550 penampilan dan 15 trofi dalam 25 tahun, Guti Hernandez, sering disebut sebagai pelayan setia para pemain bintang. Jose Maria Gutierrez Hernandez, atau ‘Guti’ saja sangat layak dimasukkan kedalam daftar pemain legendaris dunia, atau setidaknya bagi Real Madrid.
Bagi sebagian orang, karier Guti mungkin tidak terlalu hebat. Namun sebenarnya, pemain bertinggi 183 cm punya peran krusial dalam gemerlapnya skuat yang dimiliki klub berjuluk Los Galacticos.
Guti tak ubahnya menjadi sebuah cerita, cerita jalanan yang ada orang percaya, dan banyak juga yang tidak mempercayainya. Artinya, meski punya peran yang begitu nyata, kejeniusan Guti tidak terlalu dipercaya.
Banyak orang yang lebih “suka” untuk mengenang Zinedine Zidane, David Beckham, hingga Raul Gonzales, ketimbang harus membicarakan Guti dalam obrolan tentang kehebatan el Real.
Saking tidak terlalu diingat oleh para pecinta bola, Guti sampai dijuluki sebagai pemain “figuran”. Ya, barangkali jika ada penghargaan pemain figuran dalam sepak bola, Guti mungkin menjadi rajanya.
Lebih dari 10 tahun bermain untuk tim utama Real Madrid, Guti turut berkontribusi menyumbangkan lima trofi La Liga, empat Piala Super Spanyol, tiga Liga Champions, satu Piala Super Eropa, dan dua Piala Interkontinental.
Meski begitu, apresiasi untuknya tak begitu megah. Layaknya figuran dalam sebuah film box office. Semua akan sibuk memuji sang aktor/aktris utama, sedangkan puja-puji untuk si figuran, biasanya seadanya saja.
Guti merupakan pesepakbola asli Madrid, ia lahir di Torrejon de Ardoz. Sejak kecil Guti sebenarnya bukanlah anak yang terlalu menggemari sepakbola. Olahraga favoritnya adalah tenis. Namun kedua orangtuanya lebih menyukai Guti bermain sepakbola. Pada usia delapan tahun ia pun dimasukkan ke Akademi Real Madrid pada 1986.
Meski begitu, Guti tetap menikmati perannya sebagai seorang pesepakbola. Permainan olah bolanya terus meningkat dan berkembang. Hal itupun membuatnya mampu menembus skuat utama di tim C dan B Real Madrid. Pada tahun 1995, ia akhirnya promosi ke tim utama.
Guti adalah gelandang didalam celah para penyerang. Ia begitu kreatif, menarik, dan tentunya menjadi daya tarik bagi sebagian penggemar klub kota Madrid.
Tepat pada 2 Februari 1995, Guti melakoni debut profesionalnya. Sevilla yang saat itu menjadi lawan sukses dilibas Madrid dengan skor telak 4-1. Guti masuk sebagai pemain cadangan. Meski tak mencetak gol, satu assis nya kala itu berhasil memikat hati Jorge Valdano.
Namun Guti harus sedikit bersabar untuk unjuk gigi di level tertinggi. Selain usianya yang masih tergolong muda, el Real banyak bergonta-ganti pelatih hingga membuatnya sulit dapatkan kesempatan bermain.
Setelah Del Bosque kembali dipercaya menangani Madrid pada 1999, Guti yang sudah jauh lebih matang pun mendapatkan kepercayaan yang lebih banyak untuk bermain di lini tengah Madrid. Pada musim 2000/01, Madrid harus kehilangan Fernando Morientes yang merupakan tandem ideal Raul di sektor penyerangan Madrid kala itu, akibat cedera.
Del Bosque menunjuk Guti untuk menggantikan peran Morientes. Guti mampu menjawab kepercayaan tersebut dengan mencatatkan 14 gol dalam semusim, yang merupakan rekor gol terbanyak Guti selama membela Real Madrid hingga tahun 2010.
Pada tahun 2010, Guti memilih hijrah ke Besiktas, namun kepergiannya seolah dibiarkan. Satu hal yang kurang adil bagi pemain yang telah memberikan segalanya bagi klub. Setidaknya selama bertahun-tahun Guti menjadi wakil Raul sebagai kapten. Selain itu, ia telah melakoni lebih dari 500 penampilan untuk Madrid.
Saat itu, Guti merasa sedih dan diabaikan. Pemain yang pensiun pada 2011 lalu itu sampai menyebut kalau ia selalu bertahan saat pemain sekelas Zidane datang, tetap tenang ketika Ronaldo tiba, dan menyambut bahagia kedatangan bintang asal negri tiga singa, David Beckham.
Meski para galacticos datang dan pergi, Guti tetap bertahan. Hal itupun lantas menjadi sebuah ikrar setia Guti kepada Real Madrid.
Dalam hal ini, lagi-lagi julukan “figuran” begitu melekat dalam dirinya. Guti memang disebut sebagai legenda Santiago Bernabeu, namun pamornya tak lebih hebat dari Raul sang Pangeran dan Casillas sang penerus tahta yang pada akhirnya lengser juga.
Guti jarang kebagian ‘panggung’, meskipun ‘Los Blancos’ sedang dihujani sanjung. Sekadar main bagus saja tidak cukup bagi Guti untuk mendapat sorotan publik. Bakat dan skill-nya tersamarkan oleh aksi para bintang yang sudah punya nama besar.
Seolah miliki nasib yang tak terlalu mujur, Guti seringkali mendapat kritik saat Madrid bermain tidak baik. Namun saat Madrid torehkan banyak prestasi, Guti tak kebagian puja-puji walau sekadar ucapan terimakasih.
Kegemilangan Guti tak cukup untuk merebut hati publik Madrid. Namun hal tersebut tak lantas membuat Guti benci dengan klub yang sudah membesarkan namanya.
Guti tetap cinta kepada Real Madrid.
Setelah hanya setahun membela klub Turki, Guti lalu putuskan pensiun dari dunia sepak bola.
Sempat tercatat sebagai asisten pelatih di tim pemuda Los Blancos, Guti akhirnya resmi latih klub kasta kedua Liga Spanyol.
Guti kini menjabat sebagai pelatih UD Almeria. Ia menggantikan posisi pelatih sebelumnya, Pedro Emanuel. Saat diperkenalkan kepada awak media, Guti mengaku sangat tertantang untuk melatih Almeria. Menurutnya Almeria memiliki pemain yang sangat berkualitas dan layak meraih hasil terbaik.
Untuk semua yang telah dilakukannya, Guti pantas disebut sebagai legenda. Bermain untuk Real Madrid dalam waktu yang lama, Guti membukukan 77 gol dan 59 asis. Sebelum memutuskan hijrah ke Besiktas pada 2010 lalu, nama Guti bahkan tercatat sebagai pencetak gol ke-5000 Real Madrid di La Liga dan gol ke-500 di Liga Champions.