Dalam sepak bola, pertandingan derbi satu kota selalu menyajikan rivalitas panas, layaknya duel Internazionale versus AC Milan, Boca Juniors lawan River Plate, Glasgow Celtic kontra Glasgow Rangers maupun Atletico melawan Real Madrid.
Laga AS Roma menghadapi Lazio pun juga termasuk Derby paling panas di Italia, eropa bahkan di dunia. Panasnya derby ini bahkan mengalahkan Derby Della Madonina yang mempertemukan AC Milan dan klub sekota Inter Milan.
Salah satu alasan mengapa derby Romawi menjadi sangat menarik adalah murni faktor geografis. ‘Tiga besar’ sepakbola Italia : Internazionale, Juventus, dan AC Milan-terkonsentrasi di Italia bagian utara, jadi logika menyatakan bahwa wilayah Selatan harus memberikan keseimbangan. Roma merupakan kota terbesar di Italia, dan tentu saja ibukotanya, sehingga tak salah untuk menjadi pesaing klub-klub di utara Italia.
Derbi berfungsi sebagai penentu de facto siapakah yang berhak menjadi terbaik di kawasan Roma. Sudah menjadi hal lazim di italia, sistem regionalisme yang diterapkan membuat orang Italia lebih bangga menyebut regionnya ketimbang mengaku sebagai bangsa italia itu sendiri.
“Italia bukanlah negara bersatu seperti Amerika Serikat. Orang di sini lebih menganggap diri mereka sebagai Roman, atau Tuscan atau Sisilia dibanding menganggap diri mereka sebagai Italia,” jelas Franco Spicciariello seorang penulis olahraga ternama di Kota Roma.
Karenanya fans melihat derbi sebagai pertempuran antara dua klub yang berjuang untuk mendapatkan hak mewakili kota ke seluruh negeri, berjuang untuk menunjukan karakter tim yang lebih Romawi.
Derby roma adalah konfrontasi diberbagai aspek. Perlawanan kaum proletar yang menjadi basis massa fans AS Roma melawan kaum borjuis yang jadi identitas fans Lazio. Untuk soal politik, penggemar Lazio berafiliasi pada politik sayap kanan, sedangkan fans Roma didominasi politik berhaluan sayap kiri.
Rivalitas antara Lazio dan AS Roma memang telah terpupuk sejak berpuluh-puluh tahun silam. Bahkan rivalitas keduanya kadang membuat kedua suporternya melakukan hal-hal yang tak masuk akal.
Derbi di ibukota Italia ini terkenal dengan sebutan Derby Della Capitale. Sejauh ini,Derby ini telah melangsungkan 189 pertandingan di semua kompetisi. Di mana AS Roma masih unggul dalam duel keseluruhan: 71 kali menang berbanding  53 kemenangan untuk Lazio, dan 64 laga berakhir imbang.
Awal dari persaingan kedua tim dimulai pada tahun 1927 ketika Jenderal dan penggemar Lazio, Giorgio Vaccaro, mempengaruhi diktator Fasis, Benito Mussolini, untuk mengecualikan Lazio dari penggabungan tiga tim yang akhirnya akan menjadi kesebelasan AS Roma.Â
Ya, AS Roma adalah tim impian Benito Musollini. Namun, dan mungkin syukurlah, Vaccaro mencegah Mussolini dari penggabungan Lazio. Dengan demikian, kesenjangan yang kemudian terjadi antara kedua klub dibuat bahkan sebelum pertandingan dimainkan.
Berdasarkan sejarahnya, S.S Lazio terlebih dahulu lahir ke muka bumi pada 9 januari 1900 di distrik Prati kota Roma dan telah mengklaim sebagai tim yang telah membawa sepak bola ke ibukota serta menganggap menjadi kesebelasan asli kota Roma.Â
Sedangkan, AS Roma baru didirikan pada 1927 yang merupakan penggabungan tiga tim Romawi yaitu Roman FC, Alba Audace dan Fortitudo. Alasan dari merger ketiga klub tersebut adalah untuk membentuk sebuah klub sepak bola yang kuat guna menjadi rival dari kesebelasan yang saat itu berkuasa seperti Juve, Bologna, Genoa dan Torino.
Namun dari merger tersebut, seperti yang telah disinggung diawal, ada satu klub di kota Roma yang tidak ikut bergabung, yaitu Lazio karena suatu intervensi dari Jenderal Vaccaro. Penolakan Lazio untuk bergabung menjadi tanda awal kebencian abadi kedua klub tersebut.
Lazio yang menolak bergabung sehingga menjadi klub sepakbola paling tua di kota Roma, mereka mengklaim sebagai roman sejati karena berdiri pada 1900 dan merger baru dilakukan 27 tahun kemudian. Sementara pendukung AS Roma tetap dalam pendiriannya menganggap Lazio bukanlah klub sepakbola asil dari Kota Roma karena rivalnya itu sejatinya berasal dari luar kota tersebut.
Anggapan itu bisa tercermin melalui bagian terbesar pendukung Lazio adalah pendatang dari kawasan utara di daerah Parioli, Prati, Flaminio, Cassia dan Monte Mario yang cukup jauh melengkungi Kota Roma. Maka dari itu pendukung Roma sering menyinggung pendukung Lazio adalah penduduk pinggiran kota yang borjuis.
Derby della Capitale pertama dimainkan pada 8 Desember 1929 dengan hasil 1-0 untuk AS Roma di Lapangan Rondinella kawasan Pariole yang merupakan kandang Lazio pada waktu itu. Lapangan Rondinella dipakai karena Lazio didirikan di daerah Rione Prati.
Sementara AS Roma bermain di Motovelodromo Appio dan lalu pindah ke Rione. Kemudian Lazio baru berhasil memenangkan derby pertamanya pada tanggal 23 Oktober 1932 dengan skor 3-0.
Tensi Derby della Capitale semakin panas setelah AS Roma dan Lazio menempati markas yang sama di Stadion Olimpico sejak tahun 1953. Jatah pendukung Lazio ditempatkan di tribun utara dan Roma di tribun selatan. Derby pertama di Stadion Olimpico berakhir imbang 1-1.
Carlo Galli menyumbang gol untuk AS Roma dan Pasquele Vivolo menjadi pencetak skor bagi Lazio. Seiring dengan waktu, kebencian menjadi sesuatu hal yang mesti dilestarikan oleh kedua kubu.
Dalam perjalanannya, Derby ini tidak hanya menyajikan pertarungan di dalam namun juga diluar lapangan. Pada tahun 1979, penggemar Lazio Vincenzo Paparelli dipukul matanya dan meninggal setelah dilempar sebuah petasan yang dilakukan oleh penggemar AS Roma dari ujung stadion, hal itu menjadi kematian pertama di sepakbola Italia karena kekerasan.
Di Derby della Capitale tahun 1998, penggemar Lazio menggantung spanduk ukuran 50 meter bertuliskan, “Auschwitz adalah kota Anda, oven adalah rumah Anda.”
Pada 17 Desember 2000, pemain Lazio Paolo Negro mencetak gol bunuh diri dalam kemenangan 1-0 untuk AS Roma. Roma akhirnya melanjutkan perjalanan dengan meraih scudetto musim itu, saat Lazio menyelesaikan musim di tempat ketiga. Setelah kejadian itu, Negro terus diejek oleh penggemar AS Roma.
Pada tahun 2004, sebuah derby harus dihentikan setelah pertandingan berlangsung lima menit karena spekulasi bahwa ada seorang Bocah dibunuh oleh polisi di luar stadion.
Setelah diselidiki, kematian bocah itu ternyata hanya sebatas rumor, karena faktanya seorang bocah lelaki itu hanya ditempatkan di bawah terpal untuk membantu meringankan serangan kecemasan. Dalam laga itu juga terjadi Kerusuhan yang menyebabkan lebih dari 150 orang terluka.
Kebencian Lazio terhadap AS Roma tidak memandang peringkat di klasemen, Misalnya saja seperti yang terjadi di tahun 2010. Ketika itu sekelompok tifosi Lazio meminta timnya agar mengalah kepada Inter Milan.
Hal itu dilakukan untuk menggagalkan AS Roma meraih scudetto yang saat itu tengah bersaing bersama Inter Milan di papan atas. Padahal ketika itu posisi Lazio amat rawan terjerembab ke Serie B.
Poin yang didapat Lazio ketika itu hanya terpaut 4 poin dengan zona degradasi. Selama pertandingan, tifosi Lazio bahkan sampai membentangkan spanduk yang berisi ancaman jika klubnya sampai mengalahkan Inter Milan. Hal yang membuat pelatih Inter Milan ketika itu, Jose Mourinho sampai geleng-geleng kepala.
Dalam bentuk rekor, kemenangan terbesar AS Roma atas Lazio tercatat pada musim 1933/34 dengan skor 5-0. Sedangkan kemenangan dengan selisih terbesar Lazio atas Roma adalah 3-0 yang terjadi pada musim 2006/07.
Sementara, Francesco Totti adalah pemain yang paling banyak bermain di Derby della Capitale dengan torehan 44 kali penampilan. Sementara di kubu Lazio, Giuseppe Wilson merupakan pemain yang sering tampil menghadapi Roma, yakni 23 kali.
Francesco Totti juga menjadi pencetak gol terbanyak di derby, dengan 11 gol. Sementara, Pencetak gol terbaik untuk Lazio adalah Silvio Piola dengan 7 gol.
Di sisi lain, Vincenzo Montella memegang rekor sebagai gol terbanyak yang dicetak dalam derby tunggal; pada 11 Maret 2002, Montella mencetak empat gol dalam kemenangan 5-1 Roma.
Beberapa pemain punpernah membela AS Roma dan Lazio, diantaranya adalah Arne Selmosson, Sinisa Mihajlovic, Angelo Peruzzi, dan Alexander Kolarov. Khusus untuk Selmosson dan Kolarov merupakan satu-satunya dua pemain yang mencetak gol dalam derby untuk kedua tim.
Pertandingan yang mempertemukan AS Roma dengan Lazio merupakan salah satu laga yang paling ditunggu di dunia. Pasalnya, laga itu selalu menghadirkan pertandingan menarik dengan tempo yang cepat dan juga keras.
Tak jarang duel ini berakhir dengan banyak gol. Situs Football Derbies menempatkan Derby della Capitale sebagai pertandingan paling panas di Italia sehingga tidak pernah kekurangan drama dalam setiap pertemuannya.