Tak perlu diragukan lagi bahwa nama Pep Guardiola dan Jose Mourinho menjadi dua pelatih yang pantas disematkan dalam daftar juru taktik terbaik dunia. Jenius, brilian, elegan, dan menjadikan kemenangan sebagai makanan sehari-hari, mutlak berada dalam diri kedua pelatih tersebut.
Sejumlah pemain top pun pernah merasakan tangan ajaib dua pelatih itu, salah satunya tentu Samuel Eto’o.
Eto’o yang kala itu berseragam FC Barcelona pernah menjadi bagian dari tim spektakuler yang memenangkan banyak gelar. Setelah itu saat ia hijrah ke Inter Milan, nama Jose Mourinho kembali menjadi alasan kesuksesan pemain asal Kamerun tersebut.
Tercatat, tiga gelar dalam satu kompetisi berhasil disumbangkan Eto’o selama berada dibawah asuhan Jose Mourinho.
Akan tetapi, dua nama itu bukanlah pelatih yang benar-benar berjasa bagi Eto’o. Menurutnya, ada satu nama pelatih yang berhasil mengubah hidupnya untuk menjadi seorang penyerang kelas wahid.
Dia adalah Luis Aragones.
Kematian Luis Aragones pada 2014 silam sangat diselalkan oleh Samuel Eto’o. Diusia 75 tahun, pelatih yang menjadi legenda Atletico Madrid itu menghembuskan nafas terakhirnya.
Dalam hembusan nafas terakhir sang legenda, terhembus pula kesedihan mendalam dari seorang Eto’o. Eto’o bahkan tak segan untuk mengatakan bahwa ia baru saja kehilangan sosok seorang ayah. Ya, Aragones dianggap sangat berjasa dalam karier Eto’o. Hal itu diungkap langsung oleh eks penyerang Barcelona itu.
Aragones merupakan pelatih yang memoles kemampuan pria asal Kamerun tersebut saat masih membela Mallorca di masa muda. Performa apik Eto’o di Mallorca berperan penting dalam perkembangan karirnya yang akhirnya melesat bersama Barcelona dan Inter Milan. Tak heran jika pemain yang baru saja putuskan pensiun ini merasa kehilangan atas meninggalnya Aragones.
Merumput di Mallorca menjadi titik balik bagi Eto’o. Dibawah tangan dingin Aragones, Eto’o menjelma menjadi salah satu penyerang muda paling mematikan di Eropa.
Dengan bakatnya yang besar, Aragones lalu mendesak Mallorca untuk mempermanenkan Eto’o. Dengan biaya sebesar 4 juta pounds atau setara 70 milliar rupiah, Eto’o meninggalkan Real Madrid untuk menandatangani kontrak permanen dengan Mallorca. Selama empat musim berkostum Los Bermellones, Eto’o mampu membukukan 154 penampilan dengan sumbangan 66 gol dan tujuh assist.
Selain itu, Eto’o juga berhasil menyumbangkan gelar Copa del Rey tahun 2003. Berada di Mallorca, Eto’o merasa sangat bahagia. Ia merasa dihargai dengan para penggemar selalu menunjukkan cinta kepadanya.
Bahkan saking cintanya kepada Mallorca, Eto’o rela menyumbangkan dana sebesar 30 ribu pounds atau setara 528 juta rupiah hanya untuk membeli makanan bagi para pendukung Mallorca yang melakukan perjalanan ke final Copa del Rey melawan Recreativo de Huelva pada tahun 2003 silam.
Bicara tentang masa emasnya di Mallorca, Eto’o pun mengaku tak bisa melupakan jasa Aragones. Menurutnya Aragones punya jasa besar dalam perjalanan karier sepakbolanya.
“Jika aku harus bertahan dengan satu pelatih, maka itu adalah Luis Aragones. Dia orang yang paling berjasa merubah hidupku.” tutur Eto’o (dikutip dari goal)
Moncer di Mallorca, Eto’o lalu menerima pinangan Barcelona. Bersama Thiery Henry, Ronaldinho dan Lionel Messi, Eto’o membentuk fantastic four dengan meraih dua gelar juara Liga Champions, tiga trofi La Liga dan sederet trofi bergengsi lainnya.
Perlu diketahui juga bahwa kepindahannya ke kubu La Blaugrana tak lepas dari peran Aragones. Mengikuti sarannya, Eto’o menjadi penyerang paling berbahaya dengan melesakkan 133 gol dan mengkreasikan 40 assist dari 199 penampilan.
“Kami berbicara di kantornya di Mallorca, dia memanggilku dan berkata, Samuel, kamu sudah melakukan segalanya di Mallorca, tapi sekarang waktunya kamu pergi ke klub besar. Karena disanalah level kamu sesungguhnya sekarang,”
“Aragones melihat sesuatu yang aku tidak lihat. Dia pribadi yang unik dan bisa memainkan kepribadiannya. Jika aku menjadi pelatih, sebuah kehormatan besar untuk bisa menirunya,” kata Eto’o. (dikutip dari AS)
Masa-masa di Mallorca memang menjadi titik balik bagi karier Eto’o. Pasalnya, ia sebelumnya bergabung dengan Real Madrid dan tak mendapat tempat di klub tersebut. Akhirnya, Eto’o menjalani sejumlah peminjaman untuk kemudian resmi bermukim di Mallorca.
Momen pertemuannya dengan Aragones saat itu benar-benar mengubah hidup Eto’o.
Hingga menutup karier profesionalnya diusia 38 tahun, Eto’o sukses mengumpulkan setumpuk gelar bergengsi. Bahkan, saat masih berada di Mallorca, Eto’o turut menyumbang gelar Piala Afrika bagi Timnas Kamerun dan sempat dinobatkan sebagai pemain terbaik tim berjuluk Indomitable Lions.