Pemain bernama lengkap Ryan Josep Wilson atau yang lebih dikenal sebagai Ryan Giggs telah tercatat dalam buku sejarah sepak bola dunia sebagai salah satu dari beberapa pemain yang setia membela satu kesebelasan sepanjang karirnya.
Ryan Giggs telah menghabiskan 24 tahun perjalanannya sebagai pemain sepak bola hanya bersama Manchester United. Dalam kurun waktu tersebut, Giggs selalu menjadi pilihan utama pelatih Sir Alex Ferguson.
Selama dibela Ryan Giggs, Manchester United telah menuai banyak gelar, di antaranya adalah 13 trofi premier league, 4 piala FA, 3 gelar piala liga, 9 Community Shield, 2 trofi liga champions serta masing-masing satu buah piala dunia antar klub, piala super eropa dan piala interkontinental.
Di dalam lapangan hijau, prestasi Giggs memang tak ada duanya. Sejak usia muda, kecepatan dan terobosannya di sayap kiri menjadi senjata utama Setan Merah era akhir 90-an hingga awal 2000-an.
Namun, di usia 30-an, Giggs mulai mengubah gaya permainannya menjadi lebih taktis, tak perlu terlalu banyak berlari tapi tetap saja berbahaya. Di Manchester United, Giggs telah menciptakan 168 gol dari 963 penampilan di semua kompetisi.
Giggs juga menjadi pemain pertama yang mencetak 100 gol Liga Premier untuk Manchester United. Selain itu, sejauh ini ia hanya satu-satunya pemain yang bermain dalam 22 musim Liga Premier berturut-turut.
Dari jumlah gol yang diciptakan Ryan Giggs. Banyak golnya yang masuk dalam nominasi “Gol Terbaik” atau “Gol Terindah”. Namun satu yang tak akan terlupakan adalah gol solo-run Giggs ke gawang Arsenal dalam laga semi-final Piala FA 1999.
Saat itu, Giggs menggiring bola melewati hampir semua bek Arsenal, termasuk di antaranya Tony Adams dan Martin Keown, sebelum akhirnya menceploskan bola melewati hadangan kiper David Seaman.
Dari kehebatannya tersebut, tak banyak yang mengetahui, jika bakat luar biasa Ryan Giggs ditemukan oleh seorang tukang susu. Sosok tukang susu itu adalah Denis Schofield, orang yang pertama melihat talenta Giggs sebagai pesepak bola.
Kala itu, pada suatu sore di tahun 1981, setelah berkeliling menjual susu, Dennis Schofield beristirahat di depan Sekolah Dasar Grosvenor Road di Swinton. Dia menyaksikan anak-anak sekolah bermain sepakbola, salah satu hobinya setelah keliling berdagang susu. Lalu seorang bocah menarik perhatiannya.
Pada saat itu, Denis melihat Ryan Wilson yang masih berusia delapan tahun memiliki teknik olah bola yang di atas rata-rata anak seusianya. Denis lalu menceritakan bahwa ia melihat sosok pemain sayap yang berlari sangat kencang.
“Saya adalah tukang susu saat itu, dan sehabis menjual susu saya melihat anak-anak bermain untuk tim sekolah mereka. Saya melihat ada anak berusia delapan tahun di sayap kiri yang berlari seperti kijang. Namanya Ryan Wilson.” ucap Denis (Dikutip dari BBC)
Saat itu, Denis yang juga merupakan pemandu bakat Manchester City kemudian menghampiri Ryan Wilson dan bertanya perihal keberadaan orang tuanya.
“Saya bertanya apakah orangtuanya ada di pertandingan dan saya diarahkan ke arah ibunya. Saya memperkenalkan diri sebagai seseorang yang menjalankan klub Deans Youth and Ladies FC, dan bertanya apakah Ryan mungkin tertarik bermain untuk tim saya.” ujar Denis (Dikutip dari BBC)
Denis kemudian berhasil meyakinkan keluarga Ryan Wilson untuk bermain di Deans Youth and Ladies FC. Dari klub Deans Youth and Ladies FC, Denis lalu membawa Ryan Wilson ke Manchester City.
Denis memiliki harapan besar dari City untuk meneken kontrak Ryan Wilson muda. Tapi aturan saat itu, pemain yang belum genap berusia 14 tahun tidak bisa di rekrut oleh sebuah klub profesional.
Dan saat usia Ryan Wilson 14 tahun, Denis mendesak the Citizens untuk mengontrak Wilson. Tapi manajemen City memilih untuk bungkam. Di sisi lain, Manchester United yang saat itu telah dilatih Sir Alex juga meminati Ryan Wilson muda.
“Ketika sampai pada hari ulang tahunnya yang ke-14, saya mendapat kabar bahwa Sir Alex Ferguson dan kepala pengintai United, Joe Brown, mengejarnya. Saya memperingatkan manajemen City untuk datang ke rumahnya, tetapi mereka memilih untuk duduk di kantor sembari menunggu Ryan untuk pergi ke sana, sementara Sir Alex langsung ke rumahnya.”
Dikatakan oleh Denis, bahwa Ryan Wilson merupakan penggemar Man United dan ia merasa kecewa karena Ryan memilih bergabung dengan United.
“Ryan adalah penggemar United dan yang membuat saya kecewa, ia menandatangani kontrak dengan United. Saya sangat marah dengan City dan memutuskan hubungan saya dengan klub setelah itu.” Ujar Denis.
Kemarahan Denis Schofield bukan tanpa alasan, pasalnya ia sangat menginginkan Ryan Wilson untuk memperkuat Man City kala itu. Menurut Denis, sepanjang karirnya sebagai pemandu bakat sepak bola selama setengah abad, Ryan merupakan pemain dengan bakat terbaik yang pernah ia lihat.
Meski telah di miliki dan bermain untuk Man United, namun Denis masih sering menjalin komunikasi dengan Ryan Giggs. Hingga usianya yang sudah berada di angka 80-an, Denis masih menyimpan kekecewaan terbesar dalam hidupnya ketika klub kesayangannya, Man City enggan bergerak cepat untuk mengontrak Ryan Wilson ketika itu.
“Aku selalu komunikasi dengan Ryan sepanjang waktu, herannya ia masih turun memperkuat United,” katanya.
“Saya sudah melihat dia tumbuh menjadi superstar.” ujar Denis (Dikutip dari Manchestereveningnews)
Kini semuanya tinggal sejarah, Ryan Joseph Giggs telah berhasil bersama Manchester United. Dan secara resmi sudah dinobatkan sebagai legenda di Theater Impian bernama Old Trafford.