Francesco Toldo masuk kedalam salah satu jajaran kiper terbaik yang pernah dimiliki Italia. Para tifosi tentu masih ingat bagaimana penampilan memukau sang penjaga gawang di gelaran Piala Eropa 2000.
Bagi seorang Francesco Toldo, 2000 adalah tahun yang sangat penting. Sebuah tahun saat masa depan menjadi masa kini baginya. Sebuah tahun saat namanya menjadi legenda. Itu semua terjadi di bawah matahari Nagri Kincir Angin, di semifinal sebuah Turnamen Eropa melawan Belanda tanggal 29 Juni.
Kegemilangan Toldo di tahun tersebut, seperti yang diceritakan, ternyata sudah diramalkan seseorang bernama Alberto Ferrarini. Ia meyakini kalau Toldo kan melakukan hal-hal besar tahun 2000, dan tentunya akan menjadi kiper utama di turnamen Euro.
Awalnya banyak yang menyangka kalau ramalan itu meleset. Pasalnya, Dino Zoff yang saat itu menjadi pelatih Italia lebih memilih Gianluigi Buffon sebagai penjaga gawang nomor 1.
Namun begitu, ramalan tersebut mulai dipercayai, setelah Buffon menderita cedera sehingga tidak bisa mengikuti kompetisi tersebut. Akhirnya, Chrisitian Abbiati disiapkan sebagai pengganti Buffon, dan menjadi cadangan Toldo.
Ferrarini yang meramalkan aksi gemilang Toldo menelfon sang kiper di pagi harinya. Ia meminta Toldo untuk tetap tenang, karena hal besar akan terjadi.
Saat itu, dibawah langit Amsterdam Arena, Toldo bersiap menjadi legenda.
Bermain dengan sepuluh orang sejak menit ke-33 setelah Gianluca Zambrotta menerima kartu merah, tim besutan Zoff tampil dengan gigih dan penuh karakter, dengan inspirasi dari pemain No. 12 mereka. Seperti diramalkan oleh Ferrarini, Belanda mendapatkan dua hadiah penalti dalam laga itu, di menit ke-38 dan ke-62. Penalti pertama, diambil oleh Frank de Boer, diselamatkan oleh Toldo, sementara bola tembakan Patrick Kluivert membentur tiang gawang sebelah kanan sang kiper.
Tapi itu bukan pinalti terakhir di laga tersebut. Setelah laga berakhir imbang 0-0, praktis pemenang harus ditentukan lewat adu tos-tosan. Beberapa penggawa andalan seperti Gigi di Biagio, Gianluca Pessotto dan Francesco Totti berhasil menjalankan tugasnya dengan baik.
Diposisi kiper, Toldo, menjadi rajanya! Meski Kluivert berhasil mencetak gol, Toldo menggagalkan upaya Paul Bosvelt dan De Boer. Di laga itu, tendangan Stam memang tak dimentahkan Toldo, namun melambung tinggi diatas gawang.
Dengan situasi tersebut, Italia berhak atas satu tiket ke final.
Namun sayang, dilaga puncak Italia harus mengakui keunggulan tim ayam jantan, setelah Sylvain Wiltord menyamakan kedudukan di menit ketiga dan David Trezeguet mencetak golden goal memukau di menit ke-103.
Francesco Toldo, sekali lagi, bukan sembarang kiper. Ia masuk kedalam buku sejarah kiper terbaik asal Italia, dan layak disejajarkan dengan nama-nama seperti Gianluigi Buffon, Christian Abbiati, Marco Amelia, hingga Angelo Peruzzi. Atau mungkin, masuk kedalam deretan kiper legendaris macam Gianpiero Combi, Enrico Albertosi, Dino Zoff, Walter Zenga, hingga Gianluca Pagliuca.
Lahir di Padova, Toldo memulai karier di tahun 1985 bersama dengan tim junior Montebelluna. Performanya saat itu mampu menarik minat raksasa Italia, AC Milan.
Pemandu bakat Milan percaya bahwa Toldo merupakan kiper muda dengan talenta yang sangat luar biasa. Ia banyak memiliki keunggulan, seperti refleks, handling, duel udara, hingga saat terdesak di situasi one-on-one sekalipun.
Namun keberadaan Sebastiano Rossi di kubu I Rossoneri membuat Toldo kecil tak kunjung beranjak. Ia sulit mendapat kesempatan dan pada akhirnya masa bakti di AC Milan hanya dimanfaatkan untuk “bersekolah” di beberapa klub seperti Hellas Verona, Trento, sampai Ravenna.
Karena merasa tak dibutuhkan di Milan, Toldo akhirnya terima tawaran yang diajukan Fiorentina.
Disinilah talentanya semakin terlihat. Di musim pertamanya, Toldo langsung menjadi bintang baru dibawah mistar. Posisinya begitu kokoh dan sangat sulit digeser.
Toldo selalu menjadi kiper utama selama delapan musimnya bersama Fiorentina. Ia menjadi satu dari tiga pemain pilar Fiorentina yang dijuluki three musketeers, bersama dengan Rui Costa dan Gabriel Batistuta.
Ia sukses membawa La Viola merengkuh dua trofi Coppa Italia dan satu trofi Supercoppa Italiana.
Total, 336 pertandingan berhasil dicatatkan Toldo, selama delapan musimnya bersama La Viola.
Namun, masalah keuangan yang mendera klub, membuat Toldo terpaksa hengkang dan pindah ke Inter Milan. Bersama Nerazzurri, nama Toldo kian meroket. Berseragam Inter, Toldo mencicipi lima gelar Scudetto Serie A serta satu trofi Liga Champions.
Bersama sosok sekelas Cristian Chivu, Ivan Cordoba, Marco Materazzi, Walter Samuel, dan Javier Zanetti, Toldo didapuk sebagai legenda baru I Nerazzurri.
Akan tetapi setelah mendatangkan kiper muda Brasil Julio Cesar pada tahun 2005, Inter makin kerap membangkucadangkan Toldo, meski dirinya bertahan di Inter sampai gantung sarung tangan pada tahun 2010.
Pensiun dari lapangan hijau, Toldo mengelola Inter Forever, program promosi klub Inter Milan. Salah satu kegiatan utamanya adalah menggelar laga eksibisi di luar negeri, termasuk negara-negara Asia. Biasanya, program ini diikuti para pemain tua yang sudah pensiun, termasuk dirinya.
Salah satu tur nya adalah ke Indonesia pada tahun 2014 silam. Toldo ikut ambil bagian dalam tim Internasional Legends yang bertanding dengan para veteran pesepakbola tanah air, Indonesia All Star.
Francesco Toldo menjadi bukti bahwa Italia akan selalu, dan tetap menjaga tradisi kiper nomor satu di dunia. Saat ini, nama-nama seperti Alex Meret, Mattia Perin, hingga Gianluigi Donnarumma seolah menjadi penerima tongkat estafet kiper-kiper hebat yang dimiliki Italia.
Toldo, diluar kariernya sebagai penjaga gawang hebat negri pizza, tak akan pernah lupa dengan dua sisi berbedanya di sudut kota Milan.