Arturo Erasmo Vidal Pardo lahir pada tanggal 22 juni 1987 di Santiago, Chile. Vidal merupakan anak kedua dari pasangan Erasmo Vidal dan Jacqueline Pardo.
Arturo Vidal berasal dari keluarga miskin, Ibunya hanyalah pekerja rumah tangga sedangkan ayahnya lebih sering menonjolkan sifat buruknya yakni sebagai pengedar dan pengonsumsi narkoba, sang ayah bahkan pernah mendekam di penjara.
Vidal di besarkan di San Joaquin, daerah kelas pekerja di Santiago. Ia mempunyai kakak perempuan bernama Vidmbar Vidal. Masa kecil Vidal tergolong sulit, ia tak bisa jauh dari yang namanya kemiskinan Saat itu, Vidal akan melakukan segala upaya agar dirinya memperoleh uang.
Pada usia 9 tahun, Vidal pernah membolos sekolah, ia mengambil sepedanya lalu mengayuhnya hingga jarak 6 mil ke arena pertunjukan pacuan kuda di Santiago. Di tempat itulah, Vidal akan mendapatkan pundi-pundi receh demi receh.
Di tempat tersebut, Vidal menjadi tukang pemberi makan kuda. Ia juga berkeinginan untuk mempunyai sebuah kuda agar bisa mengikuti kompetisi. Namun,Vidal sadar, bahwa orang tuanya tidak punya banyak uang untuk membeli kuda apalagi mengikuti lomba balap kuda.
Vidal lalu mengarahkan pikirannya pada banyak pilihan yang bisa membuat ia dan keluarganya keluar dari kemiskinan. Pilihannya saat itu adalah dengan bermain sepak bola. Ketertarikan Vidal terhadap si kulit bundar datang ketika ia termotivasi oleh dua pesepak bola terbaik Chile saat itu, Marcelo Salas dan Ivan Zamorano.
Ketika berumur 10 tahun, selayaknya anak-anak seusianya di Santiago,Vidal kecil pun hobi bermain sepak bola. Rodelindo Roman adalah klub tempat Vidal kecil banyak menghabiskan waktu bermain sepakbola saat itu.
Kehidupannya pun mulai sedikit berubah setelah bakatnya dalam bermain sepakbola disadari oleh pamannya sendiri. Berkat pamannya lah Vidal mulai bermain sepakbola di tempat yang lebih baik, yaitu Colo-Colo.
Debut profesionalnya akhirnya terjadi dalam pertandingan leg pertama final apertura tournament 2006 melawan rival sengit, Universidad De Chile. Vidal masuk sebagai pengganti dan membantu timnya menang 2-1 serta memenangkan kejuaraan.
Pada musim berikutnya, Vidal menjadi salah satu pemain terpenting di skuadnya. Pada akhirnya, dari Colo-Colo-lah, bakatnya mulai dikenali oleh dunia.
Apalagi Vidal juga bermain di ajang Piala Dunia U-20 bersama dengan timnas Chile pada 2007. Masa-masa sulit yang ia alami ketika kecil membuat Vidal tumbuh menjadi pesepakbola dengan mental yang kuat. Penampilan apiknya, membuat klub-klub eropa tertarik merekrutnya.
Klub Jerman, Bayer Leverkusen adalah salah satu peminat serius Arturo Vidal. Permainan Vidal yang meyakinkan di kejuaraan Piala Amerika Selatan U-20 2007 dan keberhasilan membawa Chile berkompetisi di Piala Dunia U-20 berhasil meyakinkan pihak Leverkusen untuk memboyongnya dari Colo-Colo.
Akhirnya pada musim panas 2007, Vidal pindah ke Bayer Leverkusen dengan nilai transfer 11 juta Dolar. Vidal yang saat itu berusia 20 tahun memecahkan rekor transfer liga Chile yang sebelumnya dipegang oleh MatÃas Fernández kala pindah ke Villarreal dengan nilai 9 juta Dolar.
Sempat melewatkan awal musim karena cedera, Vidal langsung berhasil menembus tim utama dan menjalani debutnya pada 19 Agustus 2007. Vidal berperan penting untuk timnya dalam menjalani kompetisi Piala Jerman karena Leverkusen berhasil menembus final meskipun akhirnya kalah dari Werder Bremen.
Di Bayer Leverkusen, Vidal menjelma menjadi pusat kendali lini tengah yang memotori serangan dan juga menyeimbangkan pertahanan. Teknik bermainnya yang sangat baik dilengkapi dengan kecepatan, kekuatan, dan keakuratan umpan mampu membawa Leverkusen bercokol di posisi runner-up pada musim terakhirnya, 2010/11.
Sempat dikaitkan dengan klub-klub besar Eropa seperti Arsenal, Atletico Madrid, Barcelona dan juga rival Jerman, Bayer Munchen, Vidal akhirnya bergabung ke klub Italia, Juventus dengan biaya 10.5 juta Euro atau sekitar Rp 165 miliar dan 5 tahun masa kontrak.
Level permainannya semakin meningkat sejak bergabung dengan Juventus. Stamina dalam meng-cover lapangan, tekel-tekel keras, serta ketahanan fisiknya membuat ia mendapat julukan Guerriero (The Warrior) dari media Italia. Debut pertamanya dengan Juventus juga diwarnai dengan gol pertamanya ke gawang Parma.
Dianggap akan bersaing ketat untuk posisi gelandang dengan Claudio Marchisio dan Andrea Pirlo, Vidal ternyata dimainkan dan terbukti berhasil membentuk kerjasama lini tengah yang baik dengan kedua rekannya tersebut. Dengan trio gelandang tersebut, Juventus mengakhiri musim 2011/12 dengan Scudetto dan rekor tak terkalahkan di Liga.
Berhasil membawa Si nyonya tua mempertahankan titel Scudetto di musim keduanya membuat namanya dipilih untuk meraih ‘Player of the Year’ oleh member juventus.com.
Pada november 2013, Vidal mencetak hattrick di Liga Champions kala melawan FC København dan menjadikannya pemain kedua dalam sejarah Juventus yang berhasil mencetak hattrick di ajang tersebut setelah Filippo Inzaghi.
Di musim keempatnya bersama Juve, di bawah manajer Massimiliano Allegri, Vidal mulai memainkan peran yang lebih maju; di samping perannya sebagai box to box dalam formasi 3–5–2 atau 4–3–3, Vidal juga dikerahkan sebagai gelandang serang guna mendukung para striker dalam formasi 4–3–1–2 dan kadang-kadang sebagai gelandang sayap dalam formasi 4-4–2.
Pada 15 Juli 2015, Vidal masuk dalam daftar sepuluh pemain untuk Penghargaan Pemain Terbaik UEFA 2015. Lalu pada 12 Agustus, diumumkan bahwa ia berada di posisi kedelapan dalam Penghargaan Pemain Terbaik UEFA 2015.
Di bulan yang sama, Vidal kembali ke Bundesliga,ia bergabung dengan Bayern Munchen dengan kontrak empat tahun dengan biaya 37 juta euro plus bonus hingga 3 juta euro.
Perlu diketahui, kepindahan Vidal ke Bayern Munchen terjadi bukan karena ia tak lagi mencintai Juventus. Vidal ke Bayern Munchen untuk memenuhi ambisinya meraih trofi Liga Champions yang nyaris Juventus gapai pada musim sebelumnya.
Vidal lalu melakukan debutnya untuk Bayern pada ajang piala super Jerman 2015 melawan VfL Wolfsburg. Pertandingan tersebut berakhir dengan hasil imbang 1–1; Bayern kalah dalam adu penalti di mana Vidal mencetak gol.
Kemudian Vidal mencetak gol pertamanya untuk FC Bayern dari titik penalti saat melawan FC Nöttingen dalam ajang DFB-Pokal. Musim perdananya bersama FC Hollywood di lalui dengan 7 gol dari 47 penampilan. Di tahun 2016, ia dinobatkan sebagai pemain terbaik Chile.
Pada 8 Maret 2017, Vidal mencetak dua gol dalam kemenangan tandang 5-1 atas Arsenal di leg kedua babak enam belas besar Liga Champions. Pada 26 Oktober 2017, Vidal tampil ke-100 untuk Fc Bayern dalam laga kontra RB Leipzig di babak kedua DFB-Pokal.
Ia menderita cedera lutut saat sesi latihan pada 14 April 2018 yang membuatnya absen hingga akhir musim. Vidal menjalani operasi arthroscopic dan diharapkan kembali untuk pramusim Bundesliga 2018/19.
Meski demikian, Setelah menikmati tiga musim bersama FC Bayern dengan membukukan 22 gol dari 123 penampilan serta menghadirkan tiga trofi Bundesliga, dua gelar DFB Pokal dan satu gelar Piala super jerman.
Pada musim 2018/19 Vidal hijrah ke Barcelona dan menandatangani kontrak selama tiga tahun. Vidal di mainkan sebagai pilihan utama di musim perdananya. Di musim tersebut ia tampil 53 kali dan membantu Barca meraih gelar La Liga.
Dalam kehidupan pribadinya, Vidal menikah dengan Maria Teresa Matus, wanita yang sempat ia pacari sejak tahun 2008. Maria merupakan istri yang setia, dirinya kerap terlihat hadir di stadion mendukung Vidal bermain. Hubungan mereka telah dikaruniai dua orang anak yang diberi nama Alonso Vidal dan Ellisabeta.
Vidal juga mewakili Timnas Chile di ajang internasional. Debut tim seniornya ia mulai pada 7 Februari 2007 saat melawan Venezuela. Vidal juga masuk dalam skuat Chili yang berlaga di Piala Dunia 2010 Afrika Selatan. Pemain bertinggi 180 cm ini bermain 11 kali dan mencetak 5 gol saat membawa Chile lolos dari kualifikasi Piala Dunia 2014 Brasil.
Pada tahun 2015, Vidal membawa Chile menjuarai Copa America setelah mengalahkan Argentina di partai final dan di laga itu ia terpilih sebagai man of the match. Dalam turnamen yang berlangsung di negara sendiri tersebut nama Arturo Vidal masuk ke best eleven.
Meski begitu, saat perhelatan Copa America 2015, Vidal sempat alami kecelakaan karena mengendarai mobil sambil mabuk. Sampai-sampai ia diberi larangan mengemudi selama dua tahun, namun ia diizinkan untuk terus bermain di Copa América tahun tersebut.
Setahun kemudian ia berhasil mempertahankan gelar juara copa America bersama Chile,lagi-lagi mengalahkan tim tango di final. Sejauh ini, Vidal telah mengoleksi lebih dari 100 caps dan mencetak 28 gol untuk timnas, dirinya juga pernah bermain di piala dunia 2014.
Sama halnya seperti pesepak bola kebanyakan, Vidal juga tak lepas dari Tatto yang menghiasi tubuhnya, ia mempunyai tatto di tangan, lengan, leher dan punggung. Bahkan ia mempunyai tato bergambar kuda di perutnya.
Gelandang berambut mohawk ini mendapat julukan Raja Arturo, selain itu dirinya juga di juluki “Prajurit”.
Gaya permainan serta gaya penampilan Arturo Vidal sangat dihormati di negaranya, bahkan ia dijadikan Role model oleh para remaja di Chile. Bukti dari dijadikannya Vidal sebagai role model di Chile pun sudah mulai tampak. Di Rodelindo, hampir kebanyakan remaja meniru gaya main Vidal yang spartan.
Bahkan gaya rambut mohawk Vidal pun sudah mulai banyak ditiru oleh remaja-remaja, tidak hanya di Rodelindo, bahkan di seluruh Chile. Hal ini pun menjadi sebuah kebanggaan tersendiri, sampai-sampai ia disebut sebagai seorang pahlawan lokal oleh sesepuh di tempat tinggalnya semasa kecil, Maria Teresa Lizama.
Hal-hal positif lain dari Vidal tampak juga dari kegiatannya saat jeda kompetisi. Walau sudah menjadi pemain kenamaan di Eropa, Vidal adalah orang yang tidak melupakan tempatnya berasal.
Ketika masa libur kompetisi, ia selalu menyempatkan diri mengunjungi keluarganya yang berada di Chile. Sosok ibu yang menjadi pelindungnya, Jacqueline Pardo, adalah sosok yang kerap ia kunjungi dan ia kenang sebagai sosok yang membantunya melewati masa-masa sulit ketika kecil dulu.
Selain mengunjungi rumahnya, ia juga kerap mengunjungi Rodelindo Roman, klub masa kecilnya. Di sana ia kadang-kadang membantu melatih para remaja, atau kadang ia juga kerap ikut mendukung tiap kali Rodelindo bertanding. Bercengkrama dengan para remaja adalah kegiatan yang acap juga ia lakukan saat berkunjung ke Rodelindo.
Atas jasa-jasanya kepada Rodelindo, pihak klub pun memajang sebuah foto Vidal yang mengenakan jersey Colo-Colo di kantor klub. Di bawah foto tersebut, terselip sebuah kata-kata yang isinya begini, “Untuk Rodelindo, klub yang aku cintai dan klub tempat aku berkembang,”. Foto tersebut menyambut orang-orang yang datang berkunjung ke Rodelindo.
Arturo Vidal akan tercatat sebagai salah satu gelandang terbaik dunia yang berasal dari Chile.