Nicolo Zaniolo lahir pada 2 juli 1999. Zaniolo merupakan anak pertama dari pasangan Igor Zaniolo dan Francesca Costa. Keluarga Zaniolo berasal dari etnis Italia Liguira yang berbatasan dengan wilayah pesisir laut utara Italia, nama ibukotanya adalah Genoa.
Zaniolo berasal dari keluarga kelas menengah, dirinya juga dilahirkan dari keluarga sepakbola karena sang ayah, Igor merupakan mantan penyerang Italia. Igor bermain di klub Spice Soccer pada 1999 saat kelahiran putranya, dia berperan penting dalam membantu klub promosi dari seri C2 ke seri C1.
Memiliki orang tua yang mencintai sepakbola, wajar saja jika permainan itu menular ke Zaniolo saat masih kecil. Zaniolo kerap dibimbing oleh sang ayah ketika mulai menggerakkan kakinya menyentuh si kulit bundar. Pada usia 9 tahun Zaniolo bergabung dengan akademi Genoa.
Tak butuh waktu lama Zaniolo berada disana, karena kecintaannya terhadap sepakbola serta untuk mengembangkan bakatnya, membuat Zaniolo mendaftarkan diri ke akademi Florentina pada 2010.
Zaniolo berkembang pesat di tim muda Florentina. Ia mampu menunjukan performa yang gemilang di segala kelompok umur. Diflorentina Zaniolo menjadi pemain dengan skill olah bola yang paling baik diantara teman-temannya.
Meskipun menjadi pemain terbaik di tim muda, namun ada satu masalah yang ia hadapi, yaitu masalah pertumbuhan. Pada saat itu tidak ada bukti yang jelas apakah Zaniolo didiagnosa menderita gangguan hormon. Namun faktanya, Zaniolo memang memiliki tubuh yang pendek, hal itu dianggap karena masalah pertumbuhan hormon.
Terkait masalah pertumbuhannya, akhirnya membuat Zaniolo harus rela meninggalkan akademi florentina pada 2016, pihak Florentina khawatir jika mempertahankan Zaniolo, hal itu akan berpengaruh terhadap timnya di masa depan.
Zaniolo menghabiskan waktu sekitar kurang lebih enam tahun di akademi Florentina, Meskipun sedikit mengecewakan pada akhirnya, namun akademi tersebut telah membantu mengembangkan potensinya.
Setelah dibebaskan Florentina, Zaniolo kemudian bergabung dengan klub serie B, Virtus Entella. Sebuah klub yang membantu meningkatkan karirnya. Penampilan Zaniolo di klub tersebut sangat menjanjikan. Berkat performa yang baik, Virtus Entella mengabaikan ukuran tubuh kecil Zaniolo.
Zaniolo berkembang selama satu musim di Virtus Entella, gol demi gol berhasil ia ciptakan, disana Zaniolo menjadi aset yang sangat penting. Zaniolo pun juga mengalami pertumbuhan pada kondisi tubuhnya. Posturnya yang tadinya pendek makin lama semakin tinggi.
Penampilan apik Zaniolo membuatnya tercium oleh klub-klub eropa termasuk Everton dan Inter Milan. Hingga akhirnya Inter lah yang berhasil memboyong Zaniolo pada musim panas 2017 dengan biaya transfer 1,8 juta euro atau Rp 28 miliar.
Sempat menjalani beberapa pertandingan pra musim bersama tim utama, Zaniolo lalu dikirim untuk memperkuat tim muda Inter mengingat usianya masih 18 tahun.
Bersama tim muda Inter, Zaniolo menyelesaikan kompetisi musim 2017/18 sebagai pencetak gol terbanyak tim dengan torehan 13 gol, dirinya juga membantu tim meraih gelar liga nasional atau Campionato Nazionale Primavera.
Meski tampil apik di tim muda Inter, Zaniolo harus merasakan kekecewaan karena tidak pernah dimainkan dalam satu pertandingan kompetitif pun dengan tim utama Inter, walaupun ada jaminan yang diberikan oleh klub. Inter sendiri beralasan sedang dihadapkan dengan peraturan financial fair play sehingga hanya memiliki satu opsi yakni menurunkan Zaniolo di salah satu tim mereka.
Pada Juni 2018, Zaniolo diserahkan ke AS Roma sebagai bagian dari kesepakatan untuk memboyong Radja Nainggolan ke Inter. Meski kecewa, Zaniolo mampu memanfaatkan kepahitan ini secara positif. Ia menjadi terdorong untuk membuktikan bahwa Florentina dan Inter telah salah membuangnya.
Zaniolo menyelesaikan tes medisnya pada 25 Juni, dan menandatangani kontrak lima tahun dengan serigala ibukota. Kemudian Zaniolo membuat penampilan pertamanya untuk Roma dalam ajang Liga Champions melawan Real Madrid pada 19 September, di mana timnya kalah 3-0 di Santiago Bernabéu.
Sementara, pada usia 19 tahun ia lakukan debutnya di Serie A pada 26 September 2018 dalam pertandingan kandang melawan Frosinone, dimana AS Roma menang 4-0. Tiga bulan kemudian, Zaniolo mencetak gol pertamanya di Serie A dalam kemenangan 3-1 melawan Sassuolo.
Pada 2019, dalam pertandingan Liga Champions eropa melawan FC Porto, Zaniolo menjadi pemain Italia termuda yang mencetak dua gol dalam satu pertandingan di kompetisi elite tersebut ketika ia mencetak kedua gol Roma dalam kemenangan 2-1 di babak 16 besar.
Musim pertamanya bersama AS Roma, Zaniolo tampil begitu cemerlang, torehan 6 gol, serta 2 assist dari 38 pertandingan membuatnya menjelma jadi pemain muda dengan masa depan yang cerah. Zaniolo bahkan digadang-gadang akan menjadi penerus Francesco Totti.
Di pentas Internasional, Zaniolo mengawali debut bersama tim Italia u-19, ia ikut serta dalam Kejuaraan piala eropa u-19 tahun 2018, dimana timnya mencapai final turnamen, sayang, Italia harus mengakui kehebatan Portugal dengan skor 4-3.
Pada September 2018, Zaniolo mendapat panggilan senior pertamanya oleh manajer Roberto Mancini untuk pertandingan pembukaan UEFA Nations League melawan Polandia dan Portugal. Meski begitu, Zaniolo tak dimainkan dalam dua laga tersebut.
Satu bulan kemudian, Zaniolo melakukan debut dengan tim Italia U-21, dalam pertandingan persahabatan melawan Belgia. Debutnya bersama timnas Senior akhirnya tiba pada 23 Maret 2019,ketika ia masuk sebagai pengganti Marco Verratti dalam kemenangan kandang 2-0 atas Finlandia di ajang kualifikasi piala eropa 2020.
Dalam gaya bermainnya, Pria yang memiliki sifat pendiam ini nyaman di berbagai posisi di lini depan, dari playmaker ke sayap kiri atau bahkan sebagai false nine.
Kecepatan dan kreativitasnya juga menjadi andalan Zaniolo, dimana itu masih bisa dikembangkan lagi oleh dirinya. Selain itu postur tubuh yang menjulang yakni 190 cm bisa menjadi keunggulan lain saat duel udara.