Pada tahun 2004, Jose Mourinho munculkan gebrakan di klub London, Chelsea. Pria Portugal sampai harus cekcok dengan pemilik klub demi dapatkan pemain yang ia inginkan.
Mourinho, yang baru saja menangkan trofi Liga Champions bersama FC Porto melirik striker Marseille, Didier Drogba. Mourinho yang mengajukan Drogba sebagai permintaan kala itu langsung mendapat penolakan dari Roman Abramovic.
Perekrutan Drogba saat itu begitu dipertanyakan oleh Abramovic. Pasalnya, pengusaha asal Rusia berfikir kalau Drogba bukanlah pemain top.
“Abramovich bertanya padaku siapa striker yang dibutuhkan Chelsea. Lalu aku jawab, Drogba!” kata Mourinho (dikutip dari calciomercato)
“Abramovich bertanya lagi, siapa dia, di mana dia bermain? Kemudian aku bilang ‘Kamu bayar saja dan tak usah banyak omong’. Aku masih ingat sekali momen itu,”
Namun meski sempat diragukan oleh Abramovic, pilihan Mourinho terbukti tepat. Drogba menjadi striker haus gol di Stamford Bridge.
Di musim perdananya, Mourinho sukses memenangkan ​Premier League yang juga menjadi gelar perdana klub yang bermarkas di Stamford Bridge, setelah menunggu selama 50 tahun.
Salah satu pemain terbaik dalam kesuksesan Chelsea adalah Didier Drogba. Pemain asal Pantai Gading yang didatangkan dari Olympique Marseille dengan harga 38 juta euro atau setara 594 milliar rupiah, mampu buktikan kualitasnya. Drogba membuat 16 gol dalam 41 penampilan di seluruh ajang pada musim pertamanya bersama The Blues. Dia menjadi pilihan utama Jose Mourinho dalam proyek besar Chelsea saat itu, hingga menegaskan diri sebagai salah satu penyerang terbaik di dunia.
Total pemain asal Pantai Gading mencetak 164 gol dari 381 laga di semua kompetisi. Ia juga membantu The Blues meraih 14 gelar.
Pemain yang juga sempat membela Shanghai Shenhua dan Galatasaray itu juga berhasil mempersembahkan banyak trofi seperti empat Premier League, Community Shield, dua League Cup, empat FA Cup, dan tentu saja ​Champions League yang diraih pada tahun 2012.
Didier Drogba dan Jose Mourinho merupakan dua pesohor sepak bola yang dikenal dekat. Kombinasi keduanya mampu beri kejayaan bagi Chelsea. Bahkan, Drogba tak sungkan menyebut Mourinho sebagai sosok yang sudah merubah hidupnya.
“Ketika seseorang memberikan kamu kesempatan untuk membeli salah satu pemain terbaik di dunia dan dia bilang ‘Tidak, pemain ini yang aku inginkan’, itu akan membuat kalian merasa spesial. Aku selalu mencoba membalas itu,” ujar Drogba (dikutip dari BBC)
“Dia mengubah hidupku, dia mengubah kisah keluargaku. Dia bilang kepada ku dulu, kalau kamu ingin jadi yang terbaik, kamu harus datang dan bermain dengan salah satu tim terbaik di dunia, dan salah satu manajer terbaik di dunia,”
“Semua orang dulu bilang 38 juta euro adalah uang yang banyak. Orang-orang ragu denganku. Ketika aku pergi, aku pikir dengan cara semua orang bereaksi, aku rasa aku telah membayar investasi itu” .
Drogba menganggap kesuksesannya lahir dari bimbingan Mourinho. Drogba, sekali lagi, menganggap pelatih 56 tahun asal Portugal itu sebagai mentor dan sahabat.
Bahkan Drogba sampai dibuat menangis dan emosi bukan main saat Chelsea memutuskan untuk melepas Mourinho pada 2007 silam. Mourinho saat itu pergi dari Chelsea karena alasan pribadi. Dalam hal ini, Drogba kesal karena Chelsea tidak berusaha menahan manajer yang sudah merubah Chelsea menjadi klub ternama.
Drogba yang dikenal sebagai striker garang kala itu menangis di ruang ganti pemain ketika Mourinho memberitahukan bahwa dirinya akan meninggalkan Chelsea. Striker Pantai Gading itu menangis di depan rekan-rekannya.
Kapten Chelsea, John Terry, sempat mengorganisasikan pemain untuk membujuk Roman Abramovich, pemilik klub Chelsea, mempertahankan the Special One. Terry menelpon dua pemain senior lainnya, Frank Lampard dan Didier Drogba, pada tengah malam untuk membujuk Abramovich.
”Kami bicara kepada klub dan mengatakan kepada mereka bahwa kami tidak ingin Jose pergi. Tetapi, dia telah membuat kesepakatan dengan klub.” kata Terry (dikutip dari metro.uk)
Paulo Ferreira, defender asal Portugal, juga masih sangat ingat kenangan sedih tersebut.
”Jose datang ke ruang ganti pemain, mengumpulkan seluruh pemain dan mengumumkan kepergiannya. Didier yang paling terpukul. Dia menangis seperti anak kecil,” tuturnya. (dikutip dari metro.uk)
Drogba sendiri mengaku kepergian Mourinho benar-benar sarat emosi. Dia masih tidak percaya Mourinho pergi meninggalkan Chelsea.
”Kami biasa bertemunya setiap hari. Kami tidak siap kehilangannya. Kepergiannya benar-benar mengejutkan.” kenang Drogba (dikutip dari metro.uk)
Namun meski tinggalkan luka yang amat dalam, cerita Mourinho dan Didier Drogba kembali terulang. Pada 2014, saat Mourinho sudah kembali ke Chelsea, ia kembali merekrut Drogba. Dan hasilnya, Chelsea kembali meraih trofi Premier League.
Menceritakan tentang reuni terindah dalam hidupnya, Drogba berkata,
“Saat Mou menginginkanku kembali, itu adalah pilihan yang sangat mudah,”
“Aku tidak mungkin bisa menolak permintaan tersebut. Lagipula, semua orang tahu hubungan kami. Dan Chelsea, akan selalu menjadi tempat yang sangat spesial bagiku,” ungkap Drogba (dikutip dari metro.uk)