Sepakbola adalah permainan dinamis. Sama seperti olahraga yang lain di mana selalu ada perubahan dari segi aturan atau taktik, sepakbola juga terus mengalami perubahan-perubahan tersebut.
Perubahan taktik seperti misalnya jika dulu seorang kiper hanya berkutat di bawah mistar gawang saja, maka di sepakbola modern penjaga gawang dituntut untuk terlibat dalam permainan.
Aturan di sepakbola pun tak lepas dari perubahan. Saat kick off, dulu akan ada dua pemain yang melakukannya, namun kini bola boleh dioper ke belakang. Ada pula pergantian pemain tambahan di perpanjangan waktu, hingga aturan offside yang lebih kompleks.
Dari sejumlah aturan yang berubah tersebut, ada satu yang mengubah taktik sepakbola secara keseluruhan. Aturan tersebut adalah bernama back pass.
Yang dimaksud Backpass di era sekarang adalah aturan yang melarang kiper menangkap bola dari umpan menggunakan kaki dari rekan satu timnya. Jika seorang kiper melakukan ini, maka akan diberi hadiah tendangan bebas tidak langsung, tendangan yang tidak boleh diarahkan langsung ke gawang dalam sekali sentuh.
Lalu bagaimana sejarahnya aturan Back Pass ini mengubah taktik dalam sepakbola ?
Sebelum 24 Juli 1992, sepakbola sangat amat membosankan. Salah satu penyebabnya adalah setiap operan ke arah belakang (back-pass) boleh ditangkap penjaga gawang, baik back-pass yang disengaja maupun tidak.
Sebagai contoh di gelaran piala dunia Italia 1990, Rataan gol hanya mencapai 2,2 gol per pertandingan dengan banyaknya tindakan membuang-buang waktu yang dilakukan dengan cara mengumpan ke penjaga gawang. Ini membuat pertandingan menjadi membosankan.
Piala dunia tahun 1990, memang dikenal sebagai piala dunia yang paling tidak atraktif, karena ke-24 negara yang ikut serta menampilkan penampilan yang sangat bertahan.
Inilah Piala Dunia yang paling minim gol, tapi dengan kartu merah paling banyak. Hanya 115 gol tercipta dalam 52 pertandingan. Sedangkan wasit mengeluarkan 16 kartu merah dan 164 kartu kuning atau rata-rata 3,46 per pertandingan.
Salah satu pertandingan di ajang tersebut ketika Irlandia berjumpa dengan Mesir, menjelang peluit akhir skor masih tetap imbang 0-0. Laga itu menuai kritikan terutama pada kiper Irlandia, Packie Bowner.
Bagaimana tidak jelang pertandingan usai hampir enam menit lamanya Packie memainkan bola di areanya sendiri. Saat penyerang Mesir mendekat ia langsung menangkap bolanya.
“Sebuah pemikiran umum tentang laws of the game telah mempromosikan negativitas Piala Dunia 1990, khususnya satu bagian permainan dalam pertandingan grup antara Republik Irlandia dan Mesir di mana penjaga gawang Irlandia, Packie Bonner, membawa bola di tangannya selama hampir enam menit tanpa melepaskannya,” tulis Jonathan Wilson di bukunya, The Outsider: A History of the Goalkeeper. (Dikutip dari Balls)
Footballovers tahukah kalian, Dahulu tim yang sudah unggul biasanya mengulur-ngulur waktu dengan mengoper bola untuk ditangkap penjaga gawang. Sang penjaga gawang biasanya memantul-mantulkan bola, berjalan tak lebih dari empat langkah.
Kemudian melepaskan bola, memberikannya kepada salah satu pemain bertahan. Pemain bertahan tersebut kemudian mengoper bolanya kembali kepada penjaga gawang, dan ia menangkapnya. Begitu terus sampai selesai.
Momen-momen yang membosankan itu mengalami puncaknya ketika Piala Eropa 1992 bergulir, di mana di era ini mulai dikenal istilah negative football mencapai puncaknya. Bahkan kesuksesan Denmark menjadi juara tidak lepas dari negative football.
Dalam laga final menghadapi Jerman, ketika skor 2-0 dimana pemain Denmark mengulur-ulur waktu dengan melakukan umpan ke belakang yang langsung ditangkap kiper, Peter Schmeichel dan hal tersebut berlangsung secara berulang-ulang.
Akibat dari beberapa kejadian tersebut akhirnya menginspirasi petinggi FIFA untuk merubah aturan terkait backpass.
Pada 1992, bertepatan dengan era modern football yang diusung oleh FA lewat Premier League, FIFA membuat aturan baru dalam Law 12 Fouls and Misconduct.
Dalam aturan tersebut, penjaga gawang dilarang menangkap bola yang merupakan umpan menggunakan kaki dari rekan satu tim. Penjaga gawang pun dilarang memegang bola dengan tangan lebih dari 6 detik. Kiper juga tak boleh menangkap bola yang sudah mereka taruh di lapangan. Jika mereka langgar, maka lawan berhak mendapatkan tendangan bebas.
Pada 23 Juli 1992, back-pass terakhir yang legal untuk ditangkap pada pertandingan resmi terjadi saat kualifikasi Piala Dunia 1994 zona CONCACAF. Saat itu El Salvador menang 5-1 melawan Nikaragua. Sementara back-pass yang ditangkap penjaga gawang akhirnya menjadi ilegal satu hari kemudian.
Tepatnya 24 Juli 1992 di sebuah pertandingan di Olimpiade, aturan back pass terbaru akhirnya digunakan untuk pertama kalinya. Pada pertandingan itu, Italia menang 2-1 melawan Amerika Serikat di Camp Nou, Barcelona. Sejak itu, sepakbola berubah total.
Berkat aturan tersebut kecepatan permainan sepakbola juga meningkat. Banyak gol terjadi. Liga Inggris 46 gol lebih banyak daripada musim sebelum aturan back-pass diterapkan, Liga Italia 163 gol lebih banyak, Spanyol 41 gol, dan Perancis 92 gol.
Aturan perubahan back pass itu mengguncang sepakbola, tapi dianggap sangat revolusioner dan berhasil mengubah sepakbola selamanya. Kesebelasan yang menang tak lagi sering mengulur waktu meski kemudian berkembang cara mengulur waktunya seperti pura-pura cedera.
Satu dampak terbesar adalah kesulitan Liverpool untuk menjadi Juara setelah adanya aturan baru ini. pada era 1970-1980 Liverpool memang sangat superior, namun setelah adanya aturan back-pass Liverpool kesulitan. Hal yang diakui Nick Tanner, bek Liverpool musim 1992-1993.
“Kami kesulitan mengubah mindset kami bahwa kami tidak lagi diperbolehkan melakukan umpan ke penjaga gawang. Biasanya kami unggul 1 gol dan melakukan umpan ke Bruce Grobbelaar dan ia menguasai bola, memberikan waktu untuk kami menguasai permainan,” ujar Nick Tanner.
Melalui back-pass kita bisa belajar banyak hal, untuk senantiasa melihat ke belakang, mengatur ulang kembali permainan untuk kemudian berproses ke depan, dan pada akhirnya kita tahu bola itu harus kita masukkan ke gawang lawan.