Moise Bioty Kean lahir pada 28 Februari 2000. Ia lahir dari pasangan Isabelle dan Biorou Jean. Kean lahir di Vercelli, Italia. Meski terlahir di Italia, Kean merupakan anak keturunan Afrika. Diketahui, kedua orang tuanya berasal dari Pantai Gading.
Namun malang menimpa, kedua orangtuanya bercerai saat usianya masih empat tahun. Besar dari keluarga tak utuh nan sederhana, Moise Kean nyatanya menjadi sebuah keajaiban. Kean merupakan anak yang paling dinanti oleh keluarga, terutama sang ibu, Isabelle.
Bagaimana tidak, Isabelle sempat didiagnosis tak bisa hamil lagi oleh seorang dokter. Tak putus asa, Isabelle yang pernah bekerja di sebuah fasilitas perawatan melakukan berbagai usaha, hingga akhirnya Tuhan memberikannya seorang anak kedua, dan lahirlah Moise Kean.
Hal itu pula yang menjadi alasan Isabelle memberi nama sang putra Moise, atau dalam bahasa Italia bernama Musa ditulis dengan Mose. Isabelle juga mengaku bahwa sebelum mengandung Moise Kean, ia sempat didatangi Nabi Musa dalam mimpinya. Kemudian ia mengatakan bahwa kedatangan Musa dalam mimpi itu membuatnya hamil empat bulan kemudian dan mengandung Moise Kean.
Kean tidak tinggal sendiri, ia memiliki kakak yang lebih tua darinya bernama Giovanni. Kean sudah mengalami kesulitan ekonomi sejak kecil. Ibunya sering bekerja hingga malam demi memenuhi kebutuhan anak-anaknya.
Sejak kecil Kean sudah sangat mencintai sepakbola. Ia begitu menyukai Inter Milan dan terinspirasi oleh sosok Obafemi Martins. Ia pun kerap merengek pada ibunya untuk membelikan kaos Inter Milan.
Kegigihan Kean dalam berlatih bola akhirnya membuahkan hasil. Ia mengundang perhatian dari Renato Biasi, yang memasukannya kedalam akademi muda Asti sebelum akhirnya bergabung dengan Torino.
Tiga tahun membela el Toro ternyata membuat Kean bisa lolos ke akademi Juventus. Tepat pada 2010, ia bergabung dengan tim berjuluk Si Nyonya Tua.
Dengan kesabaran dan ketekunan, Moise Kean akhirnya mampu lolos ke tim utama setelah enam tahun berlalu. Saat itu, Kean merasa bahagia dan tidak percaya bisa bermain untuk tim sekelas Juventus.
Meski Kean kecil adalah seorang penggemar Inter, ia tidak memungkiri jika saat ini Juve masih menjadi kekuatan terbesar di persepakbolaan Italia.
Selain itu, saat pertama kali mainkan debut dengan tim senior Juve, Kean langsung meminta sang ibu untuk tidak bekerja lagi. Ia paham betul bahwa pengorbanan ibunya sudah besar dan saatnya untuk dibalas.
Sebelum masuk ke tim utama Juventus, pada 2015 Kean lebih dulu masuk ke timnas level U-15. Lalu, di level U-17, Kean juga mengikuti kejuaraan Eropa U-17.
Kean sendiri membuat debut profesional untuk Juventus pada 19 November 2016, pada usia 16 tahun, 8 bulan 23 hari. Ia masuk di menit ke-84 untuk menggantikan Mario Mandzukic dalam kemenangan 3-0 atas Pescara di Serie A.
Setelah itu, Kean menjadi debutan termuda klub dan pemain pertama yang lahir pada tahun 2000-an untuk bersaing di salah satu dari empat liga top Eropa. Tak sampai disitu, pada 22 November ditahun yang sama, Kean menjadi pemain pertama yang lahir pada 2000-an untuk tampil dalam pertandingan Liga Champions pada pertandingan melawan Sevilla.
Pada 31 Agustus 2017, setelah memperpanjang kontraknya di Juventus hingga 30 Juni 2020, Kean dipinjamkan ke Hellas Verona dengan kontrak satu tahun. Pada tanggal 10 September, ia melakukan debut untuk Verona di Serie A sebagai pengganti, dengan menggantikan Alex Ferrari pada menit ke-46 dalam kekalahan 5-0 di kandang melawan Fiorentina.
Total, Kean melakukan 20 penampilan kompetitif dan mencetak empat gol pada masa peminjamannya di Verona.
Hingga tepat pada musim 2018/19, Kean kembali ke Juventus. Di musim tersebut sekitar April 2019, Kean mencetak gol kedua dalam kemenangan tandang 2-0 melawan Cagliari. Namun meski mencetak gol, Kean malah mendapat seruan rasisme dari para penggemar tim lawan.
Sepanjang laga, Kean dan rekan setimnya, Blaise Matuidi, mendengar teriakan yang menyerupai suara monyet. Di menit ke-85, teriakan tersebut tiba-tiba senyap setelah Kean mencetak gol terakhir di laga tersebut.
Penyerang berusia 19 tahun itu menuai perhatian setelah melakukan selebrasi sesaat setelah menceploskan bola ke gawang lawan. Kean berlari menuju pendukung lawan dan berdiri terpaku sambil merentangkan tangan di depan mereka.
Mengetahui isi stadion semakin riuh, salah satu pemain Cagliari, Luca Ceppitelli, bergerak cepat menuju kerumunan pendukung timnya dan meminta menghentikan teriakan-teriakan ofensif.
Blaise Matuidi yang merasa turut menjadi korban, sempat mengarah ke pelatih Juventus, Massimilano Allegri, untuk meminta rekan-rekannya meninggalkan lapangan. Sementara wasit pertandingan, Piero Giacomelli, memutuskan untuk melanjutkan pertandingan, meski diprotes oleh kapten Juventus, Giorgio Chiellini.
Insiden itu terjadi delapan hari setelah pemain Inggris mengalami hal serupa pada kualifikasi Euro 2020 saat melawan Montenegro.
Permasalahan rasis di Italia memang terus menuai kecaman. Para supporter tak kapok meski hukuman telah menunggu.
Pada 2018/19, Kean menandai gol keenamnya secara berturut-turut dalam banyak pertandingan untuk klub dan negara.
Meski tampil sebagai pemain muda produktif, Kean tidak mendapat tempat di Juventus. Ia pun dilego ke Everton pada 4 Agustus 2019 dan menandatangani kontrak selama lima tahun.
Kean sekarang bangga dengan kariernya. Ia bisa membantu ibunya dan akan selalu mengingat pesan dari wanita paling dicintainya itu, yakni selalu mendengar apa kata pelatih dan menerima nasihat dari rekan setimnya.