Bursa transfer tak bisa dipungkiri menjadi bahasan yang sangat menarik. Apalagi, bila melibatkan sejumlah bintang ternama. Seorang bintang sepak bola yang berpindah klub jelas menjadi sorotan. Penggemar akan menantikan bagaimana kelanjutan karier pemain tersebut.
Berpindah klub jelas menjadi sebuah harapan besar bagi seorang pemain. Akan tetapi, tidak sedikit dari mereka yang kariernya anjlok setelah pindah seragam.
Pada kesempatan kali ini, starting eleven akan merangkum deretan pemain yang kariernya anjlok setelah berpindah klub.
Nuri Sahin
Nuri Sahin merupakan salah satu pemain berbakat dunia. Dirinya yang punya skill olah bola tinggi menjadi sorotan hingga buruan klub-klub besar Eropa. Namun setelah moncer bersama Dortmund, Real Madrid yang notabene adalah klub besar malah menghancurkan karier sang pemain.
Seperti diketahui, Sahin menjalani musim gemilang di periode pertama membela Borussia Dortmund (2008-2011). Pesepakbola berpaspor Turki itu tampil brilian dengan menjadi motor permainan Die Borussen. Alhasil pada bursa transfer musim panas 2011, Sahin diboyong Madrid dengan biaya 9 juta euro atau sekira 146 miliar rupiah.
Awalnya, Sahin diharapkan dapat menghadirkan keseimbangan di lini tengah Madrid. Namun, gelandang yang kini berusia 29 tahun itu hanya mengemas satu gol dan satu assist dari 10 penampilan di musim 2011/12. Pada musim panas 2012, Sahin dipinjamkan ke Liverpool, hingga akhirnya dijual permanen ke Dortmund pada 2014.
Sahin dianggap gagal dan malah memperlambat permainan el Real.
Michael Owen
Real Madrid masih menjadi tim gagalnya seorang pemain. Kali ini ada nama Michael Owen. Owen yang tampil begitu moncer bersama timnas Inggris dan Liverpool harus memulai petualangan baru di negri matador. Saat itu, Real Madrid menjadi pilihannya.
Namun, Owen melempem bersama Madrid. Dari 45 penampilan di semua ajang, Owen hanya mencetak 17 gol. Menjadi ironis di musim tersebut karena Liverpool selaku eks klub Owen menjuarai Liga Champions. Sementara Madrid mentok di 16 besar.
Padahal, Owen merupakan penyerang andalan Liverpool dalam kurun 1997-2004. Dari 284 penampilan, Owen mengemas 150 gol.
Pada akhirnya di bursa transfer musim panas 2005, Owen dilepas Madrid ke Newcastle United dan gagal menemukan performa terbaiknya hingga memutuskan pensiun pada 2013.
Andriy Shevchenko
Bersama Ronaldo Luis, Shevchenko adalah striker terbaik dunia di era 2000-an. Ia sukses mengantar AC Milan merebut Scudetto dan juara Liga Champions. Pemain asal Ukraina itu juga merebut Ballon d’Or pada 2004. Tidak bisa dibantahkan memang jika Sheva menjadi salah satu striker terbaik yang dimiliki AC Milan kala itu.
Ia terus ciptakan gol dan bahkan menjadi penentu gelar Milan di kompetisi Liga Champions tahun 2003.
Namun, Shevchenko kemudian bergabung bersama Chelsea pada 2006 dengan transfer 30 juta pounds atau setara 546 milliar rupiah. Akan tetapi, Shevchenko gagal memenuhi ekspektasi. Ia hanya melesakkan 14 gol dalam 51 pertandingan di semua kompetisi pada musim pertamanya.
Sejak gabung Chelsea, karier Shevchenko terus meredup. Ia sempat kembali ke Milan dan Dynamo Kiev, tapi sudah kehilangan ketajamannya. Pada akhirnya, top scorer kedua Milan sepanjang masa itu memutuskan pensiun pada 2012.
Alexis Sanchez
Tidak bisa dinafikan jika Alexis Sanchez merupakan satu dari pemain Chile tersukses di dunia. Saat tampil apik di Udinese, Sanchez menarik minat raksasa Spanyol, FC Barcelona.
Disana ia tampil cukup apik dan berhasil sumbangkan gelar La Liga, Copa del Rey dan Piala Super Spanyol. Setelah itu, Sanchez putuskan hengkang ke Arsenal. Bermain di Emirates Stadium tak membuat kepercayaan diri Sanchez luntur. Ia masih menjadi andalan dan kerap mencetak gol.
Akan tetapi, pada tahun 2018, Sanchez memilih membelot ke klub rival, Manchester United. Disinilah kariernya meredup.
Banyak yang diharapkan ketika Manchester United berhasil mendatangkan Alexis Sanchez dari Arsenal. Pemain asal Chile itu datang ke Old Trafford setelah ditukar Henrikh Mkhitaryan.
Akan tetapi, penampilan Sanchez setelah bergabung dengan Setan Merah sangat mengecewakan. Bahkan performa mantan pemain Barcelona itu kerap mendapat cibiran dari berbagai macam pihak.
Ricardo Kaka
Siapa yang tak ingat dengan kegemilangan Kaka saat berseragam AC Milan? Pemain muda yang dibeli dari klub Brasil ini berhasil guncangkan dunia setelah resmi bergabung dengan Milan.
Kaka menjadi salah satu era keemasan Milan dibawah asuhan Carlo Ancelotti. Ia sukses sumbangkan gelar Liga Champions Eropa dan meraih penghargaan Ballon D’or tahun 2007. Di Milan, ia berhasil mentas di 120 laga dengan raihan 29 gol dan 39 assist.
Namun semua berubah saat ia putuskan pindah ke Real Madrid.
Kaka sempat memecahkan rekor transfer dunia saat didatangkan Madrid dari AC Milan pada bursa transfer musim panas 2009, yakni 58,5 juta pounds atau setara lebih dari 1 triliun rupiah.
Tapi, seperti yang sudah dijelaskan, karier Kaka hancur bersama Madrid. Gelandang yang masuk skuad Brasil saat menjuarai Piala Dunia 2002 itu sering dilanda cedera. Selama membela Madrid dalam kurun 2009-2013, Kaka hanya mentas di 120 laga dengan raihan 29 gol dan 39 assist. Setelah itu pada 2013, Kaka kembali membela Milan dan gagal menemukan performa terbaik layaknya di periode pertama.
Di pengujung 2017, Kaka memutuskan pensiun dan Orlando City jadi klub terakhir yang dibelanya.
Fernando Torres
Fernando Torres sempat gegerkan dunia saat tampil gemilang di Atletico Madrid, meski saat itu usianya masih sangat muda. Torres bahkan sudah menjabat sebagai kapten Los Rojoblancos.
Setelah tampil apik di negri sendiri, Torres lanjutkan petualangan di Negri Ratu Elizabeth. Ia bergabung dengan Liverpool dan menjadi salah satu striker terbaik yang dimiliki The Reds. Selama 3,5 musim membela The Reds, pemain asal Spanyol itu mencetak 65 gol dalam 102 penampilan di Liga Inggris.
Akan tetapi Chelsea kemudian membelinya pada Januari 2011 dengan transfer 50 juta pounds atau setara 909 milliar rupiah. Harga tersebut menjadikan Torres sebagai pemain termahal Liga Inggris saat itu. Nahas, Torres justru gagal di Stamford Bridge.
Selama lima musim memperkuat Chelsea, Torres hanya mencetak 45 gol dalam 172 penampilan. Diluar sejumlah gelar yang diraihnya, sang pemain pun kehilangan statusnya sebagai penyerang kelas dunia.
Arda Turan
Arda Turan tampil apik kala berseragam Atletico Madrid. Ia selalu menjadi pilihan utama pelatih dan tak jarang beri dampak signifikan bagi klub.
Lalu tibalah saat FC Barcelona kehilangan beberapa pemain menyerang dalam dua musim pada 2014/15 dan 2015/16. Mereka ditinggal Alexis Sanchez, Cesc Fabregas, Xavi, dan Pedro.
Eksodus itu membuat Barcelona mendatangkan Arda Turan dan Luis Suarez. Sementara Suarez sukses menjadi andalan Blaugrana, Turan justru lebih sering menghangatkan bangku cadangan.
Padahal, Barcelona membayar 34 juta euro atau setara 542 miliar rupiah kepada Atletico Madrid untuk merekrut Turan. Dua musim membela Barcelona, Turan hanya mencatatkan 55 penampilan, itu pun lebih sering dari bangku cadangan.
Situasi tersebut pada akhirnya membuat Turan hengkang ke Istanbul Basaksehir.
Philippe Coutinho
Philippe Coutinho menjadi ‘takdir’ yang gagal di Barcelona setelah dilepas ke Bayern Munchen dengan status pinjaman.
Dibeli dari Liverpool dengan rekor transfer klub Barcelona pada Januari 2018, perjalanan karier Coutinho di Camp Nou hanya bertahan 1,5 musim.
Meski sempat tampil menjanjikan diawal-awal kariernya di Camp Nou, performa Coutinho malah merosot. Coutinho gagal mengulangi kesuksesan di musim pertamanya. Dari 54 penampilan, Coutinho hanya mampu menjadi starter di 28 pertandingan dan bermain penuh 90 menit di 12 pertandingan. Coutinho hanya mencetak 11 gol, atau satu gol lebih baik daripada setengah musim pertamanya di Barcelona.
Padahal Coutinho sangat bersinar di Liverpool dan para penggemar The Kop berharap agar sang pemain mau bertahan. Namun, ibarat nasi yang telah menjadi bubur, Coutinho hanya bisa menyesali kepindahannya ke Barca.
Kini, ia berharap bisa tampil sempurna di Jerman bersama dengan FC Bayern.