Tepat pada 25 April 1947, salah satu legenda sepakbola Belanda lahir ke dunia. Pria yang lebih akrab disapa Johan Cruyff ini lahir di Amsterdam. Yang membuat dirinya istimewa adalah kariernya di dunia sepakbola. Cruyff tidak cuma piawai memainkan si kulit bundar sebagai pemain, namun juga sukses sebagai sosok manajer.
Cruyff lahir dari seorang wanita bernama Petronella Bernarda Draaijer. Berasal dari keluarga sederhana membuatnya tumbuh sebagai seorang pekerja keras.
Sang ibu hanyalah seorang tukang bersih-bersih di Amsterdam Arena, markas Ajax Amsterdam. Tapi melalui pekerjaan ibunya, Cruyff secara tak sengaja terkoneksi dengan raksasa Belanda tersebut. Ketika sang ibu bekerja membersihkan tiap sudut stadion, Cruyff setia menemani sambil asyik bermain dengan bola.
Dari sini pula bakatnya tercium oleh pencari bakat Ajax hingga akhirnya dia masuk ke akademi klub ketika usianya baru menginjak 10 tahun.
Cruyff yang melakukan debut pada usia 17 tahun langsung mampu mencetak gol. Mulai saat itu pula namanya menjadi momok menakutkan bagi lawan-lawan di seluruh Eropa. Pada musim berikutnya, Cruyff mulai menunjukkan bakatnya dengan mengantarkan Ajax menjadi juara liga. Tak hanya itu, sebagai penyerang, ketajamannya sudah mulai teruji dengan mencetak 25 gol dari total 23 penampilan di musim tersebut.
Cruyff dengan gelontoran gol nya menjadi pemain yang paling berjasa dalam mengantarkan Ajax menuju panggung Eropa.
Setelah putuskan hengkang ke Barcelona, Cruyff juga berhasil tinggalkan jejak. Ia menjadi pemain yang paling berjasa dalam membawa el Barca menjuarai trofi La Liga. Namun sayang setelah itu trofi seperti enggan mampir ke Camp Nou. Karirnya di Barca ditutup dengan gelar Copa Del Rey pada tahun 1978.
Tak hanya sukses berkarier di level klub, Cruyff juga dikenal sebagai pemain yang sangat sukses di Timnas Belanda. Ia menjadi bagian dari Tim Oranje yang telah merevolusi permainan sepak bola.
Akan tetapi, kiprahnya di Timnas Belanda sempat mendapat cemoohan.
Sebagai pemain legenda besar Belanda, karir sepakbola Johan cruyff dalam Piala Dunia boleh dikata cukup memprihatinkan. Bagaimana tidak, pemain sekelas Cruyff hanya pernah mencicip turnamen Piala Dunia satu kali saja, tepatnya pada Piala Dunia 1974.
Cruyff sebenarnya dipanggil untuk masuk ke Timnas Belanda yang ikuti turnamen Piala Dunia 1978. Namun beberapa bulan sebelum ajang tersebut digelar, ia tiba-tiba mengundurkan diri tanpa alasan yang jelas.
Publik kincir angin pun dibuat bingung dan keheranan. Banyak yang menuduh kalau Cruyff sengaja tidak mengikuti Piala Dunia karena tidak ingin jauh dari keluarganya di Barcelona.
Namun tak sedikit pula yang menduga kalau aksi Cruyff menolak ikut tim nasional Belanda di Piala Dunia 1978 adalah wujud protes terhadap junta militer Argentina Jorge Rafael Videla yang berkuasa saat itu.
Videla adalah Presiden Argentina pada periode 1976-1981. Ia meraih kekuasaan setelah kudeta atas Isabel Martinez de Peron. Pemerintahannya disebut-sebut sebagai era paling kejam dalam sejarah Argentina.
Setelah semuanya dibuat geger, Cruyff pun angkat bicara beberapa tahun kemudian. Ia mengaku tak mengikuti Piala Dunia karena mendapat ancaman pembunuhan.
Ia berujar bahwa beberapa orang tak dikenal masuk ke dalam rumahnya di Barcelona. Mereka sempat menyekap Cruyff berserta anak dan istrinya. Mereka mengancam Cruyff untuk melakukan boykot agar tak ikut ke Piala Dunia, jika tidak menurut maka tak segan keluarganya akan dibunuh. Itulah alasan utama Cruyff menolak ikut bersama Belanda.
“Kalian harus tahu, aku punya alasan di akhir karierku sebagai pemain. Aku tak tahu apakah kalian tahu, ada orang masuk ke rumah kami dan menodongkan senapan ke kepalaku, lalu mengikatku, istri, dan anak-anakku,” kata Cruyff (dikutip dari The Guardian)
Cruyff berhasil meloloskan diri. Dan, upaya pembunuhan itupun berhasil digagalkan pihak berwajib.
“Anak-anak pergi ke sekolah didampingi oleh polisi. Polisi menjaga rumah kami. Selama tiga atau empat bulan aku ke pertandingan bersama pengawal,”
Cruyff menyebutkan, peristiwa itu telah mengubah seluruh sudut pandangnya terhadap banyak hal. Dalam hidup, ada saat-saat nilai yang paling berharga.
“Itu adalah saat aku meninggalkan sepakbola dan tak bisa bermain di Piala Dunia setelahnya,” kata Cruyff. (dikutip dari The Guardian)
Di Piala Dunia itu sendiri, Belanda berhasil lolos hingga ke final dan bertemu Argentina. Sayang, Belanda tumbang dengan skor 3-1. Pada pertandingan yang digelar di Estadio Monumental, Agentina, gol Belanda dicetak Nanninga pada menit 82. Sedangkan gol Argentina dicetak Mario Kempes di menit 38 dan 105, serta Bertoni di menit 116.
Di partai tersebut, banyak yang menyebut terjadi kecurangan. Isu yang beredar sang diktator Videla memang mengatur timnya menang. Alhasil saat pengalungan medali timnas Belanda memutuskan untuk menolak seremonial tersebut.