Iker Casillas Fernandez lahir pada 20 Mei 1981 di Mostoles, Spanyol. Ia lahir dari pasangan Maria del Carmen dan Jose Luis Casillas. Ibunya bekerja sebagai seorang penata rambut, sementara sang ayah berprofesi sebagai seorang guru.
Casillas tumbuh di keluarga menengah keatas. Jose, sang ayah, menjadi figur yang sangat dekat dengan Casillas. Ia selalu menemani Casillas bermain bola dan memasukkannya kedalam akademi sepak bola.
Tak kalah dengan sang ayah, ibu Casillas juga sangat memperhatikan perkembangan sang anak. Ia selalu memberikan nasihat kepada Casillas ketika akan memutuskan sesuatu.
Dalam keluarganya, Casillas tidak sendiri. Ia punya saudara laki-laki bernama Unai Casillas.
Casillas merupakan sosok yang mencintai keluarga. Ia selalu menyempatkan waktu untuk berkumpul dengan keluarga disela-sela kesibukannya. Oleh karena itu, ia mendapat dukungan penuh dari keluarganya ketika pertama kali terjun kedalam dunia sepakbola.
Meski memiliki orang tua penggemar Athletic Bilbao, Casillas memutuskan pilihannya untuk bergabung dengan akademi Madrid pada 1990 silam. Namun sebelum dengan akademi Madrid, Casillas tergabung dengan klub sekolahnya terlebih dulu.
Barulah pada rentang usia 9 hingga 10, ia mulai berseragam Los Blancos.
Pada 27 November 1997, di usianya yang menginjak 16 tahun, Casillas pertama kali dipanggil ke tim senior untuk menghadapi Rosenborg di Liga Champions Eropa. Namun begitu, Casillas masih menghabiskan waktu dengan duduk di bangku cadangan.
Dalam pertandingan penyisihan grup Liga Champions 1999/00, Casillas tampil dengan tim senior Madrid. Dilaga melawan Olympiakos pada 15 September 1999, ia menjadi penjaga gawang termuda yang tampil dalam kompetisi saat itu. Tercatat, Casillas baru berusia 18 tahun 177 hari.
Meski menjadi penjaga gawang termuda dan sempat menjadi andalan, Casillas harus rela kehilangan tempat karena penampilan buruk pada musim 2001/02.
Namun hal tersebut tidak menghalanginya untuk tampil di final Liga Champions tahun 2002 melawan Bayer Leverkusen. Madrid menang 2-1 dan Casillas turut menjadi bagian el Real yang merajai Eropa.
Untuk musim-musim selanjutnya, terutama pada 2007/08, Casillas tampil begitu brilian dan berhasil menyumbangkan trofi La Liga untuk Real Madrid. Dalam musim tersebut, Casillas hanya kebobolan 32 gol dalam 36 pertandingan.
Pada tahun 2008, karena dianggap sangat berjasa bagi klub, Casillas mendapat kontrak jangka panjang. Ia menandatangani kontrak yang memungkinannya stay di ibukota sampai 2017.
Pada bulan Februari 2009, Casillas menyamai rekor 454 pertandingan Paco Buyo sebagai penjaga gawang dengan penampil terbanyak.
Karena kehebatan dan prestasi yang ditorehkan, Casillas sempat mendapat gangguan dari duo Manchester, yakni Manchester United dan Mancheser City. Namun Casillas mengatakan kalau ia tidak akan pernah meninggalkan klub masa kecilnya.
Casillas memang tampil luar biasa sepanjang musim. Bersama Real Madrid, ia kerap melakukan penyelamatan-penyelamatan tak terduga. Bahkan, ia sempat mendapat pujian dari kiper legendaris Inggris, Gordon Banks, yang menyebut kalau dirinya memiliki reflek yang begitu luar biasa.
Pada periode 2010-2015, masa Casillas di Madrid mulai mendapat cobaan. Ia tak jarang mendapat kritik dan penampilannya mulai tak konsisten. Apalagi saat Madrid kedatangan pelatih baru, Jose Mourinho.
Meski Casillas menjabat sebagai kapten menyusul kepergian Raul, ia tak terlalu mendapat respek dari sang manajer. Pada periode itu, Casillas telah memainkan pertandingan ke 600 nya. Namun ia tak jarang mendapat kritik, baik dari suporter maupun pelatihnya sendiri.
Konflik antara Mou dan Casillas sebenarnya sudah tercium. Casillas beberapa kali menjadi cadangan dan Mou memilih untuk memainkan penjaga gawang lain.
Saat itu, Casillas sampai mengatakan kalau ia sempat tidak berbicara sama sekali kepada Jose Mourinho. Namun keduanya memutuskan kembali berbicara setelah Madrid melalui beberapa fase buruk.
Casillas sempat membuat Mou kesal karena dirinya terbukti melakukan pembicaraan dengan Xavi Hernandez dan Carlos Puyol usai pertandingan yang terjadi antara Barcelona dan Real Madrid. Saat itu Casillas meminta kedua temanya tersebut untuk mengurangi ketegangan demi sepakbola Spanyol.
Ya, Casillas melakukan hal itu karena ia menganggap kalau Mou telah menciptakan perpecahan diantara para pemain Spanyol. Namun disisi lain, dengan berbicaranya Casillas dan Puyol membuktikan bahwa ia baru saja kecolongan. Mou marah dan mengkritik habis-habisan Casillas saat itu.
Casillas yang tak terlalu mempermasalhkan hal itupun lebih memilih untuk membuktikan diri lewat prestasi. Benar saja, ia berhasil membawa Real Madrid menjuarai Liga Champions dan mematahkan anggapan Mou bahwa dirinya sudah habis.
Saat itu, Real Madrid berhasil menjadi jawara Eropa berkat tangan dingin Carlo Ancelotti. Casillas yang menjadi kapten dengan bangga mengangkat trofi Si Kuping Besar.
Setelah memenangkan Liga Champions, musim 2014/15 Casillas kembali menjadi penjaga gawang utama klub, meski ada persaingan dari pendatang baru, Keylor Navas.
Namun waktunya memang telah usai. Lewat perpisahan yang amat sederhana, Casillas hanya berpidato di depan para pers dengan menitikan air mata. Masa-masa indahnya bersama Real Madrid telah usai, dan kiper tangguh inipun memilih untuk bergabung dengan FC Porto.
Perpisahan Casillas dengan klub saat itu banyak mendapat kritik, tak terkecuali dari Xavi Hernandez. Xavi menyebut kalau Real Madrid sama sekali tidak tahu cara berterima kasih kepada legenda.
Bersama Porto sendiri, Casillas memainkan peran yang cukup vital. Ia tampil konsisten dibawah mistar hingga tepat pada 14 Maret 2017, Casillas membuat penampilan ke 175 nya di kompetisi Liga Champions Eropa.
Tak sampai disitu, pada 13 September 2018, Casillas menyamai rekor Ryan Giggs yang telah bermain dalam 19 kampanye Liga Champions Eropa secara berturut-turut.
Namun musim bersama Porto tidak terlalu berjalan mulus, sekitar Mei 2019 lalu, Casillas harus dilarikan ke rumah sakit karena mengalami serangan jantung ketika tengah berlatih bersama klubnya.
Casillas sendiri pada awalnya menjalani sesi latihan bersama Porto dengan kondisi normal-normal saja. Akan tetapi situasi berubah pada pertengahan latihan, Casillas tiba-tiba mengeluhkan rasa sakit pada bagian dadanya. Pihak Porto yang tidak ingin mengambil risiko langsung melarikan Casillas ke rumah sakit terdekat untuk mengalami perawatan lebih lanjut. Beruntungnya, kondisi Casillas berangsur-angsur membaik.
Selain menjadi legenda di level klub, penampilan Casillas di level Internasional juga sangat layak mendapat tepukan meriah. Ia menjadi bagian dari generasi emas Spanyol yang berhasil memenangkan dua trofi Piala Eropa dan satu trofi Piala Dunia.
Hingga saat ini, ia masih berstatus sebagai pemain FC Porto. Di usianya yang sudah menginjak 38 tahun, mungkin tak lama lagi kita akan mendengar kabar pensiunnya sang kiper legendaris.