Saat ini PSG menjadi salah satu klub tersukses, meskipun belum beruntung di liga champions. Tapi dalam kurun waktu delapan tahun terakhir mereka mampu mendominasi Prancis. Hampir setiap musimnya mereka selalu meraih sebuah titel. Secara keseluruhan 21 trofi domestik sudah mereka raih sejak tahun 2011.
Ya, sejak kedatangan Nasser Al Khelaifi dari Qatar pada 2011, PSG menjelma menjadi klub yang ditakuti. Dengan bekal uang yang melimpah, mereka membeli pemain-pemain bintang. David Beckham, Zlatan Ibrahimovic, Angel Di maria, Neymar Junior, Edinson Cavani, dan Kylian Mbappe adalah beberapa diantaranya.
Namun, sebelum banyak orang yang mengenal PSG seperti sekarang. Jauh sebelumnya atau tepatnya sekitar 11 tahun yang lalu PSG hanyalah tim yang tidak terlalu diperhitungkan, mereka bahkan harus bersusah payah untuk bisa bertahan di kasta teratas liga prancis.
Bukan Ibrahimovic, Bechkam, Neymar atau MbappĂ© … tapi pahlawan PSG adalah Amara Diane.
Pada 2007/08, PSG menjalani musim yang buruk. Mereka harus berjuang sepanjang musim demi bisa bertahan di Ligue 1. Selama itu, mereka banyak menghabiskan pekan demi pekan di zona merah.
Dan pada hari itu, 17 Mei 2008, masa penentuan datang. Di malam yang cerah, PSG harus menjalani laga hidup mati di Kandang Sochaux. Pertandingan itu terjadi di pekan terakhir ligue 1 musim tersebut. Stadion Auguste Bonal menjadi arena pertarungan kedua tim.
Perlu diketahui bahwa sebelum melakoni laga terakhir melawan Sochaux, Posisi PSG berada dua strip diatas zona merah dengan mengumpukan 40 poin atau unggul satu poin atas klub yang berada dibawahnya. Hasil itu di dapat PSG setelah pasukan pelatih Le Guen menahan imbang tim kuat Saint Ettiene pada matchday ke 37.
Selain itu, sebelum matchday terakhir, Strasbourg dan Metz menjadi dua tim yang sudah dipastikan keluar dari ligue 1 karena mereka berada di urutan dua terbawah dengan poin yang tidak memungkinkan untuk bertahan di liga prancis.
Persaingan untuk menghindari zona degradasi tinggal menyisakan PSG, Toulouse, dan Lens. Posisi klasemen sementara setelah pekan ke 37 adalah PSG ada di urutan ke 16, Toulouse 17, dan Lens di posisi ke 18.
Ketiga klub tersebut harus berjuang untuk menghindari degradasi pada pekan terakhir. PSG harus bertandang ke Sochaux, di laga lain Toulouse menjamu Valenciennes, sementara Lens harus menghadapi tim papan atas, Girondins Bordeaux.
Jika melihat posisi dan lawan yang dihadapi, di atas kertas PSG memang sedikit lebih diuntungkan jika dibandingkan dengan Toulouse atau Lens.
Namun itu hanya hitung-hitungan diatas kertas. Kenyataannya PSG harus bermain di kandang lawan, dan sebuah kekalahan dari Sochaux akan membuat kesempatan tampil di kompetisi level atas musim berikutnya bisa saja tidak terjadi.
Tapi, para pemain PSG nampaknya tidak ingin mengecewakan publik Paris. Pauleta dan kawan-kawan berjuang mati-matian demi harga diri klub. Buktinya, Amara Diane berhasil membuka skor lebih dulu di babak pertama.
Turun minum, PSG sementara unggul 1-0. Di laga lain Toulouse juga masih memimpin atas Valenciennes, sementara Lens masih imbang 0-0 lawan Bordeaux.
Tapi semuanya berubah lima belas menit sebelum peluit panjang dibunyikan, ketika pemain Sochaux, Guirane N’Daw menyamakan kedudukan 1-1. Jika melihat laga lain di menit yang sama, PSG berada di ujung tanduk.
Ada waktu sekitar 15 menit untuk mengubah keadaan. Dan Amara Diane kembali mencetak gol di menit ke 83 untuk memastikan kemenangan PSG. 800 fans PSG yang berada di stadion pun bersorak sorai.
Pada akhirnya, Lens-lah yang harus degradasi setelah hanya bermain imbang 2-2 dengan Bordeaux. Namun, seandainya Amara Diane tidak berhasil membuat gol kemenangan, hal itu akan menjadi lain.
Di tempat yang berbeda, Toulouse memastikan kemenangan 2-1 atas Valenciennes. Jadi, seandainya PSG kalah dalam laga penentuan melawan Sochaux. Hasil imbang yang didapat Lens sudah cukup untuk membuat PSG keluar dari ligue 1, karena Lens lebih unggul dari selisih gol.
Setelah melalui musim yang panjang dan sulit, PSG akhirnya berhasil menghindari degradasi ke Ligue 2 setelah pada pertandingan terakhir menang 2-1 di kandang Sochaux. Amara Diané yang mencetak dua gol pada malam itu dan menjadi pahlawan klub asal Paris.
Amara DianĂ© telah mengubah salah satu musim terburuk dalam sejarah PSG menjadi kegembiraan yang tak terbayangkan. Setelah mencetak dua gol namanya terukir dalam ingatan pendukung tim merah dan biru.Â
Saat ini, Amara Diané adalah pahlawan bagi sebagian besar penggemar PSG dan orang-orang masih mengenalnya di jalan-jalan Paris. Itu sudah cukup lama sekali, tetapi dua gol dari Amara Diane ini tidak akan pernah dilupakan oleh para fans PSG.
Klasemen akhir ligue 1 musim 2007/08 menempatkan PSG di urutan ke 16 dengan 43 poin, sementara tepat di bawahnya ada Toulouse yang mengoleksi 42 poin dan Lens yang menempati urutan ke-18 dengan 40 poin.
Beberapa pemain PSG pada musim itu yang mungkin kita kenal sekarang adalah Mamadao Sakho, Mario Yepez, Pauleta, ataupun pemain yang pernah memperkuat Persela Lamongan di liga 1, Loris Arnaud.
Pada tahun 2018 yang lalu, sang pahlawan PSG, Amara Diane yang sudah pensiun sempat mengenang laga hidup mati tersebut, menurutnya pada saat itu semua pemain dalam kondisi tegang karena mempertaruhkan hidup kesebelasannya.
“Kami semua sangat tegang – kehidupan klub ada di tangan kami,” kenang Diane. “
“Karier kami juga dipertaruhkan – kami tidak ingin mencatat sejarah kelam karena membuat PSG turun kasta!” ujarnya lagi (Dikutip dari ESPN)
Itulah Footballovers, Tanpa kemenangan di kandang Sochaux saat itu, PSG akan terdegradasi dan mungkin kita tidak akan mengenal kejayaannya seperti sekarang. Tapi takdir telah berkata lain, kini mereka telah menjadi klub yang disegani di persepakbolaan Prancis.