Willian Borges da Silva lahir pada 9 Agustus 1988 di Ribeirao Pires, Brasil. Ia lahir dari pasangan Severino da Silva dan Maria da Silva. Willian lahir dari keluarga yang biasa-biasa saja. Ayahnya merupakan pebisnis yang menjual berbagai suku cadang mobil.
Sementara ibunya baru saja meninggal pada tahun 2016 silam. Willian mengatakan bahwa sang ibu kalah dalam pertempuran melawan kanker. Sebelumnya, ibunya sudah menjalani sejumlah perawatan, namun nyawanya tetap tak tertolong.
Sewaktu kecil, Willian mendapat dukungan dari sang ayah untuk bermain bola. Ayahnya sendiri memang mengakui kalau Willian merupakan bocah yang sangat menggilai sepak bola.
Kisah masa kecil Willian, seperti yang kita tahu, telah dituangkan dalam sebuah film dokumenter berjudul Dream and Glories. Film dokumenter itu bercerita tentang perjalanan hidup yang dilalui sang penyerang Chelsea tersebut.
Dalam episode pertama, cerita dalam film Dream and Glories berfokus pada awal mula kecintaan Willian terhadap sepak bola. Episode tersebut juga menceritakan tentang jerih payah Willian agar memiliki karier gemilang dalam permainan sepak bola.
Film ini juga menampilkan seorang mantan pelatih di klub pertamanya Corinthians dan juga sang ayah. Menariknya, film Dream and Glories juga menyuguhkan fakta-fakta tentang penyerang Chelsea asal Brasil itu, salah satunya tentang kaki yang patah.
Berdasarkan pengakuan Willian, ia mengetahui bahwa tulang kakinya patah ketika sang ibu membangunkannya untuk pergi ke sekolah. Willian menyadari tulang kakinya patah setelah ia tidak mampu bangkit dari tempat tidur untuk berjalan. Akan tetapi, Willian justru tidak lantas patah semangat setelah mengetahui dirinya patah tulang kaki.
Penyerang yang kini berusia 31 tahun itu tertantang untuk terus menerus berlatih sepak bola. Jerih payah yang dilakukan Willian saat itu terbukti membuahkan hasil yang manis dengan prestasi bersama klubnya saat berusia enam tahun, yakni Ribeirao Pires FC.
Pada musim 2007/08, Willian menandatangani kontrak lima tahun dengan Shakhtar Donetsk. Saat itu, Shakhtar rela merogoh kocek hingga 14 juta euro atau setara 218 milliar rupiah.
Debut Willian untuk klub tersebut datang dengan kemenangan 2-1 di liga atas Chornomorets Odesa pada 15 September 2007. Dia masuk sebagai pemain pengganti pada menit ke-57, menggantikan rekannya asal Brasil Jadson.
Saat berseragam Shakhtar, Willian berhasil sumbangkan sejumlah gelar, termasuk empat Liga Primer Ukraina, tiga Piala Ukraina, dua Piala Super Ukraina, dan satu Piala Europa.
Setelah menjalani musim yang amat luar biasa bersama Shakhtar, Willian lalu putuskan hengkang ke Russia bersama Anzhi Makhachkala.
Namun setelah hanya beberapa saat bergabung dengan Anzhi, Willian akhirnya resmi menjadi pemain anyar Chelsea. Hal itu terjadi setelah izin kerjanya di Inggris dikabulkan. Saat itu Chelsea mengonfirmasi, Willian yang masih berusia 25 tahun menandatangani kontrak selama lima tahun. Dengan demikian pemain yang dibeli dari Anzhi Makhachkala itu akan berada di Stamford Bridge hingga 2017.
Proses kepindahan Willian ke Chelsea cukup kontroversial. Ia sebelumnya dilaporkan nyaris mendarat di klub London lainnya, Tottenham Hotspur. Namun setelah mendengar ketertarikan Mourinho, mantan pemain Shakhtar Donetsk itu akhirnya memilih The Blues.
Kabarnya, Chelsea harus merogoh kocek hingga 32 juta pounds atau setara 585 milliar rupiah.
Mourinho tampak senang dengan pergerakan manajemen dalam perburuan di bursa transfer. Ia tidak bisa menyembunyikan rasa gelinya ketika sukses membuat kecewa kolega sekaligus temannya, Andre Villas-Boas .
Didesak apakah mantan pemain Shakhtar Donetsk itu telah memilih Chelsea, Mourinho mengangguk kepalanya dengan gerakan lambat. Ia membocorkan rahasia mengenai kesuksesan transfer adalah Chelsea tahu apa yang diinginkan sang pemain.
Menurut Mourinho, Chelsea bertindak benar dalam proses rekrutmen kali ini. Pasalnya, Willian melakukan tes medis sebelum penandatanganan kontrak.
Tindakan Chelsea yang main telikung memunculkan isu tidak sedap. Mereka dituding melancarkan aksi balas dendam terhadap bos Spurs Daniel Levy terkait kebijakan transfer Luka Modric dua tahun sebelumnya. Chelsea yang hampir mendapatkan Modric malah harus mendapati pemain incarannya dijual ke Real Madrid.
Tentu saja isu yang berkembang itu ditepis pihak Chelsea. Manajemen Chelsea mengaku Willian sudah masuk radar klub.
Namun perjalanan Willian di Chelsea tak langsung berjalan mulus. Ia yang datang sebagai pemain penuh harapan malah tampil melempem diawal karier bersama Chelsea.
Ia mendapat banyak kritik. Akan tetapi, Willian tak tinggal diam. Dua tahun setelah direkrut Chelsea, Willian mampu buktikan kualitasnya.
Sekitar tahun 2015, disaat hampir semua performa pemain Chelsea melorot, Willian justru meningkat. Kontribusi paling kentara Willian adalah gol-golnya. Ia menyumbang sejumlah gol, baik di kompetisi domestik maupun Liga Champions Eropa.
Yang istimewa, semua gol Willian dicetak dari eksekusi tendangan bebas.
Di Premier League, sihir pemain 31 tahun itu tercipta saat tendangan bebasnya menembus jala gawang Newcastle United pada 26 September 2015. Gol Willian menyelamatkan Chelsea dari ancaman kekalahan setelah The Toon Army unggul 2-1 terlebih dahulu.
Eksekusi tendangan bebas bapak dua anak itu kembali muncul saat Chelsea meladeni Southampton di Stamford Bridge, pada 3 Oktober 2015. Gol Willian membuat Chelsea unggul cepat di menit ke-10. Sayang, Chelsea justru kalah 1-3 karena tak bisa mempertahankan keunggulan.
Kegemilangan pemain kelahiran Brazil itu menular di Liga Champions. Gol pertama dari tendangan bebas Willian tercipta di laga pertama The Blues di Liga Champions melawan Maccabi Tel Aviv, 17 September 2015. Saat itu, Chelsea menang besar 4-0.
Begitu juga ketika Chelsea kalah 1-2 dari FC Porto. Gol semata wayang pasukan Jose Mourinho saat itu datang dari tendangan bebas Willian.
Willian lalu mengungkap rahasia tendangan bebasnya saat itu. Salah satu rahasia performanya adalah latihan keras setiap hari. Menurutnya, tidak ada hasil bagus yang instan.
Rahasia lain Willian adalah sikap mentalnya. Dia sadar, bermain di bawah Mourinho harus siap dengan tuntutan tinggi dari sang manajer.
Bagi Willian, sepakbola adalah sebuah kebahagiaan. Uang tidak selamanya jadi motivasi utama buat pesepak bola kelas dunia seperti Willian.
Telah melewati berbagai kritik tajam, Willian berhasil menunjukkan kesetiaanya kepada klub Chelsea.
Di Chelsea, dia sebenarnya punya banyak waktu yang tepat untuk meninggalkan klub London tersebut. Terutama saat Chelsea mulai ditinggalkan Jose Mourinho dan gagal meraih gelar Liga Inggris. Meski harus diakui dia sempat gamang ketika Antonio Conte menjadi pelatih Chelsea. Namun, akhirnya dia tetap bersama Chelsea, ketika klub menunjuk Maurizzio Sarri.
Cerita kesetiaan ini sempat mengemuka ketika klub non-Brasil yang diperkuat Willian, Shakhtar Donetsk, merasa kecewa ketika dia pergi ke Anzhi Makhachkala.
Hingga saat ini, performa Willian masih layak dianggap sebagai salah satu yang terbaik.
Kebahagiaan Willian juga tak haya tumbuh dari sepak bola, namun juga dari keluarganya sendiri.
Willian merupakan suami dari Vanessa Martins. Wanita itu diketahui merupakan salah satu blogger gaya hidup terbaik di Portugal dengan menawarkan kiat dan petunjuk tentang segala hal mulai dari mode hingga makanan, kesehatan, kebugaran, dan perjalanan.
Hebatnya, Vanessa melakukan semua ini, tanpa melupakan perannya sebagai istri dan ibu rumah tangga.
Wajah wanita seksi kelahiran Lisbon pada 1986 ini, sudah akrab di televisi Portugal selama bertahun-tahun. Dia sudah membintangi lebih dari 300 episode serial televisi.
Vanessa dan Willian bertemu pada 2007. Saat itu, Vanessa masih menjadi aktris. Dan, ketika itu Willian masih gabung klub Brasil Corinthians, sebelum pindah ke Shakhtar Donetsk. Meski sudah menkah, Vanessa tetap di Portugal hingga 2011. Setahun kemudian, pasangan itu menyambut putri kembar mereka, Valentina dan Manuela Willian.