Malam itu 9 juli 2006 di Stadion Olimpic, Berlin Jerman, Dalam drama adu penalti tim nasional Italia sedang unggul 4-3 atas Prancis, penendang kelima Gli Azzuri bersiap mengambil ancang-ancang, Suporter dari kedua negara pun harap-harap cemas. Pasalnya jika gol maka Italia akan meraih juara dunia, tapi bila gagal Prancis masih memiliki nafas lewat penendang kelima.
Namun harapan tim dan suporter prancis tidak terkabul, Fabio Grosso sebagai eksekusi kelima Italia berhasil menceploskan bola ke pojok kiri jala gawang kawalan Fabian Barthes, tim nasional Italia pun berhak menjadi juara piala dunia setelah menang adu penalti 5-3 atas Prancis.
Ya, Fabio Grosso, namanya mungkin tidak sepopuler bintang Italia di Piala dunia 2006 macam Gianluigo Buffon, Fabio Cannavaro, Andrea Pirlo, Francesco Totti, atau Del Piero. Namun sepakan mematikan kaki kirinya mampu memastikan Italia merebut gelar juara piala dunia untuk keempat kalinya.
Fabio Grosso, pemain yang lahir pada 28 November 1977 ini adalah seorang pemain yang menempati posisi bek kiri. Sebelum tampil di Piala Dunia 2006, ia adalah pemain milik klub papan tengah, Palermo. Bahkan ia mengawali karirnya bersama sebuah klub bernama Renato Curi, sebuah klub yang sangat asing ditelinga kalian bukan ?
Wajar saja, Renato curi adalah sebuah klub sepakbola yang kini berada di divisi kelima sepakbola Italia atau tepatnya dibawah Serie D. Grosso mengawali karirnya sebagai gelandang serang dan Sayap kiri.
Grosso bergabung selama semusim untuk tim junior Renato Curi dari 1994 hingga 1995. Tahun berikutnya ia dipromosikan ke tim utama, ia bermain sebanyak 125 pertandingan bersama Renato curi hingga tahun 1999. Ia kemudian berlabuh ke Serie C bersama Chieti.
Setelah dua musim, Grosso mengalami peningkatan karir. Ia direkrut tim serie A, Perugia. Di klub inilah ia berpindah posisi ke Bek kiri. Bersama Perrugia ia menghabiskan waktu selama tiga musim dengan total cetak tujuh gol dari 91 pertandingan di semua kompetisi.
Selain itu, Fabio Grosso mendapat panggilan masuk ke tim nasional Italia saat membela Perrugia. Tepatnya pada 30 april 2003 ia menjalani debut bersama Gli Azzuri saat melawan Swiss. Ia menjadi langganan pelatih Marcelo Lippi sejak tahun 2005.
Saat namanya masuk dalam skuad Italia yang akan tampil di Jerman 2006, Fabio Grosso bukanlah siapa-siapa. Grosso sendiri disertakan oleh Marcelo Lippi, pelatih kepala tim nasional Italia saat itu, sebagai pelapis Gianluca Zambrotta.
Zambrotta cedera dalam latihan sehingga Grosso bermain sebagai starter pada pertandingan pembuka Grup E melawan Ghana. Sembuhnya Zambrotta membuat Grosso kembali menjadi cadangan pada pertandingan berikutnya, melawan Amerika Serikat.
Pada laga ketiga Grup lawan Republik Ceko, Grosso kembali bermain di bek kiri, Zambrotta beralih ke kanan. Penampilan di fase grup bek yang kala itu membela Palermo itu tidak terlalu mencolok.
Namun Grosso mulai menunjukan tajinya di fase Knock Out, dalam laga babak 16 besar melawan Australia. Grosso menjadi aktor utama dibalik tersingkirnya The Socceros dari turnamen.
Padahal saat itu Italia harus bermain dengan sepuluh orang dan hampir tersingkir. Namun, Italia kemudian mendapatkan tendangan penalti di menit akhir pertandingan yang didapat setelah Grosso yang melakukan penetrasi ke kotak penalti kemudian sengaja ‘menjatuhkan diri’ setelah terlibat kontak dengan Bek Australia.
Wasit pun terkelabui dan menunjuk titik putih, Francesco Totti yang maju sebagai algojo sukses menunaikan tugasnya. Italia pun menang 1-0 dan berhak melaju ke fase selanjutnya. Perilaku Grosso di menit-menit akhir dari pertandingan itu masih dianggap suporter Australia bak tingkah laku iblis. Sebaliknya, tifosi Italia bakal mengenang aksi itu laksana sikap suci para malaikat.
Fabio Grosso kembali menjadi bintang Italia di fase Semifinal, bermain dihadapan puluhan ribu suporter jerman. Italia dan Jerman harus bermain hingga perpanjangan waktu karena di waktu normal terjadi skor kacamata. Laga nyaris berlanjut ke babak adu penalti. Tapi Grosso berhasil mencetak gol di menit 119.
Gol Grosso bermula dari sepak pojok del Piero, hasil buangan pemain jerman mengarah ke Andrea Pirlo kemudian ia memberikan Bola ke Grosso, tanpa kawalan pemain 28 tahun merobek jala gawang Jens Lehman. Gol Grosso tentu saja membuat Jerman tertekan dan panik hingga membuatnya kebobolan satu menit kemudian lewat kaki kanan Del piero.
Pasca bermain gemilang di Piala Dunia, Grosso direkrut oleh Inter Milan dan bermain disana hanya satu musim. Ia melanjutkan karirnya ke Prancis bersama Olympique Lyon.
Saat menjelang bergulirnya Piala Dunia 2010, nama Grosso dicoret dari tim. Hingga kini, Satu Piala Dunia saja yang Grosso ikuti. Sebagai cadangan pula pada awalnya. Sedikit pula jumlah gol yang ia cetak dan bantu ciptakan. Namun perannya dalam membantu Italia juara begitu vital. Bahkan selama membela tim nasional ia hanya melakoni 48 laga dan mencetak 4 gol.
Pada tahun 2012 Fabio Grosso akhirnya memutuskan pensiun dari dunia sepakbola, karirnya diakhiri bersama Juventus. Grosso pasti akan di kenang sebagai penentu adu penalti lawan Prancis.