Francisco Paco Alcacer Garcia lahir pada 30 agustus 1993 di Torrent, Valencia, Spanyol. Alcacer merupakan putra dari Paco Alcacer, ayahnya dan Inma Garcia, ibunya. Keluarganya merupakan kalangan kelas menengah, orang tuanya banyak menghabiskan waktu sebagai petani.
Paco Alcacer tidak hanya tumbuh bersama orang tuanya, ia juga tumbuh bersama saudara-saudaranya yakni Jorge Alcacer Garcia dan Marta Alcacer. Alcacer dilahirkan sebagai anak yang pemalu dan pendiam, tumbuh dewasa ia sangat dekat dengan ayahnya yang selalu ingin putranya melanjutkan profesi sebagai petani.
Sayangnya, Alcacer kecil tidak menyukai dunia pertanian maupun sejenisnya, ia lebih menyukai olahraga khususnya sepak bola. Baginya sepak bola adalah cara yang sempurna untuk melarikan diri dari pekerjaan bertani orang tuanya.
Sebagai seorang anak, Alcacer terus menunjukan minatnya pada olahraga sepak bola. Bakatnya pun terus tumbuh, ini membuat orang tuanya mempertimbangkan untuk mendaftarkannya di sekolah sepak bola. Dan pada akhirnya, Alcacer didaftarkan ke Monte Sion, sebuah klub sepak bola lokal di Torent saat berusia 7 tahun.
Paco Alcacer semakin berkembang, ia tumbuh menjadi pengidola Ronaldo Luis Nazario Da Lima dan Raul Gonzales. Kala itu, Alcacer mengadopsi gaya permainan Raul karena memiliki kemampuan untuk berada di tempat yang tepat pada waktu yang tepat.
Alcacer muda belajar banyak dari pemain idolanya tersebut, ia juga belajar bagaimana caranya mencetak gol seperti yang dilakukan Ronaldo. Setelah tiga tahun memperkuat klub Monte Sion, Alcacer bergabung dengan Torent CF pada tahun 2002.
Dan pada 2005, Alcacer memutuskan bergabung ke akademi Valencia. Skillnya sebagai seorang penyerang semakin tumbuh,pada musim 2009/10, ia menjalani musim pertamanya bermain di Valencia B, yang mana ia membukukan 43 gol dari 66 penampilan di semua kompetisi selama tiga musim.
Sewaktu masih di tim junior Valencia, Alcacer pernah alami peristiwa buruk yang mungkin tidak bisa ia lupakan sepanjang hidupnya. Hal itu terjadi pada 12 agustus 2011. Pada awalnya, hari itu merupakan hari yang bahagia baginya karena mampu mencetak gol dan memberikan kemenangan untuk timnya saat beruji coba kontra AS Roma.
Sayangnya, ketika ia keluar dari stadion Mestalla di mana ia di temani orang tuanya, tragedi menimpanya. Sang ayah yang saat itu berjalan bersamanya tiba-tiba pingsan setelah menderita serangan jantung. Meski telah mendapat penanganan medis, namun 30 menit kemudian Ayah Alcacer nyawa sang ayah tidak bisa diselamatkan.
Kejadian itu sangat menyakitkan bagi Alcacer yang saat itu masih berusia 17 tahun, terlebih peristiwa itu terjadi menjelang ulang tahunnya yang ke 18. Lebih menyedihkan lagi, itu terjadi setelah dirinya menjalani awal karirnya bersama skuad senior Valencia.
Sejak hari itu, tiap kali Alcacer bermain di stadion Mestalla, ia akan selalu diingatkan oleh peristiwa tersebut. Alcacer pernah mengakui bahwa tragedi keluarganya iru telah memaksanya untuk menjadi dewasa lebih cepat.
Kematian ayahnya memberikan kekuatan untuk terus berjuang dan mencoba berbagai hal dengan cara yang berbeda. Hingga pada musim 2012/13, Alcacer kemudian dipinjamkan oleh Valencia ke klub asal Madrid, Getafe.
Performanya selama di Getafe bisa dikatakan tidak terlalu buruk dengan mencetak 3 gol dari 20 pertandingan. Namun dari tiga gol tersebut, satu gol penting ia ciptakan menghadapi Barcelona di Camp Nou, yang mengantarkan Getafe mengambil poin penuh setelah mengalahkan Barcelona 3-2.
Penampilan yang ditunjukkan bersama Getafe, membuat Valencia yang saat itu dilatih Miroslav Dukic kemudian membawa kembali Alcacer dari masa pinjamannya. Keputusan tepat, meskipun Valencia terseok-seok di La Liga dan mengalami pergantian manajer dari Dukic ke Juan Antonio Pizzi.
Alcacer tetap menunjukkan permainan menakjubkan, pemain yang baru berusia 20 tahun saat itu mencetak 14 gol di semua ajang. Gol penting ia cetak di ajang Liga Eropa melawan Basel, Valencia saat itu tertinggal 0-3 secara agregat, hattrick Alcacer kemudian membantu Valencia menghajar Basel 5-0 sekaligus unggul 5-3 secara agregat.
Musim 2014/15, Alcacer dinobatkan menjadi wakil kapten dari Dani Parejo, naluri kepemimpinan Alcacer memang tampak di musim tersebut. Alcacer tidak segan meneriaki siapapun yang bermain buruk. Di akhir musim Valencia menempati posisi keempat.
Di musim tersebut,Alcacer bermain di 32 pertandingan bersama Valencia di ajang La Liga di mana 26 diantaranya sebagai starter dan sisanya sebagai pemain pengganti, Paco sukses melesakan 14 gol, lima assist, 19 operan kunci, dan 52% tendangan tepat sasaran.
Sebagai pesepak bola, striker dengan tinggi 175 cm ini dikenal karena insting dan eksekusi bola yang ciamik. Keunggulan lainnya adalah Alcacer merupakan striker yang cepat. Ia tidak ragu melakukan dribbling melebar kemudian melakukan tusukan ke jantung pertahanan lawan.
Setelah musim yang buruk bersama Valencia 2015/16, Alcacer memutuskan hengkang ke Barcelona di akhir musim. Uang senilai 30 juta Paun digelontorkan El Barca untuk memboyong sang striker ke Camp Nou.
Resmi merapat ke Barca, Alacacer kesulitan menembus tim utama. Trio MSN saat itu sulit untuk digantikan. Bahkan pindahnya Neymar ke PSG pada musim panas 2017 tetap tidak membuat Alcacer bisa menembus line-up tim utama.
Meskipun demikian, Alcacer masih mencatatkan performa apik dengan mengemas 50 penampilan, mencetak 10 gol dan 7 asis bagi Barcelona selama 2 musim. Sebuah catatan yang impresif bagi seorang pemain cadangan.
Selama di klub katalan, Alcacer telah meraih satu titel La Liga dan dua buah Copa Del Rey. Pada Musim 2018/19, Alcacer kemudian dipinjamkan ke Borussia Dortmund. Pun kehadiran Alcacer sejatinya sulit dimasukkan dalam skema ala Lucien Favre, pelatih Dortmund. Favre menggunakan skema 4-3-3, di mana secara hybrid akan berubah menjadi 4-4-1-1.
Sebagai pemain pinjaman di Borrusia Dortmund, Alcacer lebih banyak turun ke lapangan dari bangku cadangan, meski begitu ia cukup punya peran krusial, di mana ia sering menjadi super sub yakni mencetak gol kemenangan ataupun penyeimbang.
Berkat penampilannya, Alcacer langsung di ikat menjadi pemain dengan status permanen oleh Dortmund pada 1 februari 2019 dan ia menandatangani kontrak selama lima tahun.
Setelah resmi mendapat status permanen, Alcacer menjadi pemain utama dan menghabiskan musim pertamanya tersebut dengan mencetak 18 gol dari 32 penampilan. Pada awal musim 2019/20, Alcacer mendapatkan trofi pertamanya di Dortmund setelah memenangi piala super Jerman. Alcacer terus menunjukan penampilan apiknya di musim itu.
Dalam pentas Internasional, sejak usia 16 tahun Alcacer sudah bergabung bersama tim Spanyol U-16, lalu bergabung bersama tim U-17 dan tampil 11 kali dengan mencetak 14 gol, tak lama kemudian ia memperkuat La Furia Roja u-18.
Pada 2011-2012, Alcacer kemudian bergabung bersama timnas U-19, di mana ia tampil sebanyak 16 kali dan mencetak 7 gol, untuk timnas U-20 ia tampil 7 kali dengan cetak 3 gol, sedangkan saat di timnas U-21 ia hanya tampil satu kali saja dan tanpa adanya torehan gol.
Saat bersama timnas Junior, Alcacer berhasil antarkan Spanyol keluar sebagai juara piala eropa u-19 di tahun 2011 dan 2012. Bisa dikatakan Alcacer menjalani masa-masa yang indah selama berseragam timnas junior.
Pada 4 september, Alcacer melakoni debutnya bersama timnas senior saat melawan Prancis di laga uji coba. Alcacer lebih sering merumput ketika Spanyol menjalani kualifikasi piala eropa atau piala dunia. Dalam karirnya membela tim senior Spanyol, Alcacer belum sekalipun tampil di turnamen besar.
Dalam kehidupan pribadinya, Alcacer menjalin kasih sayang dengan Beatrie Lopez, Alcacer telah jalin hubungan dengan Beatrie selama lebih dari 9 tahun. Hubungan mereka dikaruniai seorang anak bernama Martina. Selain mencintai orang-orang yang ada di sekelilingnya, Alcacer juga mencintai Anjing peliharaannya yang ia beri nama Kyara.
Setiap kali habis mencetak gol, Alcacer sangat sering berselebrasi dengan mengangkat kedua tangannya ke atas, hal itu ia lakukan untuk mengenang mendiang ayahnya.
Pria yang punya aliran musik favorit Rock metal ini ternyata tidak hanya menggeluti profesinya sebagai pemain sepak bola, namun ia juga memiliki profesi sampingan seperti menjadi atlet Selebritis. Insting dan naluri gol Paco Alcacer tentunya sangat dibutuhkan timnas Spanyol.