Gnegneri Yaya Toure, lahir pada 13 Mei 1983 di Bouake, Pantai Gading. Toure lahir dari orang tua yang bekerja sebagai petani. Ia menghabiskan masa kecilnya di kota Abidjan. Yaya Toure memiliki seorang kakak bernama Kolo Toure. Ia menjadi anak kedua dari sembilan bersaudara.
Yaya Toure lahir dari keluarga yang amat sederhana. Ia dan sang kakak bahkan kerap mencari uang sendiri dengan bekerja sebagai seorang penyemir sepatu.
Namun pada saat itu penghasilan sebagai penyemir sepatu tidak benar-benar membantu ekonomi keluarganya. Kemudian, Yaya memutuskan untuk beralih profesi sebagai seorang pesepakbola.
Diawal-awal kariernya bermain bola, Toure tampil tanpa menggunakan sepatu. Hal itu dilakukan karena ia tidak memiliki cukup uang untuk membeli sepasang sepatu. Namun begitu, Toure tetap bersemangat. Ia bahkan mendapat banyak perhatian dari orang-orang dan disebut sebagai bakat alami pesepakbola.
Setelah tiga tahun membela klub lokal, Toure lalu bergabung dengan akademi muda ASEC Mimosas pada tahun 1996 atas rekomendasi mentor lamanya Patrick van Reijendam.
Perlu diketahui, akademi tersebut merupakan tempat menghasilkan bakat-bakat besar asal Pantai Gading. Sebut saja Gervinho, Didier Zokora, Emmanuel Eboue, hingga Salomon Kalou.
Saat itu, ada seorang tokoh terkemuka di akademi ASEC. Dia adalah Jean-Marc Guillou. Pada tahun 2001, Guillou berinvestasi besar-besaran di sebuah klub Belgia, Beveren, dengan tujuan menggunakan tim tersebut untuk memamerkan bakat asal Pantai Gading di liga Eropa.
Toure pun lalu pindah ke Beveren pada tahun 2001. Ia menjadi salah satu dari banyak pemain ASEC yang hijrah pada periode tersebut. Hingga tepat pada tahun 2003, ia menjadi salah satu dari 14 pemain Pantai Gading yang masuk ke tim Beveren.
Saat itu, Toure sempat menjalani trial di Arsenal. Ia memulai pertandingan persahabatan pramusim melawan Barnet pada 19 Juli, dengan bermain sebagai second striker. Saat itu, ia mendapat pujian langsung dari manajer Arsenal, Arsene Wenger, sebagai talenta luar biasa. Namun saat ingin menandatangani kontrak sang pemain, Arsenal terkendala dengan izin kerja Toure. Karena merasa frustasi, Toure memutuskan pindah ke klub Ukraina, Metalurh Donetsk pada Desember 2003, di mana ia menghabiskan satu setengah tahun disana.
Bermain untuk klub Ukraina merupakan langkah sempurna bagi Toure. Ia bermain sangat gemilang hingga digaet raksasa Yunani, Olympiakos. Toure bergabung dengan Olympiakos pada tahun 2005. Ia bahkan mendapat julukan sebagai “Patrick Vieira baru”.
Toure menjadi salah satu bagian penting dalam klub tersebut dan berhasil menyumbangkan Piala Yunani pada musim 2005/06.
Dari situ, bakatnya mulai terendus klub-klub Eropa. Akhirnya, AS Monaco menjadi yang paling beruntung karena sukses mendatangkan Toure. Kedatangannya ke Monaco dimulai saat dirinya membela Timnas Pantai Gading di ajang Piala Dunia 2006.
Namun, ia memiliki hubungan yang sulit dengan manajer Laszlo Boloni. Toure mengklaim Boloni menolak untuk memainkannya pada posisi lini tengah pilihannya.
Namun setelah Monaco ditangani Laurent Banide pasca dipecatnya Baloni, Toure mulai mendapat kepercayaan lebih. Ia menjadi gelandang kunci tim tersebut hingga membantu klub keluar dari zona degradasi.
Karena bakatnya semakin terlihat, Toure sampai diminati klub sekelas FC Barcelona.
Akhirnya, tanpa basa-basi ia memantapkan pilihannya untuk bergabung dengan klub asal Katalan.
Toure bergabung dengan Blaugrana dengan biaya senilai 10 juta euro atau setara 155 milliar rupiah. Ia lalu melakukan debut resmi pada tanggal 26 Agustus 2007 pada laga pembuka La Liga melawan Racing de Santander.
Dalam pertandingan Trophy Joan Gamper 2007 melawan Inter Milan, Toure mencetak gol pertamanya untuk Barcelona dalam kemenangan 5-0. Setelah itu, Toure mencetak gol resmi pertamanya bersama Barcelona dalam pertandingan La Liga melawan Athletic Bilbao pada 2 September 2007, dalam kemenangan 3-1.
Meski sempat awali musim yang baik, situasi Toure berubah ketika Pep Guardiola ditunjuk untuk tangani tim utama Barcelona. Pep Guardiola lebih menyukai Sergio Busquets dalam peran defensif trio lini tengah Barcelona. Toure dan Pep Guardiola memang memiliki hubungan yang buruk. Keduanya terlibat perang dingin dan tak jarang saling lontarkan komentar pedas.
Dalam hal ini, Toure merasa bahwa Pep telah melakukan diskriminasi. Pelatih asal Spanyol tersebut dinilai tidak menyukai pemain berkulit hitam. Toure bahkan berani menjamin kalau Pep tidak akan berani menegur keras pemain seperti Andres Iniesta.
Meski menjadi bagian dari musim luar biasa Barcelona yang raih enam gelar dalam satu musim kompetisi, Toure pada akhirnya angkat kaki. Pada 2 Juli 2010, Toure menandatangani kontrak lima tahun dengan Premier League klub Manchester City.
Pada 28 Juli, Toure melakukan debut untuk City dalam pertandingan persahabatan pramusim melawan Club America, dimana City menang 4-1 melalui adu penalti setelah bermain imbang 1-1. Ia kemudian melakukan debut pada pertandingan persahabatan melawan Valencia dan dinobatkan sebagai man of the match.
Saat itu, Toure datang untuk melanjutkan revolusi Mancini yang sudah melatih klub dari tahun 2009. Pilihannya tidak salah, Toure membawa kualitas serta pengalamannya dari Barcelona dan menghidupkan lini tengah The Citizens. Diawali dengan titel Piala FA, Toure memupus penantian titel Premier League yang terakhir diraih pada medio 1970-an, saat masih bernama Divisi Pertama, pada musim 2011/12.
Titel itu membuka mata pecinta sepak bola Inggris serta tim rival. Benar saja, sejak saat itu sampai saat ini, Manchester City selalu berada di papan atas klasemen untuk bertarung merebutkan titel Premier League. Toure selalu ada dalam skuat City, dan terus bertahan meski diterpa rumor hengkang. Bahkan, ia teken kontrak semusim pada Juni 2017 lalu. Namun, kedatangan Pep Guardiola mengubah segalanya. Apalagi, usia Toure sudah tidak muda lagi, yaitu 34 tahun.
Ya, Guardiola menginginkan mobilitas yang tinggi dalam permainan timnya, sehingga ia membutuhkan banyak enerji dari para pemainnya untuk berlari. Pemain-pemain seperti David Silva, Kevin De Bruyne, Fernandinho, dan Ilkay Gundogan, lebih dipilih Guardiola untuk menjaga dinamika permainan City dari lini tengah. Hasil racikan dengan kombinasi skuat senior-muda Guardiola sukses meraih dua titel, Piala Liga dan Premier League.
Tidak ada tempat bagi Toure bermain dalam skuat Manchester City. Penampilannya terbatas. Toure baru tampil sembilan kali di Premier League dan di akhir musim 2017/18, bintang asal Pantai Gading ini resmi meninggalkan Etihad Stadium setelah delapan tahun lamanya.
Selama bermain untuk Man City, Toure telah mengemas 229 penampilan di Premier League. Selama delapan tahun bermain untuk Manchester Biru, Toure sudah meraih dua titel Premier League, satu Piala FA, dua Piala Liga, dan satu Community Shield.
Pasca mengabdi dalam waktu yang lama untuk City, Toure akhirnya kembali ke Olympiacos. Namun, karena dinilai tak memberikan dampak yang cukup besar, kontrak Toure akhirnya diputus.
Sempat mengumumkan pensiun, Toure kini membela klub asal China, Qingdao Huanghai FC.
Sepanjang kariernya dalam dunia sepakbola, Toure dikenal sebagai pemain yang ramah. Ia bahkan disebut sebagai muslim yang taat. Meski sudah menjadi bintang di Eropa, Toure tak pernah melupakan keluarganya di Pantai Gading. Ia masih sering berkunjung kesana dan sesekali membantu orang-orang yang membutuhkan.
Selain itu ia juga turut andil dalam kampanye menyelamatkan populasi gajah di daerah dekat tempat tinggalnya.