang berajalan apik, Lacazette optimistis ia dan Aubameyang akan semakin padu dengan sistem permainan yang dirancang. Terlebih, pemain berusia 27 tahun itu merasa sudah saling mengetahui kelebihan masing-masing dengan Aubameyang.
Aubameyang, memang terlahir untuk menjadi seorang pesepakbola. Ia sudah mengenyam lapangan hijau sedari kecil. Sejak bergabung dengan AC Milan, bakat Aubameyang sebenarnya sudah terlihat. Namun karena kompetisi yang amat luar biasa di kubu I Rossoneri saat itu, Aubameyang tidak benar-benar mampu kembangkan potensinya sebagai seorang penyerang haus gol.
Karena bermain untuk AC Milan dinilai tak menguntungkan, Aubameyang lalu putuskan hengkang ke Prancis. Setelah bermain untuk beberapa klub, Aubameyang akhirnya temukan destinasi pas di Saint Ettiene. Masa peminjamannya ditebus secara permanen oleh klub yang bermarkas di Stade Geoffroy-Guichard.
Aubameyang yang kala itu masih berusia 22 tahun mampu torehkan 41 gol selama dua musim. Karena dinilai punya potensi luar biasa, Aubameyang lalu digaet oleh Borussia Dortmund. Disanalah talenta nya semakin jauh berkembang.
Lima tahun membela panji Die Borussen, Aubameyang lalu temui takdirnya di Arsenal.
Untuk Lacazette sendiri, pria yang kini berusia 28 tahun setia bermain untuk raksasa Lyon. Bermain di Lyon sejak usia dini, Lacazette menjelma menjadi striker haus gol. Gerakannya yang lincah nan anggun membuatnya mampu torehkan lebih dari 100 gol untuk klub berjuluk Les Gones.
Wenger yang terus amati talentanya pun tidak ragu untuk merogoh kocek sebesar 53 juta euro atau setara 824 milliar rupiah untuk mengangkutnya ke Emirates Stadium.
Arsenal boleh dibilang masih dalam proses transisi selepas kepergian Wenger. Mereka harus terus berusaha keras untuk beradaptasi dengan pola permainan yang diusung Unai Emery. Sulit memang. Namun, pertunjukkan harus tetap berjalan.
Dengan materi pemain yang ada, dan dilengkapi dengan dua pemain berbakat, yaitu Alexander Lacazette dan Pierre Emerick Aubameyang, para penggemar Arsenal terus menantikan trofi Liga Primer yang sudah lama mereka nantikan.
Mengomentari kemitraannya dengan Alexander Lacazette, Aubameyang merasa senang bisa berduet dengan pemain asal Prancis tersebut.
“Aku merasa senang bermain dengannya. Ada sesuatu yang spesial ketika kami bermain di lapangan,” ungkap Aubameyang (dikutip dari independent)
Tak mau ketinggalan untuk mengomentari duet dirinya dengan Aubameyang, Lacazette juga ungkap kebahagiaan, meski terkadang banyak yang menganggap kalau dirinya hanya menjadi bayang-bayang striker asal Gabon.
“Sebuah kebahagiaan bermain dengannya (Aubameyang). Kami bertujuan menjadi duet sempurna. Kami berada dalam irama yang sama dan saling melengkapi,” ungkap Lacazette (dikutip dari The Sun)
Dengan permainan yang indah serta dilengkapi ketajaman luar biasa, Lacazette dan Aubameyang bak duet maut yang siap meliuk di setiap celah, dan menembak diwaktu yang tepat.
Lacazette yang memiliki permainan indah terus melayang seperti kupu-kupu. Aubameyang yang miliki sontekan mematikan tak pernah berhenti menyengat layaknya lebah.
Keduanya, jika diibaratkan,
“Melayang seperti kupu-kupu, menyengat seperti lebah”.