Keberhasilan Liverpool menjuarai liga Champions 2019 dan bersaing di papan atas klasemen Liga Primer dalam beberapa tahun terakhir tak bisa dilepaskan dari peran penting sejumlah pemainnya.
Hampir di semua posisi Liverpool memiliki pemain hebat, dari Allison Becker di posisi penjaga gawang, Virgil van Dijk pemain bertahan, Jordan Henderson dilini hingga trio Firmansyah di sektor penyerangan. Namun dari semuanya jangan pernah lupakan peran dari James Milner.
Milner memang bukan pemain yang istimewa dengan skill individu. Namun semangat juang dan totalitasnya setiap berlaga menjadi nilai lebih dirinya. Kepercayaan padanya, ditempatkan di posisi manapun, selalu ia emban dengan baik. Hal itulah yang kemudian membuatnya menjadi luar biasa.
Padahal ketika datang dari Manchester City pada 2015 dengan gratis, tak ada satu pun yang berekspektasi tinggi kepada James Milner. Tapi sekarang Milner menjadi salah satu pemain paling krusial di Liverpool. Saat ini, ia merupakan wakil kapten The Reds setelah Jordan Henderson.
Dalam karirnya, Milner bukan termasuk pemain yang setia, di usianya yang kini 33 tahun ia sudah membela enam klub berbeda. Mengawali karier di tim kota kelahirannya, Leeds United, Milner sempat dianggap sebagai wonderkid saat itu.
Namun, level yang diperlihatkan Milner terbilang konstan, tidak bagus-bagus amat, juga tak buruk. Sempat dipinjamkan ke Swindon Town Hingga kemudian dia menjadi pilar Newcastle United dan Aston Villa.
Saat masih muda, Milner identik dengan posisi sayap. Bersama tim-tim tersebut, perannya lebih menyerang di pos sayap kanan. Tapi, Milner berkembang dan ia adalah definisi nyata pemain yang semakin tua semakin jadi.
Bersama Manchester City lah Milner berkembang pesat. Ia cukup dipercaya sejak 2010 sampai 2015, walau tak selalu menjadi starter. Ia beberapa kali dipercaya menjadi gelandang jangkar dan ternyata mampu tampil spesial di sana.
Pemain kelahiran 4 januari 1986 tersebut akhirnya mampu meraih gelar Premier League pada musim 2011/12 dan 2013/14 ketika dilatih Roberto Mancini serta Manuel Pellegrini.
Terlepas dari 203 jumlah penampilannya bersama City, Milner tak banyak mendapat sorotan karena Yaya Toure dan David Silva tetaplah menjadi bintang lini tengah utama. Milner pun lebih sering muncul dari bangku cadangan sebagai pengganti.
Meski cukup sukses sebagai pesepak bola, gelandang Liverpool tersebut memiliki cerita unik seputar kehidupannya di keluarga fan sepak bola. Berada dari keluarga pendukung Leeds United membuat masa kecil James Milner memiliki kenangan tersendiri.
James Milner mengaku bahwa ayahnya dulu melarang dia memiliki atau mengenakan jersey warna merah. Ayah Milner, Peter merupakan seorang suporter fanatik Leeds United, yang membenci Manchester United.
Perlu diketahui bahwa selain Liverpool dan Manchester City, Leeds United merupakan rival sengit Setan merah, namun seiring dengan menurunnya prestasi Leeds, rivalitas keduanya pun mulai terlupakan.
Perseteruan antara Leeds dan Manchester United bukan cuma berkutat pada urusan prestasi, tetapi juga citra klub itu sendiri. Salah satu yang menentukan adalah “kesebelasan mana yang menjadi favorit”.
Di lahirkan di kota Leeds dan mempunyai ayah fans fanatik kesebelasan kota tersebut secara otomatis menyebabkan James Milner juga dididik untuk membenci tim berjuluk Setan Merah itu.
“Jelas penggemar Leeds dibesarkan untuk membenci Manchester United sebagai rival, jadi warna merah itu dilarang,” ujar Milner (Dikutip dari en.onefootball)
“Tumbuh sebagai penggemar Leeds, saya tidak pernah diizinkan untuk mengenakan T-shirt merah, orang tua saya tidak pernah mengizinkannya. Serius. ‘Kita tidak bisa memakai merah. Kita Leeds,” kata Milner (Dikutip dari The Times)
Selanjutnya, Milner menceritakan pertama kali mengenakan jersey warna merah ketika membela tim nasional Inggris.
“Saya tidak punya baju merah atau apa pun, dan pertama kalinya saya memakainya mungkin ketika membela timnas Inggris,” ucapnya lagi (Dikutip dari en.football)
Namun demikian, Milner tetap mendapatkan dukungan dari sang ayah ketika membela Liverpool. Disaat yang bersamaan, Milner menjadi bahan candaan sang ayah karena membela klub berseragam merah.
“Dia bercanda ketika saya bergabung dengan Liverpool bahwa itu adalah pertama kalinya dia senang melihat saya mengenakan jersey warna merah,” tegas Milner. (Dikutip en.football)
Belum lama ini, Milner juga mengolok-olok Manchester United jelang laga yang mempertemukan antara Liverpool melawan setan merah di Liga Primer.
Milner sedang berbicara di BT Sport’s What I Wore ketika dia ditanyai dua kaus sepak bola mana yang secara signifikan akan dia selamatkan jika dia terpaksa meninggalkan gedung yang terbakar.
Diminta untuk memilih jersey, Milner mengaitkan kenangan indah dan ia juga memilih jersey lain semata-mata karena alasan gaya, lalu Milner mengambil kemeja Manchester United musim 2009/10 dan tertawa sembari berkata: “Ya, yang itu dibuang ke dalam api!” (Dikutip dari Manchestereveningnews).