Clarence Seedorf, menjadi salah satu seniman sepak bola paling dikenal didunia. Di masa kejayaan AC Milan, Seedorf menempati posisi kunci dalam trio gelandang poros permainan I Rossoneri.
Dia berhasil menjadi legenda dengan trofi Liga Champions Eropa di tahun 2003 dan 2007.
Seedorf mulai mencatatkan namanya di belantika sepak bola bersama generasi emas Ajax Amsterdam yang menjuarai Liga Champions pada 1994/95. Umurnya baru 19 waktu itu. Ditangani oleh Louis van Gaal, Seedorf lagi-lagi menjadi poros dari tim yang terdiri dari perpaduan bakat muda dengan pemain berpengalaman seperti Frank Rijkaard.
Eks pemain kelahiran Suriname ini juga menjadi legenda bagi timnas Belanda dengan 87 caps dan 11 gol sepanjang karier.
Setelah berjaya bersama Ajax, pemain yang mengidolakan Rijkaard ini dengan berani menerima pinangan Sampdoria. Mengenai Rijkaard, ia mengaku bahwa saat masih bocah, ia memiliki target untuk melebihi pencapaian sang idola yang telah merengkuh dua gelar Piala Champions.
Kepribadian adalah salah satu karakteristik terkuat Seedorf. Bruno de Michelis, psikolog yang menanganinya saat di Milan menjelaskan hal ini. “Seedorf berbicara seperti pemain 10%, seperti pelatih 70%, dan layaknya manajer perusahaan 20%.”
Setelah bermain selama satu musim, Seedorf lantas bergabung dengan Real Madrid. Disinilah, cerita tak terlupakan itu terjadi.
Di akun Instagram pribadinya, Seedorf membagikan pengalaman tak terlupakan yang membuat dirinya berseragam Real Madrid.
Siapa sangka, Los Blancos ternyata sudah tergila-gila pada talenta Seedorf sejak mantan pemain berambut gimbal itu berusia 14 tahun.
Namun, niat Madrid tersebut harus ditunda lantaran Seedorf tak mendapat izin dari kedua orang tuanya. Seedorf diminta menyelesaikan dulu pendidikannya di Belanda sebelum bermain sepak bola di luar negeri.
Setelah itu, sebuah pengalaman tak terlupakan ia dapatkan. Seedorf mengungkapkan kisah aneh bagaimana ia akhirnya memutuskan untuk bergabung dengan Real Madrid. Rupanya proses itu terjadi setelah ia dikejutkan oleh seorang Fabio Capello di sebuah tempat parkir mobil.
Diceritakan, saat itu, Capello yang masih menjadi manajer AC Milan, sedang dalam proses kepindahan ke Real Madrid.
“Saat aku bermain di Italia, setelah pertandingan terakhir musim itu, aku berada di tempat parkir [mobil] stadion.”
“Kemudian aku mendengar suara memanggilku: ‘Hai Clarence [Seedorf], mau bergabung bersamaku di Real Madrid?’” ucap Seedorf menirukan perkataan pria tersebut waktu itu.
Ia lantas spontan menjawab,
“Ya, aku ingin.”
Seedorf kemudian mengungkapkan pria yang mendatanginya di parkiran mobil untuk ‘meminangnya’ ke Madrid.
“Itu adalah suara Fabio Capello, dan sisanya menjadi sejarah,” kenang Seedorf.
Seedorf bergabung bersama Real Madrid pada 1996. Pada musim pertamanya, ia ikut membawa Los Blancos juara La Liga Spanyol. Pada musim berikutnya, ia berhasil membawa Madrid meraih Liga Champions.
Seedorf melanjutkan puncak kariernya bersama AC Milan dengan mempersembahkan dua trofi Liga Champions.
Hingga saat ini, Seedorf menjadi satu-satunya pesepakbola dalam sejarah yang berhasil memenangkan Liga Champions dengan tiga klub berbeda, dimana ia lakukan bersama Ajax Amsterdam, Real Madrid dan AC Milan.
Setelah mengabdi untuk Milan, pemain yang dulu identik dengan rambut gimbalnya ini memilih untuk berlabuh ke klub Brasil, Botafogo. Belum pernah menapaki karier sebagai pelatih ataupun asisten, Seedorf kemudian memilih untuk terima undangan Silvio Berlusconi guna menggantikan Max Allegri.
Ditambah prestasi buruk Milan, Berlusconi tak cukup memiliki kesabaran dan lantas memecat Seedorf saat ia belum setengah tahun menangani mereka.