Musim lalu, Bernardo Silva mendapat penghargaan sebagai pemain terbaik Manchester City. Mungkin, banyak yang setuju jika Bernardo Silva tidak hanya menjadi yang terbaik di Manchester City, namun juga dunia. Atau paling tidak, dia menjadi salah satu pemain paling berpengaruh saat ini.
Dipilihnya Silva sebagai pemain terbaik Manchester City bukanlah kebetulan belaka. Para penggemar tahu, Silva merupakan pemain penuh talenta yang kehadirannya selalu dinantikan oleh penggemar Tim Biru Langit.
Meski begitu, terpilihnya Silva dalam penghargaan tersebut juga memunculkan pertanyaan dalam benak penggemar sepak bola dunia. Pasalnya, ada nama menonjol di bawah mistar seperti Ederson Moraes. Ada juga bek potensial seperti Aymeric Laporte. Yang tak kalah kruasial adalah pemain super cepat bernama Raheem Sterling. Dan tentunya, momok bagi seluruh lawan Manchester City, Sergio ‘Kun’ Aguero.
Ya, semua nama itu memang luar biasa. Tapi, peran krusial Bernardo Silva di tiap laga sangat layak diganjar dengan penghargaan tersebut.
Bernardo Mota Veiga de Carvalho e Silva lahir di Lisbon pada tanggal 10 Agustus 1994. Sejak kecil, Silva sudah menasbihkan diri sebagai pendukung dari Benfica, bukan Sporting Lisbon. Silva yang juga berkeinginan untuk menjadi pemain sepakbola profesional pun akhirnya bergabung dengan akademi Benfica ketika dirinya berusia delapan tahun.
Namun perlu diketahui, jalan Silva untuk menjadi salah satu pemain terbaik di dunia tidaklah mudah. Ia banyak memeras keringat dan menghadapi tantangan dalam dirinya sendiri.
Adalah Joao Tralho, pelatihnya saat di tim muda memahami Silva dengan sangat baik.
“Dia ingin berhenti bermain bola. Dia ingin berhenti mengejar mimpinya”. ungkap Tralho (dikutip dari Sky Sport)
Momen frustasi sempat datang kepada Silva saat ia terus berusaha untuk mengesankan banyak orang, tapi gagal. Ketika berusia sekitar 15 atau 16 tahun, Silva tak mendapat menit bermain di tim Benfica. Diceritakan oleh Tralho, seorang bocah laki-laki yang memiliki banyak mimpi itu hampir terhenti langkah nya karena tak mampu melawan diri sendiri.
Tralho yang menjadi “ayah” bagi Silva dilapangan pun mencari cara agar bocah mungil itu bisa bangkit dan temukan kepercayaan diri.
Menurut Tralho, Silva memiliki potensi dan bakat yang begitu luar biasa. Silva dianggap sebagai pemain yang sangat terampil. Namun, dia tak percaya diri dengan bentuk tubuhnya. Dan ia, tak memiliki mental sekuat anak-anak lainya.
Namun berkat dorongan dari Tralho, Silva akhirnya mulai tumbuh menjadi pemain yang lebih percaya diri. Hingga pemain bertinggi 173 cm itu bertemu dengan legenda sepakbola Benfica, Fernando Chalana. Fernando Chalana sendiri merupakan pemain yang dikenal gesit dan hanya memiliki tinggi tubuh yang tak lebih dari 160 cm.
Kala itu, Chalana berkata pada Silva bahwa ia tidak boleh berkecil hati. Dia juga tidak boleh berputus asa kala tidak mendapat kepercayaan penuh dari pelatih. Percakapan dengan Chalana itulah yang kemudian disebut Silva sebagai titik balik dalam karier profesionalnya.
“Itu mungkin salah satu percakapan terpenting dalam hidupku. Jika tidak ada Chalana, aku tidak tahu seperti apa jadinya karierku”. ungkap Silva (dikutip dari Sky Sport)
Arti penting itu telah menanamkan keyakinan pada Silva. Meski tidak ada perubahan signifikan pada bentuk tubuhnya, Silva telah mengalami perubahan yang jauh lebih penting, yaitu pandangan dan mentalnya.
Setelah temukan keyakinan dan kepercayaan diri, musim 2012/13 menjadi titik di mana nama Bernardo Silva melambung. Setelah berhasil membawa tim junior Benfica menjadi juara, Silva menularkan penampilan permainan impresifnya ke timnas Portugal yang berlaga di ajang Piala Eropa U-19.
Oleh UEFA, namanya pun dimasukan ke dalam daftar ‘10 talenta terbaik yang diwajib untuk diperhatikan’ di sepanjang turnamen.
Setelah berhasil menembus tim utama Benfica, Silva hanya sempat diberikan kesempatan bermain sebanyak dua kali. Debutnya terjadi pada tanggal 19 Oktober 2013, ketika dirinya dimainkan oleh Benfica selama sepuluh menit melawan Cinfaes di ajang Cup of Portugal.
Namun karena tak jeli dalam membaca bakat sang pemain, Silva akhirnya malah dipinang oleh AS Monaco pada musim 2014/15. Di Monaco, Silva bergabung dengan seniornya di timnas Portugal, Joao Moutinho. Moutinho, yang ditunjuk menjadi mentor bagi Silva pun melontarkan pujiannya.
Menurut Moutinho, Silva merupakan pemain dengan talenta luar biasa dan memiliki prospek cerah.
Penampilan yang ditunjukannya di enam bulan pertama pun sudah cukup membuat yakin Monaco untuk mempermanenkan dirinya. Pada 20 Januari 2015, Silva menjadi pemain Monaco seutuhnya setelah dana transfer sekitar 15 juta euro atau setara 236 milliar rupiah yang diminta oleh Benfica mampu disanggupi oleh klub yang bermarkas di Stade Louis.
Silva pun mengakhiri musim pertamanya di Monaco dengan raihan sepuluh gol dan empat asis dari 45 pertandingan di semua kompetisi. Lantas hal inilah yang membuat namanya berhasil terpilih ke dalam skuat Portugal yang akan berlaga di ajang Piala Eropa U-21 Republik Ceko.
Setelah tampil moncer bersama AS Monaco, Silva akhirnya menarik minat tim Inggris, Manchester City.
Bakatnya saat itu sangat diminati oleh Pep Guardiola. Ketika melihat gaya bermain Bernardo Silva, kita pasti akan disuguhi dengan teknik olah bola yang menakjubkan dari dirinya. Silva memang gemar mengiring bola melewati lawan-lawannya, dan ia akan lebih ciamik ketika situasi tersebut berada dalam posisi satu lawan satu. Selain itu, pergerakan tanpa bola, kekuatan kaki kirinya, dan visi bermainnya pun sangat luar biasa.
Posisi gelandang serang menjadi tempat yang difavoritkan oleh Silva. Walau demikian, ia pun cukup fasih untuk bermain di posisi sayap kanan atau sayap kiri. Sebagai seorang Playmaker atau Wide Playmaker, Silva selalu dituntut untuk dapat membuat peluang, dan memanjakan rekan-rekannya. Dan untungnya, Silva selalu dapat menjalankan tugasnya itu dengan baik.
Bergabung dengan Manchester City membuat kemilaunya sebagai bintang lapangan semakin bersinar. Bakatnya terasah tajam dan talentanya tak luntur meski dikelilingi oleh pemain-pemain top lainnya.
Menurut Bull, analis sepakbola di Telegraph, Bernardo Silva merupakan pemain yang memberi daya ledak tersendiri bagi The Citizen. Sebagus apapun taktik yang diterapkan lawan, semua akan berakhir sia-sia karena Bernardo Silva telah disiapkan untuk memberi sesuatu yang lebih.
Pada Februari 2019, Pep Guardiola pernah memuji penampilan Bernado Silva setinggi langit. Kala itu, Silva baru saja membantu City mengalahkan Arsenal 3-1 dalam pertandingan liga. Menurut Pep, mencadangkan Silva adalah sesuatu hal yang sangat mustahil. Bagi pelatih asal Spanyol tersebut, saat ini adalah tentang Bernardo Silva dan 10 pemain Manchester City.
Silva merupakan pemain serba bisa. Pep bahkan tak memahami apa yang membuatnya seperti itu. Di dalam setiap pertandingan, baik saat bermain di area dalam maupun di area luar, Silva bermain begitu sempurna. Caranya mengambil keputusan, caranya dalam bertarung, dan caranya membaca pergerakan secara ofensif maupun defensi begitu hidup. Silva dinilai selalu terlibat dalam segala hal.
Kemudian saat City mengalahkan Spurs pada pertengahan April 2019, dibandingkan pemain-pemain yang terlibat di dalam pertandingan tersebut, Silva hampir unggul dalam segala aspek. Ia menciptakan peluang paling banyak, mengirimkan umpan ke daerah sepertiga akhir paling sering, hingga tak tersaingi menyoal tekel. Dan dari segala upayanya itu, ia mempunyai satu faktor dasar, yaitu Silva senang berlari.
Dari sana, The Times lantas melakukan hitung-hitungan bahwa dalam 27 pertandingan liga dan Liga Champions yang sudah dilaluinya kala itu, Silva ternyata sudah menempuh jarak sejauh 283,9 km. Ia hanya butuh berlari beberapa kilo lagi untuk menyamai jarak Stadion Etihad ke Istana Buckingham.
Dengan kemampuan berlarinya yang seperti itu, dibantu dengan kecerdasan yang ia miliki, Silva lantas sering berada di posisi yang tepat pada waktu yang juga tepat. Baik saat bertahan maupun menyerang, ia mampu menggerakkan roda permainan City hingga sedemikian rupa.
Dan selama ia berada di atas lapangan, usaha lawan untuk memperlambat permainan City pun sering mentah karena ledakan-ledakan pemain asal Portugal tersebut. Untuk semua itu, berkat dorongan moral dari Joao Tralho dan tentunya Fernando Chalana, tak heran jika Bernardo Silva dinobatkan sebagai pemain terbaik Manchester City musim 2018/19.