Johan Cruyff, tak perlu diragukan lagi, merupakan salah satu pesohor sepakbola paling populer di dunia. Baik saat menjadi pemain ataupun pelatih, pria Belanda ini benar-benar menempatkan kaki dan otaknya pada jalur yang tepat.
Ia melangkah sekaligus berfikir, dimana hal tersebut akan menciptakan permainan yang begitu menakjubkan. Cruyff memang dikenal sebagai filsuf lapangan hijau. Baginya, bermain indah akan memberikan kepuasan tersendiri.
Jika sebuah permainan sudah dalam genggaman, maka kemenangan pun akan menjadi hal yang akan selalu mengikuti.
Cruyff mengawali karier sepakbola di klub Ajax Amsterdam saat usianya baru menginjak 10 tahun. Cruyff kemudian baru melakukan debut pertamanya sebagai pemain senior saat berusia 17 tahun dan langsung mencetak gol pada saat itu meski pada akhir pertandingan timnya kalah dari Groningen dengan skor 3-1.
Dalam perjalanan kariernya sebagai pesepakbola hebat, Cruyff banyak menyumbang gelar bagi timnya, Ajax Amsterdam, dan memberikan perubahan bagi klub asal Spanyol, FC Barcelona.
Setelah gantung sepatu dirinya lantas beralih menjadi manajer. Dua tim yang membesarkan namanya yakni Ajax dan Barcelona kemudian merasakan sentuhannya. Puncak prestasi yang ia raih adalah mempersembahkan gelar juara Liga Champions pertama bagi Barcelona pada musim 1991/92.
Saat menjadi pelatih, kecerdasan Cruyff sama sekali tidak pudar. Otaknya juga semakin encer dalam hal meracik strategi. Bahkan dalam karier kepelatihannya, Cruyff sampai disebut telah “menampar” pelatih legendaris Sir Alex Fergson.
Karier kepelatihan Sir Alex Ferguson memang sangat istimewa di Manchester United. Ia jadi legenda hidup di klub yang bermarkas di stadion Old Trafford tersebut. Namun ada sosok besar yang membuat Sir Alex menjadi besar di dunia kepelatihan sepakbola.Â
Ya, nama itu adalah Johan Cruyff.
Cruyff yang telah menghembuskan nafas terakhir pada 2016 lalu telah memberi pelajaran berharga bagi Sir Alex Ferguson.
Sir Alex menyebut kala ia menukangi Manchester United dan bertemu Barcelona di sejumlah kompetisi Eropa, Cruyff berulang kali “menampar” dirinya. Seperti di pertandingan liga Champions musim 1994/95. Saat itu United dipecundangi Barcelona, empat gol tanpa balas.
“Itu pelajaran yang berharga untuk karierku. Mereka (Barcelona) menunjukan bahwa sangat penting untuk menguasai bola di laga penting ,” kata Sir Alex. (dikutip dari dailymail)
Barcelona yang kala itu diisi oleh Romario, Hristo Stoichkov, Josep Guardiola, Ronald Koeman serta anak Cruyff, Jordi Cruyff mampu mempecundangi Manchester United yang saat itu dihuni oleh Mark Hughes, Paul Ince, Andrei Kanchelskis dan Roy Keane.Â
Ditambahkan Sir Alex, ia kemudian mendapat pelajaran banyak dari taktik yang diturunkan oleh Johan Cruyff di Barcelona, yakni mengontrol bola selama mungkin di lapangan tengah guna meraih kemenangan di satu pertandingan.Â
“Mereka hanya terus memainkan bola di lini tengah dan kemudian membuat kami terpancing untuk naik menyerang. Lini belakang kami jadi kosong dan mereka mampu mencetak gol,” ujar Sir Alex. (dikutip dari dailymail)
Taktik penguasaan bola di lini tengah dan teknik menyerang yang diterapkan oleh Cruyff pun kemudian dipraktekan oleh Sir Alex Ferguson. Hasilnya? Sejumlah penghargaan bergengsi berhasil diraih pelatih asal Skotlandia itu, yang tentunya bersama klub berjuluk Setan Merah.
Untuk Cruyff dan Ferguson, keduanya kini dikenang sebagai dua legenda sepakbola dunia. Andil besar yang telah diberikan keduanya benar-benar membuat banyak pecinta bola terkesima.