Halo footballovers, berjumpa lagi dengan kami yang akan terus memberikan informasi dan kisah menarik seputar dunia sepakbola. Buat kamu yang gak mau ketinggalan info dan kisah menarik dalam dunia sepakbola, jangan lupa untuk klik tombol subscribenya ya..
Footballoverz, Jika berbicara mengenai pemain bintang yang belum pernah juara liga champions eropa selama karirnya sebagai pesepakbola, banyak nama akan muncul seperti Francesco Totti, Pavel Nedved, Zlatan Ibrahimovic,Michael Owen, Ronaldo Brasil, Fabio Canavaro atau yang lainnya.
Tetapi jika ada kiper hebat dengan nama besar yang belum pernah menjuarai ajang bergengsi antar klub eropa tersebut hanya ada sedikit nama, Salah satu kiper hebat tersebut adalah Gianluigi Buffon.
‘Gianluigi Buffon adalah salah satu kiper terbaik yang ada di dunia’, Pasti kamu semua setuju atas pernyataan itu kan Footballovers ?.
Beberapa trofi sudah dipersembahkan bagi klubnya ataupun tim nasional italia. Namun ada satu trofi yang masih menjadi impian Gigi Buffon. Trofi itu adalah trofi ‘si kuping besar’ liga champions eropa.
Sebagai kiper yang memiliki nama besar, Gianluigi Buffon belum pernah merasakan manisnya meraih gelar juara liga champions. Popularitas Buffon setara dengan kiper hebat lain seperti Iker Casillas (Spanyol), Edwin Van Der Sar (Belanda), Manuel Neuer (Jerman), Atau Petr Cech (Republik Ceska).
Namun soal prestasi di Liga Champions, Gigi Buffon belum seberuntung mereka. Gianluigi Buffon, kiper kelahiran 28 januari 1978 ini menjalani karir profesionalnya bersama Parma pada tahun 1995. Ia melakukan debutnya di liga champions pada usia 19 tahun saat membela Parma melawan Sparta Praha pada 17 september 1997.
Setelah enam musim membela parma, ia memutuskan untuk bergabung bersama Juventus di tahun 2001. Bersama Juventus, Buffon mencapai puncak tertinggi dalam kariernya. Figur berpostur 191 cm ini menjelma jadi salah satu kiper yang paling ditakuti striker-striker lawan.
Footballoverz tahu gak ?
Bersama Juventus, sebenarnya Buffon hampir saja meraih juara liga champions pada musim 2002/03. Bermain bagus sejak penyisihan grup hingga berlanjut ke fase gugur, Juventus tampil cukup mengesankan. Hingga puncaknya adalah ketika menyingkirkan Real Madrid dengan aggregat 4-3 di semifinal.
Juventus lolos ke final dan akan berhadapan dengan klub senegara, AC Milan. Bermain di Old Trafford kedua tim harus bermain imbang sampai waktu normal plus tambahan waktu 2×15 menit. Laga pun dilanjutkan lewat drama adu penalti.
Dalam adu penalti itu buffon mampu membendung dua tendangan penalti Ac Milan yaitu dari clarence seedorf dan kaka kaladze. Namun tiga kegagalan algojo penalti pemain juventus membuat mimpinya meraih gelar juara liga champions sirna. Skor 4-3 menyudahi drama adu penalti.
Tak lama setelah laga final tersebut, Buffon sempat berujar “Disayangkan memang, tapi saya tidak benar-benar sedih. Usia saya 25 tahun, saya masih muda, jadi saya berpikir masih banyak kesempatan untuk meraihnya,” ujarnya, seperti dilansir laman resmi UEFA.
Setelah cukup lama tak melaju hingga ke partai final, akhirnya kesempatan emas Buffon meraih trofi liga champions hadir pada edisi musim 2014/15, Juventus lolos ke final, Namun yang dihadapi adalah Barcelona yang sedang dalam tren bagus karena memiliki Trio MSN, Lionel Messi, Luis Suarez, dan Neymar.
Pertandingan tersebut berlangsung di olimpia stadium, Berlin. Barcelona unggul lebih dulu di menit ke 4 melalui sepakan Ivan Rakitic. Si nyonya tua mampu menyamakan kedudukan di babak kedua melalui gol Alvaro Morata. Namun gol dari Luis Suarez menit 68 dan gol Neymar di masa injuri time memupus harapan Juventus untuk menyegel gelar liga champions yang terakhir diraihnya pada 1996.
Skor 1-3 untuk kemenangan Barcelona. Dan membuat Buffon kecewa untuk kedua kalinya.
Dua tahun berselang, Buffon kembali memimpin rekan-rekannya berlaga di final liga champions, Tim Spanyol kembali menjadi lawan si nyonya tua. Kali ini giliran real madrid yang dihadapi. Buffon lagi-lagi menelan pil pahit setelah gawangnya di bobol el real sebanyak 4 kali.
Padahal La Vecchia Signora tampil fantastis dalam perjalanan menuju final, tanpa pernah kalah dan cuma kebobolan tiga kali. Belum lagi ditambah fakta tak ada tim yang pernah menggondol “Si Kuping Besar” dua kali beruntun. Membuat mereka difavoritkan untuk mengalahkan El Real.
Namun kenyataan berkata lain, Dalam laga yang dimainkan di Cardiff Juventus tampil mengecewakan, mereka di hajar madrid melalui dua gol dari Cristiano Ronaldo, 1 gol dari Casemiro, dan sebuah gol dari Marco Asensio di menit akhir serta hanya berbalas 1 gol dari juventus melalui tendangan salto Mario Mandzukic yang sempat membuat laga berimbang 1-1.
Bagi Buffon pribadi, ini adalah kekalahannya yang ketiga dalam tiga final Liga Champions setelah sebelumnya juga kalah pada edisi 2003 dan 2015. Sementara itu, Juventus kalah dalam lima final Liga Champions secara beruntun yang membuat catatan runner-up mereka menjadi tujuh, terbanyak dibanding klub-klub Eropa lainnya.
Buffon sangat kecewa atas kekalahan itu, “Saya kecewa, kami semua kecewa berat,” ujar kiper yang waktu itu berusia 39 tahun, sebagaimana dilansir laman resmi UEFA.
Di musim berikutnya Buffon kembali tampil di liga Champions, di usianya yang sudah 40 tahun ia masih tampil bagus di bawah mistar gawang Juventus. Walau tak mulus di babak fase grup, La Vecchia signora tetap melaju ke 16 besar di mana mereka hadirkan momen ajaib di Wembley untuk kembali melenggang ke perempat final.
Juventus dipertemukan dengan madrid di perempat final. Madrid secara perkasa melangkahkan satu kakinya di babak semi-final usai menang telak 3-0 atas Juventus di J Stadium pada leg pertama. Buffon dibuat menderita dengan tiga gol, yang salah satunya tercipta lewat salto menakjubkan Cristiano Ronaldo.
Drama kemudian tersaji pada leg kedua di Santiago Bernabeu. Ketika semua orang berpikir bahwa duel itu akan jadi partai formalitas perpisahan Buffon di Liga Champions. Secara spektakuler Juve mampu unggul 3-0 hingga masa injury time, untuk samakan agregat jadi 3-3. Laga pun berlanjut ke extra time.
Buffon tampil luar biasa sepanjang laga dengan tiga penyelamatan krusial.
Hingga kemudian drama terjadi beberapa detik saja sebelum peluit panjang dibunyikan. Wasit pemimpin laga, Michael Oliver, menunjuk titik putih di kotak penalti Juventus atas pelanggaran penuh perdebatan yang dilakukan Medhi Benatia pada Lucas Vazquez.
Reaksi mengerikan kemudian ditampakkan Buffon atas keputusan tersebut. Pemain yang sepanjang kariernya dikenal tenang, bijak, nan bersahaja ini, mendadak lepas kontrol dengan membentak, memaki, dan lakukan kontak fisik pada Oliver sebagai bentuk protes.
Sontak, Oliver langsung menghadiahi Buffon kartu merah. Sang kapten lantas keluar lapangan dengan penuh amarah pertanda betapa besar hasratnya untuk meraih trofi Liga Champions. Kiper pengganti, Wojciech Szczęsny, gagal membendung dentuman kencang Ronaldo. Madrid perkecil kekalahan jadi 3-1 dan menyingkirkan Juve lewat agregat 4-3.
Hingga akhirnya ia keluar dari Juventus dan menandatangani kontrak selama 1 tahun dengan klub kaya asal prancis,PSG. Harapan menjuarai liga champions bersama klub barunya gagal setelah PSG disingkirkan oleh united di babak 16 besar.
Kini ia sudah berusia 41 tahun dan belum mendapatkan trofi liga champions. Dalam sebuah kesempatan Buffon pernah berujar “Saya tidak terobsesi dengan gelar Liga Champions. Saya tak masalah jika karier saya berakhir tanpa trofi itu. Namun saya berbohong jika tidak menginginkannya,” ungkapnya, seperti dilansir Tuttosport.
Setelah meninggalkan PSG pada akhir musim 2018/19, Buffon belum berambisi untuk pensiun sebagai pesepakbola. Hal itu dikonfirmasi oleh sang agen. Menurut agen sang pemain, Silvano Martina, Buffon belum berpikir untuk pensiun. Namun, Martina juga mengungkap Buffon belum memutuskan apa pun terkait masa depannya.
“Gigi tidak akan berhenti bermain, dia tak punya niat untuk pensiun,” kata Martina.
Hmmm,,,, Tampaknya, mantan kiper Juventus itu masih penasaran untuk bisa meraih gelar Liga Champions ya Footballovers. Gelar yang belum pernah ia rengkuh di sepanjang kariernya sebagai pesepak bola.
Walaupun belum pernah meraih gelar liga champions eropa, namun bagi kami Gigi Buffon tetap akan jadi kiper legenda yang luar biasa. Ia hanya perlu trofi liga champions untuk menyempurnakan karirnya. Beberapa trofi sudah ia persembahkan bagi Parma, Juventus dan PSG. Bersama Timnas Italia ia juga telah memberinya gelar piala dunia di tahun 2006. Kini di musim 2019/20 ia kembali bermain untuk si nyonya tua.
Jadi gimana nih Footballovers, menurut kamu Gigi Buffon akan meraih trofi liga champions bersama Juventus atau tidak ?. Kita tunggu saja ya footballovers.